[S1] Chapter 3. Kantin

78 19 2
                                    

Rahma kini sudah berada di kelasnya, hingga pak kepsek pergi, ia langsung memperkenalkan dirinya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Rahma kini sudah berada di kelasnya, hingga pak kepsek pergi, ia langsung memperkenalkan dirinya. Ada hal yang aneh, seisi kelas tak ada yang merespon perkenalannya. Hanya guru saja yang saat itu juga menyuruh Rahma untuk duduk di bangkunya.

Rahma berjalan melewati teman-temannya itu. Sebuah ekspresi yang asing baginya. Sekolah ini benar-benar berbeda dengan yang lain. Respon mereka yang datar semakin membuat Rahma geleng geleng kepala. Nyali pun sempat ciut. Ia bingung, kenapa semua orang disini bersifat dingin. Seakan tidak ada keceriaan sama sekali yang terpampang di wajah mereka. Ada beberapa yang tersenyum, itupun hanya senyuman sinis.

Kenapa! Apa mungkin Rahma tidak diterima dengan baik oleh mereka?

Rahma duduk di bangku yang masih kosong. Bangku paling belakang dan berjejer dengan seseorang yang sepertinya ia lihat tadi di koridor. Sesekali orang itu menoleh, dan Rahma pun mengalihkan pandangannya ke jendela.

Ia menoleh lagi, ternyata orang itu masih melihatnya. Hingga ia memberanikan diri untuk melontarkan senyuman padanya, namun balasan senyuman sinis yang ia dapatkan dari orang itu. Bukan hanya tatapan sinis, tapi juga acungan jempol ke bawah, yang artinya ia dianggap cemen oleh orang itu. "Apa maksudnya?" Rahma masih kebingungan. Kenapa sedari tadi ia di buat bingung oleh semuanya yang ada di sini. Banyak pertanyaan berputar di kepalanya. Sekolah ini memang benar-benar beda dari yang lain. Bukan hanya karena gedung dan fasilitasnya, tetapi juga dengan keanehannya.

________

Rahma memutuskan untuk berdiam di kelas saat istirahat. Ia memperhatikan banyak temannya yang keluar kelas menuju ke kantin.

Ia mengeluarkan bekal dari tasnya. Sembari mengunyah dan melihat sekelilingnya. Belum ada dari mereka semua yang menyapanya. Bahkan meskipun Rahma sendiri yang duluan menyapa, mereka semua tak memberikan respon sama sekali. Ia memilih untuk diam. Fokus pada apa yang tengah ia makan. Sekalipun tidak mempunyai teman, setidaknya ia kini sudah bisa sekolah di SMA impiannya.

Seseorang mendatangi Rahma yang masih sibuk menikmati makanannya. Orang itu mengambil bekal Rahma secara tiba-tiba, lalu membuangnya di halaman belakang kelas lewat jendela. Bukan hanya makannya saja, tapi sekaligus dengan tupperware nya.

Rahma bergegas menuju ke arah dimana orang itu membuang makanannya "maksudnya apa! Kenapa bekalku di buang?"

"Kenapa, ga boleh? Orang yang sekolah disini pasti makan di kantin. Ga level makan bawa bekal...."

Mak deg, sungguh hal yang sangat tidak Rahma duga. Sejak kapan sekolah mewajibkan siswa-siswinya harus makan di kantin. Sejak kapan juga membawa bekal ke sekolah itu di larang. Rahma benar-benar dibuat marah saat itu. Kesabaran yang sudah tadi ia tahan sejak tadi pagi kini rasanya sudah tak tertahan lagi.

"Kenapa emangnya? salah kalo aku bawa bekal" Rahma menatao sinis mereka semua "lagian aku juga ga minta makan ke kalian. Setidaknya aku sama sekali tidak mengganggu"

Ketika ada yang berbuat tidak baik, kenapa tak satupun dari mereka yang membelanya. Hanya tatapan sinis dari mereka. Seakan sangat senang ketika Rahma mendapatkan perlakuan tak baik dari orang lain "kalian ini sama sekali ga punya sopan santun" Rahma kecewa atas hal yang baru saja menimpanya. Bekalnya di buang begitu saja, dan Rahma sendiri pun kini tengah lapar. Ia memilih untuk pergi ke kantin, menuruti perutnya yang sudah keroncongan sedari tadi.

Sekolah itu cukup luas, hingga Rahma kesulitan menghafal tempat-tempat di sekolahnya itu. Setelah cukup lama mencari, akhirnya Rahma menemukan kantinnya juga. Ada banyak orang yang sibuk makan, mengobrol, dan lain-lainnya. Suasana disini cukup tenang, meskipun ramai. Ia lebih memilih berada disini ketimbang berdiam diri dikelasnya tadi.

Ia mengunjungi salah satu ruko. Ada banyak menu, namun ia sangat terkejut ketika melihat daftar menu serta harganya "mahal banget, di sekolah yang dulu aja murah. Ga sampai segini harganya"

Merasa ada yang menghampiri rukonya, penjaga kantin itu bergegas menemui Rahma dan menanyakan pesanan "mau pesan apa neng" penjaga itu tampak mengamati

"Em.... Bu. Saya mau pesan nasi soto. Apa harganya bisa di kurangi. Mohon maaf sebelumnya. Soalnya saya ga bawa uang cukup" jelas saja Rahma sangat malu. Ini kali pertamanya menego harga makanan yang ia beli

"Waduh neng, kalau begitu bagaimana kalo bayarnya setengah dulu. Besok baru bisa di lunasi"

"Boleh begitu Bu? Baik Bu saya pesan nasi soto nya satu"

"Sebentar ya, ibu siapkan dulu"

Penjaga kantin itu sibuk menyiapkan nasi soto pesanan Rahma. Sembari menghampiri ibu itu, Rahma sangat ingin bertanya "apa aku tanya aja ya ke ibu ibu kangin ini" sama sekali tak ada yang mau berbicara padanya di sekolah ini. Mungkin bertanya pada ibu kantin bukankah suatu rencana yang buruk "Bu, apa saya boleh tanya sesuatu?"

"Mau bertanya apa, silahkan tanya aja. Insyaallah akan di jawab kalo ibu tau"

"Seberapa banyak hal yang ibu tau dari sekolah ini. Maaf jika saya lancang, tapi saya rasa ada hak yang aneh. Sedari tadi, tidak ada yang mau berbicara dengan saya. Saya pun tidak tau salah saya pada mereka itu apa"

Penjaga kantin itu diam sejenak, kamu berbicara lagi untuk menjawab pertanyaan Rahma "kamu ini pemilik beasiswa ya?"

Rahma mengangguk "iya Bu, saya masuk ke sekolah ini dengan beasiswa yang saya dapat"

"Pantas saja mereka memperlakukan kamu seperti itu"

"Memperlakukan bagaimana Bu?"

"Ibu akan lebih senang jika orang seperti kamu lebih banyak bersekolah disini. Itung-itung bisa memperbaiki SDM di sekolah ini" jelas penjaga kantin sembari tangannya yang masih sibuk menciduk kuah soto "mereka seringkali menganggap orang yang mendapatkan beasiswa seperti kamu ini, sebagai kasta yang rendah. Neng tau sendiri kan, SMA Garuda terkenal dengan biayanya yang mahal. Orang-orang kaya berkumpul disini, dan yang tidak kaya tak jarang ditindas"

Apa-apaan ini, ia baru saja mendengar hal yang sangat membingungkan. Rupanya masih banyak hal yang belum Rahma ketahui tentang sekolah ini. Apalagi dengan banyak keanehannya, yang membuatnya geleng-geleng kepala.

"Intinya kamu harus hati-hati. Nait hanya untuk belajar. Jangan pernah terlibat masalah dengan mereka. Itu nasihat ibu buat kamu" ibu kantin memberikan nasi soto yang sudah siap itu pada Rahma.

Rahma duduk di salah satu bangku yang masih kosong, ia tergiur melihat Soto ayam yang sangat menggugah selera. Ia mulai menyantap makanannya itu. Baru saja makan beberapa sendok, ia dikagetkan dengan seseorang yang tiba-tiba saja menggebrak mejanya. Rahma dengan sigap langsung menoleh. Melihat ada segerombol siswa yang berdiri di depannya. Salah satu dari mereka nampak sangat sinis tatapannya "minggir"

Primadona Where stories live. Discover now