Bagian 202 (Anak Lelaki Yang Kedua)

1K 156 57
                                    

.

.

Situasi akan berubah. Kamu diminta menunggu.

.

.

***

Kakinya terus berlari di dalam mall yang diapit toko-toko beretalase kaca. Orang-orang memperhatikan dia, yang kini tampak seperti sedang syuting adegan film layar lebar.

Akhirnya dia tiba di area supermarket. Napasnya tersengal. Yoga memasuki pintu masuk dengan terburu-buru, berlari menyusuri koridor demi koridor rak tinggi. Matanya liar mencari sosok anak lelaki yang tadi ditemuinya.

DI MANA?? DI MANA DIA??

Dia kini berada di bagian sayur mayur dan buah-buahan. Namun tak ditemukannya juga sosok anak itu.

Apa aku sudah terlambat? Apa dia dan orang tuanya sudah pulang??

Hatinya terasa miris. Ini salahnya! Semestinya dia lebih sensitif!! Bagaimana dia begitu abai dan melewatinya seolah dia orang biasa??

Yoga memutar balik, kali ini ke arah kasir.

Ya Allah ... aku mohon pada-Mu. Tolong jangan biarkan dia keluar dari bangunan ini sebelum aku menemukannya!

Dia keluar dari ujung sebuah rak dan melihat deretan kasir yang dipenuhi oleh para pelanggan yang masing-masing membawa barang belanjaannya.

Mendadak matanya terbelalak saat menemukan sosok anak remaja yang dicarinya. Dia sedang berdiri mengantri di salah satu kasir, menggenggam gagang dorongan keranjang besi.

Jantungnya seolah terhenti sesaat. Bahagia membuncah hingga nyaris air mata lega keluar dari kelopak matanya.

Alhamdulillah ...

Kakinya baru saja akan melangkah mendekati anak itu, tapi mendadak tubuhnya mematung dengan muka pucat.

Seorang lelaki yang kira-kira seumuran dengannya, tengah berdiri di samping anak itu. Pria itu mengenakan baju putih, sweater krem muda dan celana panjang khaki.

K-kenapa ... kenapa dia ada di sampingnya??

Pria itu adalah Farhan, dia tahu. Meski sudah lama sejak terakhir kali dia mengintip kehidupan pribadi Erika melalui medsosnya, tapi dia tak mungkin lupa wajah pria itu. Pria yang dulu dianggapnya sebagai saingannya. Rival nomor satu. Orang yang akhirnya menang darinya. Orang yang memiliki wanita idamannya.

Dia refleks sembunyi di belakang ujung rak terdekat. Perlahan mengamati mereka dari jauh.

Sementara Yunan dan Farhan tampak sedang mengobrol akrab.

"Ibumu lama sekali di toilet," kata Farhan sambil menoleh ke arah sebuah koridor di luar kasir yang di atasnya ada petunjuk arah ke toilet.

"Biasa perempuan kan memang begitu Yah."

"Gaya bener kamu. Memangnya di pesantrenmu ada perempuan?"

"Enggak ada sih," jawabnya malu. Farhan mengacak rambutnya, membuatnya tertawa.

"Tapi dulu Ibuku juga kalau di toilet lama. Arisa juga kalau tiba-tiba mau ke toilet, lama baliknya."

"Duh disebut terus nih pacarnya," goda Ayahnya dengan kedip mata.

Yunan membuang wajah ke arah lain. Mukanya merona malu. "A-aku enggak pacaran kok!"

Farhan mengacak rambutnya lagi. "Ha ha! Iya deh. Enggak pacaran. Cuma kadang chat, terus ketemuan setahun dua kali."

ANXI 2 (SELESAI)Where stories live. Discover now