Bagian 239 (Reuni Kecil)

737 160 40
                                    

.

.

In fact, my soul and yours are the same.

You appear in me. In you, we hide in each other.

~ Rumi

.

.

***

Kepala Pondok berdiri di depan memberi ucapan selamat pada kelulusan para santri tahun ini. Setelah pria paruh baya itu menuntaskan wejangannya, mic kini beralih ke seorang Ustad muda pembawa acara.

"Sekarang, kita memasuki sesi qasidah dan pembawaan Hadrah. Mohon untuk naik ke atas panggung, santri bernama Yunan Lham. Silakan, Yunan."

Seorang anak remaja berpakaian serba putih, tampak berbeda dengan kain burdah motif hitam-putih melingkari leher, menutupi hingga bawah pundaknya.

Para orang tua murid berkomentar berbisik.

"Anak ini yang tadi baru dipanggil untuk dua penghargaan?"

"Iya. Biasa. Yunan kan memang langganan dapat gelar Santri Terbaik."

"Yang Ayahnya baru meninggal itu kan? Pak Farhan?"

"Iya benar. Saya dengar kabar itu dari Ustad. Kasihan anak itu. Sekarang jadi anak yatim lagi."

"Lagi?"

"Dia kan memang anak yatim piatu. Diangkat anak sama orang tuanya yang sekarang."

"Ooh ... kasihan."

"Lho? Ibunya ke mana ya? Bu Erika. Kok enggak kelihatan?"

"Mungkin berhalangan datang."

"Kasihan sekali, tak ada yang datang melihat dia menerima penghargaan dan membawakan qasidah."

.

Yunan mengetuk mic ke dua, memastikan alat itu menyala. Di belakangnya, seorang santri menyetem gitar.

Mic pertama masih dipegang oleh pembawa acara. "Yunan akan membawakan 'Law Kana Bainanal Habib.' Silakan Yunan."

Yunan tersenyum pada Ustadnya sebelum beliau turun dari panggung. Matanya saling beradu pandang dengan santri yang membawa gitar. Keduanya mengangguk, isyarat bahwa semuanya sudah oke.

Gitar melodi mulai berdenting merdu, menjadi pembuka lagu shalawat. Yunan menarik napas sebelum bersuara.

.

"Yaa Robbii qod ghoffilnaa wa kullu naa thoma'un ... " (Wahai Tuhan, kami telah lalai dan alpa. Namun setiap daripada kami mendambakan ... )

" ... fii afwin." (pada keampunan-Mu)

" ... wa fii karoomin (dan pada sifat Pemurah-Mu)

" ... wa fii a'taaqi." (dan pada pembebasan daripada api neraka-Mu)

" ... wa jannati ma'a sayyidil basyar." (dan pada surga-Mu bersama Penghulu segala manusia)

"Nad'uuk." (Kami memohon kepada-Mu)

"Nad'uuka rabbii minal a'maaqi." (Kami memohon kepada-Mu, wahai Tuhanku. Jauh di lubuk hati kami)

.

Hening sesaat, lalu petikan gitar melodi terlantun indah.

Yunan memejamkan mata, khusyuk memasuki bait pertama.

ANXI 2 (SELESAI)Kde žijí příběhy. Začni objevovat