[S1] Chapter 35. Cinta

28 11 0
                                    

Genk cheers itu membawa Rahma ke sebuah kelas yang kosong

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Genk cheers itu membawa Rahma ke sebuah kelas yang kosong. Begitu sampai Rahma langsung di lempar dan tubuhnya tak sengaja menabrak bangku yang ada disana

"Keterlaluan banget sih kalian. Ngapain sih bawa aku kesini. Kalo mau ngomong kenapa ga langsung aja" ucap Rahma tak terima dirinya diperlakukan seperti itu.

Sementara itu, Ana yang penasaran ternyata mengikuti mereka. Ia mengintip lewat jendela. Ada hal aneh yang ia lihat. Kakaknya itu terlihat sedang berdebat dengan orang-orang tadi. Hingga muncul banyak pertanyaan di kepalanya.

Renia tanpa pikir panjang langsung menampar Rahma.

Siara tamparan itu terdengar begitu nyaring serta menggema. Rasanya lumayan sakit, karena Renia menamparnya dengan cukup keras. Jelas saja Rahma tak terima. Ia berniat ingin membalas. Namun ketika Rahma hendak melayangkan tangannya, Renia justru dengan sigap menahan tangannya "kenapa, mau nampar gue?"

Perasaan kesal dan penuh dendam itu sudah tak bisa Rahma tahan lagi. Ia lelah, sangat lelah. Sungguh tak enak rasanya di perlakukan tak baik oleh orang yang jelas-jelas tak pernah ia sakiti. Rahma tetap tidak menyerah. Ia justru menepis pegangan tangan Renia. Bukan hanya itu, Rahma bahkan menendang kaki ketua cheers itu hingga dia terjatuh.

Para Genk cheers itu terkejut dengan hal yang Rahma lakukan. Bagaimana bisa Rahma yang terlihat lunglay bisa dengan mudah berbuat seperti itu "Saiko ya lo, mau nantang gue lo?" Renia kembali berdiri, dengan dibantu oleh dua temannya. Ia berjalan ke arah Rahma. Menatap pemilik kartu merah itu dengan tatapan yang penuh dengan kebencian.

"Kenapa kamu ga terima saat aku pukul seperti tadi. Bukannya kamu juga lakuin hal yang sama terhadap orang lain. Aku hanya ingin membalas perlakuan kamu doang kok!"

"Heh miskin, denger ya. Gausah seneng hanya karena Farhan milih lo tadi. Farhan kayak gitu, karena ada sesuatu yang dia inginkan dari lo...."

"Aku udah tau kok, kamu ga perlu jelasin itu ke aku. Karena gaada gunanya sama sekali buat diri kamu!"

Renia makin kesal ketika Rahma selalu menyahut perkataannya. Ia seolah sudah kalah sekarang. Bahkan tak bisa berbuat apa-apa. Ia memilih untuk mengajak sahabatnya itu pergi dari kelas saat itu juga. Namun berhenti ketika Rahma mengatakan sesuatu "aku masuk tim cheers kan!"

Renia seketika menoleh "temui gue di ruang cheers besok"

Mengetahui orang orang itu hendak keluar kelas, Ana dengan sigap langsung bersembunyi di koridor sebelah sampai mereka pergi. Kemudian bergegas menyusul kakaknya yang masih ada di kelas itu saat itu.

Rahma menghela nafas panjang. Masih terkejut dengan keberanian yang ia miliki tadi. Sempat berfikir jika ia bisa lebih tegas, serta bersikap seperti kejadian beberapa menit yang lalu. Pasti nasibnya tak begitu buruk di SMA Garuda. Berniat hendak pergi, namun ketika ia berbalik. Rahma di kejutkan dengan adiknya yang entah kenapa tiba-tiba ada disana "Astaghfirullahalazim. Ana, ngagetin aja. Kamu ngapain sih disini?"

Primadona Where stories live. Discover now