Bagian 281 (Maksiat Saat Tiada Yang Melihat)

911 135 44
                                    

.

.

Takutlah kamu pada maksiat yang kamu lakukan  di saat tak ada satu pun makhluk yang melihat.

.

.

***

Untaian nama-nama para sholihin disebutkan satu per satu oleh Habib yang sedang duduk bersila di atas lantai dipan kayu. Jamaah mendengarkan dengan khusyuk. Satu dua orang baru berdatangan memasuki pintu yang terbuka, lalu mengambil tempat duduk di belakang, sebab bagian depan telah ramai terisi.

Yoga dan Raesha bergandengan tangan memasuki ruangan Majelis. Yunan dan Rizky refleks menoleh saat keduanya sudah duduk di tempat semula.

"Cepat juga," komentar Rizky dengan cengirannya.

"Ya. Lumayan," Yoga menanggapi singkat.

"Pas banget. Untung Habib belum mulai ceramah," kata Rizky cengengesan.

"Iya. Aku sama Raesha salaman dulu sama Habib tadi pas beliau baru turun dari mobil," Yoga menutup kalimat itu dengan senyum kemenangan.

"Uh ...  curang!," ujar Rizky cemberut. Dibalas dengan tawa cekikikan oleh Yoga. Cium tangan orang sholeh adalah sebuah kemewahan tersendiri bagi para jamaah pencari ilmu. Berharap barokah mengalir melalui penghormatan terhadap para Ulama, para pewaris Rasulullah shalallahu 'alaihi wa sallam. Biasanya seusai Majelis memang orang-orang berbaris bersalaman pada beliau, tapi tentu berbeda saat bersalaman ketika beliau sedang sendiri. Lebih personal.

"Sudah pipis, Rae?," tanya Yunan seraya mengelus kepala Adiknya.

Raesha mengangguk. "Sudah Kak. Lega deh," katanya dengan binar senang di mata.

"Alhamdulillah. Tadi Om Yoga anter Rae ke toilet?," tanya Yunan lagi.

Raesha menggelengkan kepala. "Enggak."

Yunan tampak heran. "Oh? Rae berani pipis sendiri?"

"Enggak Kak. Tadi Rae ditemenin ke toilet sama Kakak berjilbab hitam," jawab Raesha.

Yunan dan Rizky spontan menoleh ke Yoga. Yang ditatap pura-pura lihat ke arah lain.

"Oh? Perempuan itu teman Om Yoga?," tanya Yunan hati-hati. Setahunya, selama ini Yoga tidak menjalin pertemanan dengan jamaah akhwat di Majelis. Selepas usai Majelis, mereka biasanya langsung mampir ke mini market untuk membeli yoghurt-nya Erika dan kue, mengantar Yunan ke rumahnya, lalu langsung pulang.

"E-eh ... dibilang teman kok rasanya ... ," tergagap Yoga menjawab sambil menggaruk kepala. Sejujurnya, dia sudah lupa siapa nama wanita yang tadi dimintainya tolong untuk menemani Raesha ke toilet. Boro-boro dikategorikan teman. Padahal baru beberapa menit yang lalu mereka berkenalan.

"Kakak berjilbab itu minta nomor hape Om Gondrong, trus dikasih sama Om Gondrong!," tambah Raesha sambil mengacungkan jari ke arah Yoga. Yang ditunjuk bermuka merah menahan malu. Tak disangka, rupanya bocah kecil ini memperhatikan saat wanita tadi meminta nomor hapenya.

Yunan refleks menurunkan tangan Raesha. "Rae, Kakak kan sudah bilang, jangan tunjuk-tunjuk orang seperti itu, tidak sopan."

Tawa Rizky pecah. Dia menutup mulutnya agar tidak membuat kebisingan. "Kqkqkqkq .... kamu menyogok seorang akhwat untuk menemani Raesha pipis? Ha ha! Ah curang. Itu kan semestinya tugasmu."

"E-enak aja nyogok! Aku cuma minta tolong! Lagian kalian mikir apaan sih? Gak mungkin aku masuk ke toilet wanita kan? Ngaco!," kilah Yoga membela diri.

ANXI 2 (SELESAI)Where stories live. Discover now