[S2] Chapter 77. Karma

18 3 0
                                    

Kabar tentang bangkrutnya Wiratama Company telah tersebar di banyak media

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Kabar tentang bangkrutnya Wiratama Company telah tersebar di banyak media. Hal itu pun sempat membuat banyak orang geger. Mengetahui besarnya perusahaan tersebut, hampir tak disangka bahwa perusahaan yang mengeluarkan banyak produk berkualitas ternyata telah mengalami kerugian besar.

Bukan hanya itu, bangkrutnya perusahaan ternama itu juga berdampak pada bisnis lain yang bekerjasama dengan Wiratama Company. Hal itu membuat kerjasama itu terputus begitu saja, serta kerugian yang dialami lebih besar.

Berita itu sudah tak asing lagi ditelinga banyak awam, termasuk Rahma. Ia yang baru saja mengalami kedukaan tiba-tiba saja mendengar berita ini. Eyangnya yang 1 tahun belakangan ini ia dan keluarganya rawat, telah menghembuskan nafas terakhirnya kemarin malam.

"Kalian siapin barang-barang kalian ya. Sore ini kita langsung pulang" ucap Bu Mira yang saat itu sibuk memasukkan bajunya di koper.

Jujur, hal itu juga merupakan kesempatan tersendiri bagi Rahma untuk mengetahui bagaimana keadaan orang yang selama ini ia cintai diam-diam. Ia tau pasti sangat berat bagi Bu Risa beserta keluarganya mendapatkan cobaan seperti ini. Belum lagi rumor tentang Pak Wira yang kabarnya tengah terbaring lemas serta koma di rumah sakit. Ia pun tak tau bagaimana kondisi Prima saat ini. Apakah Genk itu masih belum bubar?

________

Pemilik perusahaan yang baru saja bangkrut itu tengah terbaring lemas di rumah sakit. Akibat kejadian yang menimpa perusahaanya, menyebabkan jantungnya menjadi lemah.

Siapa yang tak drop, jika hal yang sudah dibangun bertahun-tahun lamanya, justru hancur begitu saja. Hanya karena adanya rekan yang sudah menghancurkan bisnisnya.

Pintu ICU tiba-tiba. Seseorang yang memakai seragam kerja itu membawa dua bungkus makanan serta minuman hangat "Assalamu'alaikum mah"

"Waalaikumsalam"

Siapa lagi jika bukan Farhan. Hal yang terjadi pada perusahaan ayahnya juga berdampak pada dirinya. Ia memutuskan untuk putus kuliah karena tau mampu membayar biayanya. Pun juga dengan Prima lainnya. Risa menyuruh mereka untuk kembali ke kediaman masing-masing. Karena ia sendiri merasa sudah gagal menjadi seorang ibu.

Faris pulang ke tanah kelahirannya di Rusia. Sang kakek yang sebenarnya selama ini menunggunya, kini dibuat senang karena cucunya telah kembali.

Sedangkan Fathur, ia meneruskan bisnis almarhumah ibunya. Sebuah restauran yang saat ini juga merupakan tempat kerja Farhan.

Sementara Fahmi....

Farhan duduk tepat di samping ibunya. Memandangi ibunya itu yang tengah sibuk menghitung uang sisa.

"Ini untuk biaya rumah sakit papah" Risa menaruh uang itu di koper kecil miliknya.

Beruntung uang tabungannya masih ada sisa. Meskipun sudah terkuras habis karena membiayai Wira akibat penyakit riwayat jantungnya "Alhamdulillah, biaya rumah sakit setelah ini lunas. Ini sisanya untuk sewa kontrakan dan kebutuhan sehari-hari, mamah gamau terus-terusan ngerepotin Fathur. Nak, menurut kamu usaha yang cocok itu apa ya. Biar mamah juga ada pemasukan. Mamah gaakan ngebiarin kamu putus kuliah begitu saja"

Farhan memegang serta mengelus lembut punggung tangan ibunya "mamah ga perlu bingung soal kuliah. Farhan fine fine aja kok meksipun tidak meneruskan pendidikan ke jenjang tinggi. Mamah ga perlu capek capek cari pemasukan. Insya Allah Farhan akan mencukupi kebutuhan sehari-hari mamah. Jangan khawatir ya"

Risa menatap anaknya itu cukup lama. Seorang anak yang dulunya sering beri tekanan batin, ternyata begitu baik padanya. Ia memeluk anaknya itu erat erat, sembari air mata yang mulai mengalir membasahi pipinya "maafin mamah ya nak. Mamah belum bisa menjadi orang tua yang baik untuk kamu"

"Mamah ga perlu minta maaf, karena mamah ga salah. Ini semua takdir dan kita harus menerima dengan ikhlas. Kita berjuang sama-sama ya mah, untuk kesembuhan papah juga"

Pelukan itu lepas beberapa menit kemudian. Risa mengelap mukanya yang sudah dibasahi air mata. Ia mengambil koper itu "mamah ke administrasi dulu ya. Kamu jagain papah disini"

Niatnya yang ingin membayar biaya suamimu, justru Risa melihat seseorang yang sangat familiar. Orang itu terlihat berjalan kearahnya "Assalamu'alaikum. Mamah apa kabar?" Orang itu tampak mengulurkan tangan dan menyalami dirinya.

"Fathur" tanpa sepatah katapun, Risa langsung memeluk anak tirinya itu. Seseorang yang sudah ia renggut kebahagiannya, justru kini malah menyayangi dirinya. Fathur sama sekali tak mempunyai dendam meskipun ibu tirinya ini yang dulu telah menjadi penyebab kematian ibunya.

"Mata mamah sembab gitu, pasti habis nangis. Mamah ga perlu sedih. Biaya papah sudah Fathur atur semuanya. Oh iya, Fathur boleh ketemu papah kan?"

Risa tanpa menjawab langsung menuntut Fathur menuju ruang ICU, dimana suaminya itu dirawat.

"Farhan!" Panggilnya pada saudara tirinya itu. Ia berjalan mendekati Farhan lalu memeluknya. Pelukan itu juga di balas oleh Farhan. Dua bersaudara itu tengah saling berpelukan. Mengeluarkan tangis masing-masing, atas kejadian yang sama sekali mereka tak sangka.

"Fathur, sekali lagi terimakasih atas bantuan kamu biayain tanggungan rumah sakit, tapi mamah gaakan suka kalau kamu seperti ini. Mamah gamau membebani kamu...."

"Mamah dan papah sudah berperan buat Fathur selama ini. Bukan sebuah kesalahan kan, jika Fathur ingin membantu. Fathur juga bagian dari keluarga kalian"

Primadona Where stories live. Discover now