16 -D I E C I S É I S

24.6K 3.7K 923
                                    

Sudah seminggu berlalu sejak lelaki bernama Huang Renjun yang mengaku sebagai seorang Queen dan perihal Jeno yang katanya adalah seorang Elder sudah menyebar luas ke sepenjuru sekolah, bahkan kota mereka!

Jaemin memijat pangkal hidungnya sesekali. Bukan itu saja, bahkan ia tidak sedikit menerima perlakuan buruk dari beberapa siswa bahkan orang asing yang menyuruhnya untuk meninggalkan Jeno karena telah menghambat sang Elder dan Queen bersatu.

Dan hal itu membuat Jeno beserta kedua orang tuanya sangat ekstra protektif padanya. Ia tak pernah dibiarkan sendiri walau hanya semenit. Karena mereka tidak ingin terjadi apa-apa padanya.

Memang seharusnya takdir Elder adalah Queen. Bukan dirinya yang seorang Omega biasa. Tapi, jika ia memilih pergi dan merekalan Jeno agar bisa bersama takdirnya; Queen. Bagaimana dengan dirinya sendiri? Tidak bisakah ia egois untuk mempertahankan Jeno untuk dirinya sendiri?

Helaan nafas kembali lolos dari hidung bangirnya. Ia menutup pintu lokernya dan tidak lupa menguncinya. Kemudian ia meraih kantung plastik berisikan surat-surat yang tertulis ujaran kebencian dan sampah-sampah yang mengotori lokernya.

Jeno sudah mengetahui perihal penindasan yang dilakukan orang-orang terhadapnya. Lelaki tampan itu sangat marah tentu saja. Tapi Jaemin selalu menahan kekasihnya itu agar tidak berbuat macam-macam dan mengatakan bahwa ia baik-baik saja.

Padahal kenyataannya ia sangat muak dengan semua ini. Ingin rasanya ia melempar semua surat dan sampah ini ke wajah orang-orang yang mengganggunya. Namun yang ada malah mereka semakin menjadi-jadi jika ia membalas.

Jaemin membuang kantung plastik besar ditangannya di tong sampah. Ia menepuk tangannya berkali-kali sebelum akhirnya berbalik dan menuju parkiran sekolah. Mungkin Jeno sudah menunggunya terlalu lama, hari ini mereka akan pulang bersama namun ia menyuruh Jeno pergi ke mobil terlebih dahulu dengan alasan ia harus mengambil barangnya yang tertinggal di loker.

Namun pilihannya untuk menuju parkiran sekarang adalah kesalahan yang fatal. Disana ia melihat kekasihnya dan Renjun saling berpelukan.

Dadanya terasa nyeri, melihat apa yang ada didepan sana membuat hatinya terasa dicabik-cabik. Matanya memanas, air mata sudah menggenang dipelupuk matanya. Sudah siap untuk tumpah dalam sekali kedip.

Ia mendongak, berusaha menghalau air matanya agar tidak menetes begitu saja. Maka dengan memantapkan hati, ia berjalan mendekati kedua lelaki yang saling berpelukkan itu.

Menyadari ada seseorang yang berjalan kearah mereka, Jeno segera melepas pelukan Renjun secara paksa.

Dan Jeno merasa jantungnya berhenti melihat tatapan penuh kesakitan dari sorot mata kekasihnya itu. "Na-"

"Apa?" Tukas Jaemin dingin.

"Dengarkan aku, aku bisa menjelaskannya. Aku dan Ren-"

"Cukup, Jeno. Aku tidak ingin mendengar penjelasanmu. Semua sudah sangat jelas sekarang. Memang benar apa yang dikatakan orang-orang selama ini. Kau memang tidak pantas bersamaku. Sudah sepantasnya kau bersama takdirmu."

Jeno mendekat kearah Jaemin dan meraih tangan Omeganya itu lalu menggenggamnya erat, "Na, kumohon jangan katakan itu. Kau jauh lebih pantas bersamaku."

Jaemin menggeleng lantas menarik tangannya dari genggaman Jeno, "tidak Jen, akuilah takdirmu. Kau adalah seorang Elder dan Renjun adalah Queen. Sudah sepantasnya kalian bersama."

"Aku dan Jeno tidak akan bisa bersama. Dia tidak menerimaku, Na Jaemin." Sahut Renjun pada akhirnya. Omega berstatus Queen itu terlihat sangat tenang, berbanding terbalik dengan Jaemin yang sudah mulai terlihat kacau.

Nerd Alpha | NOMIN Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang