[4th Story]
[FOLLOW SEBELUM MEMBACA]
Sebagian part diprivat, jadi acak
Cerita tentang Keseharian Ara.
Bocah santuy, gak mau ribet ribet.
"DEPAN!! Kok gitu sih?! ALA KAN MINTA DIGENDONG!!" gadis itu mendengus kesal.
"Devan Ra!! Devan!!" Bocil...
Kaki Anak berumur 7 tahun itu bergetar hebat saat memasuki Ruangan Kelas. Mata Sebam dengan keringat yang bercucuran anak itu menunduk ketakutan.
"Silahkan Masuk Anak anak"
Araa dengan semangat melangkah masuk ke kelas Namun ia menyadari jika teman disampingnya itu sedang ketakutan.
Araa menjadi Saksi bagaimana Tiyo menangis histeris saat sang mama ingin pulang dan meninggalkannya disekolah. Jika bukan Karna Araa yang mengajak Tiyo untuk masuk ke kelas, sudah dipastikan Tiyo tidak akan bersekolah Hari ini.
Araa membalikkan badannya menatap Tiyo, tangan mungilnya menggenggam tangan Tiyo yang basah akibat keringat.
"Ndak papa tiyo, jangan takut Alaa disini" Araa tersenyum kemudian bersama mengajak Tiyo masuk kedalam kelas.
Anak anak yang terlebih dahulu berada di kelas melihat kearah mereka. Araa yang mendapat perhatian seperti itu tersenyum lebar dan melepaskan genggaman tangannya dari Tiyo.
"Hallo! Nama Alaa, Alaa" Dengan pedenya Araa melambaikan tangannya dengan senyum yang tak berhenti.
Semuanya diam, tak mengerti maksud ucapan Araa. Tiyo yang kalang kalut karna Araa melepaskan genggamannya berlari ke belakang punggung Araa.
"Kok diam?" Araa menoleh kepada sang guru, Guru itu tersenyum gemas.
"Anak anak, kok pada diem? kenalin ini teman baru kalian Namanya....." sejujurnya Guru itu juga bingung siapa Nama Anak yang terlalu menggemas ini.
Guru itu berjongkok ingin melihat Nama Ara, Namun Baru saja Guru itu hendak berjongkok...
"Papa!!" Refleks Araa berucap memanggil Papanya. dengan secara tidak estetik Araa tersungkur ke depan membuat Rok pendek yang ia kenakan terangkat. Untung saja Ara memakai celana pendeknya.