Bagian 207 (Biro Jodoh Amatiran)

699 134 39
                                    

.
.

Wahai kaum hawa, kalian sejatinya bukan sedang dikekang kebebasannya.

Islam berusaha melindungi kalian. Allah dan Rasul-Nya menginginkan kemuliaan untuk kalian. Kebaikan dunia dan akhirat.

.
.

***

Suasana Majelis malam itu ramai seperti biasa. Pembacaan maulid baru saja selesai. Habib membuka ceramah dengan shalawat dan do'a.

"Di zaman sekarang ini, masyarakat muslim telah terbiasa menganggap budaya pacaran sebagai kebiasaan yang normal atau yang semestinya dilakukan sebelum menikah.

Malah, di media sosial kami melihat justru orang-orang yang menyuarakan anti pacaran, menerima bully atau cacian dari sesama saudara muslim yang lain.

Kondisi ini sangat memprihatinkan, karena sesungguhnya pacaran adalah ikatan tidak halal yang semestinya dihindari oleh muslim.

Tapi yang terjadi sekarang, muslim yang memilih menjomlo sampai halal, justru dipandang aneh dan kolot.

Yang menjadi pertanyaan mereka, lantas kalau tidak pacaran, bagaimana bisa saling mengenal sebelum memutuskan menikah?"

Jamaah fokus mendengarkan dengan ekspresi serius. Bahkan bagi orang yang biasa hadir di Majelis, beberapa masih belum bisa lepas dari budaya itu. Pacaran. Yang menjadi pembeda adalah, mereka mungkin punya standar pacaran yang berbeda dengan orang-orang yang abai terhadap nilai-nilai agama. Namun bagi yang telah sampai ilmu padanya, akan merasakan kegundahan itu. Menyadari bahwa yang dilakukannya adalah salah. Tapi tetap belum bisa lepas darinya.

Yoga dan Rizky seperti biasa duduk di barisan belakang dekat tiang. Mengikuti kajian dengan konsentrasi tinggi.

Habib melanjutkan ceramahnya. "Kita sebagai orang tua, semestinya memperhatikan betul perkembangan anak-anak remaja kita. Perhatikan baik-baik. Sudahkah mereka melewati masa akil baligh? Jika sudah, perhatikan perilakunya. Jangan sampai kita keduluan mereka. Jangan biarkan mereka memilih sendiri pasangannya. Jika telah tampak tanda-tanda ketertarikan mereka terhadap lawan jenis, segera carikan calon pasangan halal untuknya. Carikan yang sholeh sholehah. Carikan yang akhlaknya baik. Perhatikan bagaimana calon mereka memperlakukan orang tuanya. Sebab jika seseorang baik akhlaknya terhadap orang tuanya, umumnya akan berakhlak baik juga terhadap pasangannya.

Jangan biarkan anak kita menjalin hubungan yang tidak halal. Sangat beresiko, terutama jika anak kita perempuan. Laki-laki bisa melenggang pergi begitu saja dari hubungan yang tidak halal, tanpa bekas apapun di tubuhnya. Tapi perempuan berbeda. Dan itulah sebabnya, Islam memerintahkan kita untuk menjauhi pacaran. Wahai kaum hawa, kalian sejatinya bukan sedang dikekang kebebasannya. Islam berusaha melindungi kalian. Allah dan Rasul-Nya menginginkan kemuliaan untuk kalian. Kebaikan dunia dan akhirat."

Jamaah perempuan yang duduk di belakang, mengikuti ceramah melalui layar televisi. Terpisahkan oleh tirai dengan jamaah laki-laki. Kaum hawa yang dengan sadar mendatangi Majelis, umumnya telah menyadari hal itu. Bahwa syari'at Islam yang dituding mengekang kebebasan wanita, sebenarnya dimaksudkan untuk kebaikan mereka sendiri. Yang dikuatirkan belum memahami, dan seringkali menuding syari'at dengan tuduhan-tuduhan negatif, adalah para wanita yang belum-belum sudah menyimpan rasa tidak percaya terhadap para Ulama. Sehingga mereka enggan melangkahkan kakinya ke Majelis ilmu.

"Apakah karena pacaran dilarang, lantas laki-laki dan perempuan tidak bisa saling berkenalan? Salah! Saling mengenal sebelum menikah juga penting, akan tetapi lakukanlah tanpa melanggar syari'at. Bagaimana caranya?

Rasulullah dan orang-orang sholeh telah mencontohkan. Laki-laki dan perempuan yang ingin saling mengenal, bisa bertemu di depan orang tua atau calon mertua. Bahkan, jika niatnya adalah untuk mencari jodoh ke jenjang pernikahan, yang bercadar pun boleh dibuka cadarnya. Ini penting, sebab sebelum memutuskan pernikahan, ketertarikan secara fisik juga diperlukan.

ANXI 2 (SELESAI)Where stories live. Discover now