36 - T R E I N T A Y S E I S

2.5K 320 14
                                    

Sudah beberapa hari terlewati sejak Jeno mendatangi kediaman keluarga Jung untuk menyusun rencana mereka; melenyapkan sumber kesengsaraan hidupnya selama ini. Jantungnya berdegup kencang, kepalan tangannya mengeras, berusaha menghalau perasaan gelisah yang sedari tadi hinggap di benaknya.

Pandangannya menerawang, apakah mereka berhasil?

Mereka disini merujuk pada pamannya dan beberapa kerabat serta rekannya yang sejak kemarin berangkat menuju lokasi persembunyian kyrax. Ia sudah berusaha menghubungi Mark maupun Haechan sejak kemarin, tapi terakhir kali panggilannya tersambung adalah ketika Mark dan yang lain akan memasuki hutan di sebuah gunung yang berada sangat jauh dari pusat kota.

Mungkin di dalam hutan tidak ada sinyal, mengingat lokasinya yang amat terpencil.

Hanya saja, Jeno masih tidak bisa menyingkirkan rasa gundah yang terus bergelayut dihatinya.

Saat ini ia tengah berada di lokasi proyek pusat perbelanjaan yang dipegang oleh sang kakek. Memang selama beberapa waktu terakhir ini, tuan Lee sering mengajak Jeno untuk turut hadir dan membantu urusan bisnis dan pekerjaannya.

Dan Jeno jelas mengiyakan tanpa keraguan. Ini adalah kesempatan emas, ia bisa memantau lebih dekat dan mengalihkan perhatian sang kakek selama pamannya dan yang lain meminta bantuan pada klan penyihir kyrax. Sedangkan Jaemin berada di apartemen lamanya yang sudah ia segel hawa keberadaan dan lokasinya dengan menggunakan alat pelindung yang sudah dimantrai oleh Taeyong.

Sebenarnya Jeno sedikit ragu untuk meninggalkan Jaemin kemarin dan menolak pergi karena perasaannya yang tidak tenang, tapi kekasihnya itu sudah menenangkannya dan berkali-kali berujar dengan suara lembutnya, "pergilah, aku akan baik-baik saja" lalu wajahnya dibubuhi oleh kecupan ringan nan manis dari Jaemin. Bagaimana bisa Jeno tidak menurut?

Maka, setelah bertukar pesan beberapa kali dan memastikan kekasihnya itu baik-baik saja, Jeno agaknya bisa sedikit bernafas lega.

Kemudian suara sol sepatu yag bergesekan dengan permukaan tanah kasar membuyarkan lamunan Jeno, kakeknya dan sekretaris kepercayaannya melangkah mendekat dengan senyum puas.

"Apa urusan kakek sudah selesai?"

Tuan Lee mengangguk, "ya, semua berjalan lancar tanpa kendala apapun. Mungkin saja pembangunan mall ini bisa selesai sesuai rencana." Jeno mengulum bibirnya, ikut tersenyum mendengarnya, "syukurlah."

"Ayo, pulang. Kakek akan menyuruh kepala pelayan untuk menyiapkan makan malam yang mewah dan merayakan hari ini." Tuan Lee berujar semangat. Jeno menaiki mobil dengan sang kakek. Memasang seatbelt kemudian bersandar pada jok mobil dan menghela nafas lelah. Sang kakek menyadari itu dan menoleh, "kau lelah?"

Lelaki Lee itu mengangguk singkat, "lumayan, aku tidak bisa tidur semalam setelah membantumu meninjau laporan perusahaan." Sang kakek terkekeh, "maafkan kakekmu yang sudah merepotkanmu ini, cucuku."

"Tidak masalah, kakek. Kau sudah terlalu tua, tidak baik jika terlalu lelah dan kurang istirahat. Sudah menjadi tugasku untuk membantumu." Jeno berkata tulus, namun tidak ada yang tahu mengenai amarah yang meluap dibalik perkataannya.

Dalam hati ia menyumpah serapahi pria tua didepannya ini, berharap agar sang kakek bisa cepat mati saja. Namun mati karena usia tua atau karena kelelahan akibat terlalu banyak bekerja sangatlah murah hati baginya, tidak sebanding dengan semua penderitaan yang ia rasakan.

Sang kakek mengambil sebuah botol kaca kecil dengan logo dari sebuah perusahaan minuman terkenal dari balik saku jasnya. Itu adalah minuman energi yang sering dibawa oleh tuan Lee untuk dirinya sendiri ketika terlalu lelah, "minumlah, setelah pulang nanti kau harus segera beristirahat setelah makan malam."

Nerd Alpha | NOMIN Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang