[S1] Chapter 59. Bertindak

16 7 3
                                    

Rahma terkejut melihat Farhan yang lagi dan lagi menunggunya di depan ruang OSIS

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Rahma terkejut melihat Farhan yang lagi dan lagi menunggunya di depan ruang OSIS. Beruntungnya ia keluar paling awal, sehingga tak ada yang melihat mereka. Farhan seketika itu juga langsung menyeret Rahma ke jalan depan. Menunggu angkot yang akan mengantarkan mereka pulang.

"Farhan, kamu gapapa emangnya. Setiap hari naik angkot terus. Kamu kan biasanya naik mobil"

"Ga masalah, kalo naik angkot sama kekasih hati" ucapnya sembari tertawa.

"Ish apaan sih Farhan, ga lucu tau ngga" Rahma kesal lalu mencubit Farhan.

Namun Farhan kali ini tak merespon, justru ia biasa saja ketika Rahma mencubitnya, meskipun terasa sakit.

Setelah angkot datang, mereka segera naik. Rupanya Farhan mulai nyaman dengan kebiasaan yang para orang awam jalani. Sederhana namun sangat amat menyenangkan. Bertemu dengan orang-orang yang baik hati, saling menyayangi satu sama lain tanpa melihat adanya perbedaan diantara mereka semua.

Sementara Bu Risa kini sudah mengetahui semuanya. Melihat perubahan Farhan yang amat sangat drastis. Ia juga sudah melihat vidio rentang SMA Garuda yang baru saja viral "rupanya anak itu sudah menjadi ketua OSIS" ucapnya.

"Benar, dan gadis itu juga kini mendapatkan banyak dukungan dari sebagian siswa-siswi SMA Garuda, bahkan kepala sekolah dan gurunya sekalipun"

"Jika seperti ini, lama kelamaan Prima akan redup. Farhan sekarang juga acuh tak acuh terhadap hal itu. Jika tidak segera di perbaiki, nanti akan berdampak buruk bagiku. Persiapkan kendaraan, kita harus segera mendatangi alamat rumahnya"

Bu Risa memerintahkan bawahannya untuk segera mempersiapkan keberangkatan mereka menuju rumah Rahma. Hal itu di ketahui oleh Genk Prima lainnya. Mereka saat itu tengah berkumpul di ruang santai mereka. Kemudian Faris berlari tergopoh-gopoh karena hendak memberitahu sesuatu pada Fahmi dan Fathur "guys, ada berita penting yang harus kalian ketahui!"

"Apa?"

"Ris, lo kenapa?"

"Bu Risa, dia mau datang ke rumah Rahma"

"Apa!" Ucap Fahmi dan Fathur secara bersamaan. Mereka semua terkejut akan hal yang di lakukan oleh Bu Risa "gue gatau mereka kesana dengan tujuan apa, yang pasti kita harus segera kasih tau Farhan tentang semua ini"

"Okay" Fahmi dengan sigap menelfon Farhan "nomornya ga aktif!" Fahmi berulangkali mencoba menghubungi Farhan, namun nomornya tidak aktif.

"Jangan gegabah, kita biarin aja dulu Bu Risa lakuin apa yang dia mau. Kita gausah ikut campur dulu. Baru kalo dia udah keterlaluan, kita bertindak" jelas Fathur.

Bu Risa sendiri kini sudah sampai di alamat Rahma. Namun ia belum tau jika ternyata di samping rumah itu lah, tempat Farhan tinggal sekarang. Ia langsung saja menggedor pintu itu dengan keras. Hingga akhirnya Bu Mira datang untuk membukanya "maaf, anda siapa. Ada perlu apa datang ke sini?"

Bu Risa tanpa permisi langsung masuk dan duduk di bangku ruang tamu "dimana anak ibu?" tanyanya pada Bu Mira.

"Maksudnya?" Bu Mira rupanya masih belum paham dengan situasi saat ini.

"Anak ibu yang bernama Rahma. Sudah membuat kekacauan dalam keluarga saya"

Rahma dan Ana mendengar suara keributan dari arah ruang tamu, lantas mereka segera melihat apa yang tengah terjadi. Alangkah terkejutnya Rahma ketika tau bahwa Bu Risa datang ke rumah mereka. Mereka pun sontak ikut duduk bersama Bu Mira dan yang lainnya "ada apa ibu mencari saya?" Rahma sebenarnya sudah tau, maksud dan tujuan Bu Risa dan bawahannya datang kemari. Pasti Bu Risa menyalahkan dirinya atas apa yang telah terjadi pada Genk Prima.

"Kamu masih belum paham, tentang apa yang sudah kamu perbuat!" Bu Risa semakin menginterogasi Rahma.

"Saya tau, saya adalah salah satu penyebab pudarnya primadona di sekolah, tapi itu sudah yang terbaik untuk semuanya. SMA Garuda kini kian membaik, tidak ada lagi yang namanya kartu merah, apalagi pembullyan. Perbedaan kasta juga sudah mulai dihilangkan. Para Genk Prima sendiri juga sudah menyadari akan hal itu, dan kita semua...."

"BERHENTI! Kamu pikir kamu siapa, seenaknya mengatur apa yang harusnya ada di SMA Garuda. Aturan Prima sudah ada sebelum kamu masuk di sekolah itu. Selama tidak ada yang protes...."

Rahma dengan berani memotong perkataan Bu Risa "they dare not protest, because they are too afraid of Genk Prima. Saya tau Bu Risa sangat menghargai aturan Prima, tapi semua aturan itu menguntungkan satu pihak saja. Sedangkan pihak lainnya tertindas dan teraniaya. Saya tau anda punya kuasa besar atas SMA Garuda, tapi tidak seharusnya anda mendukung bahkan menyetujui peraturan konyol seperti itu...."

Bu Risa beranjak dari duduknya, menuju ke arah Rahma lalu menamparnya hingga terjatuh. Pemilik saham perusahaan terbesar itu rupanya kini semakin menunjukkan ketidaksukaan nya pada Rahma.

Bu Mira tak terima jika Rahma di perlakukan seperti itu di rumahnya sendiri. Ia lantas balik menampar Bu Risa, menjambak nya hingga pertengkaran mereka tak dapat di hindari. Para pengawal segera melerai mereka. Bu Risa kini sudah mulai redam, ia tak lagi membalas Bu Mira "apa perlu, saya beri kalian uang. Supaya Rahma berhenti mengusik Genk Prima dan keluar dari SMA Garuda"

"Hei, anda dengar ini baik baik. Kami memang bukan orang kaya. Meskipun saat ini kami butuh uang, kami tidak akan rela bahkan sudi menerima uang dari orang angkuh seperti anda"

"Silahkan berbicara sesuka anda, yang pasti, jika Rahma tetap mau mendekati Farhan, maka kalian semua akan terima akibatnya" Bu Risa dan pengawalnya langsung pergi saat itu juga.

________

Farhan tengah berada di gedung olahraga. Ia nampak bermain basket sendirian. Memikirkan apa yang harus ia lakukan. Apalagi kini Meira sudah mulai bertindak. Ia pun tak tau apa yang akan ibunya lakukan nanti jika sudah tau tentang perasaannya pada Rahma "arghhhh" ia membanting bola itu.

Handphonenya tiba-tiba berdering, rupanya Fahmi yang menelfon "ada apa Fahmi"

"Farhan, lo kemana aja sih dari tadi. Gue telfonin ga di angkat"

"Sorry, gue lagi main basket soalnya. Ada apa emangnya"

"Emangnya lo belum tau ya kalo Bu Risa dateng ke rumah Rahma?"

"What? Nyokap gue dateng ke rumah Rahma. Kenapa lo ga ngasih tau dari tadi"

"Gue udah berusaha kasih tau lo dari tadi, tapi lo nya susah banget di hubungin"

Farhan segera memesan ojek dan pulang ke rumahnya. Namun tak ada siapa-siapa disana. Sepertinya ibunya sudah pulang. Ia pun dengan terpaksa pulang kembali ke rumahnya "maksud mamah apa datang ke rumah Rahma, dan membuat kekacauan disana?"

"Farhan Farhan, rupanya kamu belum sadar juga. Mamah sudah tau semuanya. Aturan Prima yang sudah redup dan perasaan kamu pada orang miskin itu. Apa kamu tidak berpikir sebelum bertindak. Kamu sama sekali tidak memikirkan perasaan Meira...."

"Kenapa Meira? Gimana sama perasaan Farhan sendiri. Apa mamah pernah mikir perasaan Farhan. Mamah hanya ngurusin tentang bisnis, dan perjodohan ini juga salah satu alasan untuk menaikkan bisnis mamah saja kan. Mah, dengar ya, percuma kita kaya jika di dalamnya gaada kebahagiaan sama sekali. Farhan akan terus melakukan apa yang menurut Farhan benar, dan mamah tidak berhak menghakimi itu semua" ia berbalik dan hendak pergi, namun terhenti sejenak.

"Kamu tau konsekuensinya jika kamu melangkah lebih jauh lagi?"

"Farhan berani melakukan semua ini. Itu artinya berani menanggung apapun resikonya" kini Farhan benar-benar pergi dari rumah itu.

Primadona Where stories live. Discover now