[S1] Chapter 23. tantangan

26 12 0
                                    

Rahma tengah mencari Fahmi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Rahma tengah mencari Fahmi. Namun tak kunjung ketemu juga. Hingga ia pergi ke halaman belakang sekolah, ternyata Fahmi ada disana "Fahmi, ternyata kamu ada disini. Padahal aku cariin kamu dari tadi"

"Kenapa?"

"Aku mau minta maaf soal kemarin"

"Kan aku udah bilang. Gausah dipikirin, lagian aku fine fine aja kok. Pokoknya yang penting tugasnya udah selesai. Clear kan"

"Oh iya, btw, kamu udah denger kan tentang prom night"

"Iya, Minggu depan kan"

"Em...." Rahma agak canggung mengatakannya, namun ia harus melakukan itu demi adiknya "gini Fahmi, selain siswa-siswi SMA Garuda, apa ada yang boleh ikut?"

"Maksudnya?"

"Gini, adik aku itu, pengin banget ikut prom night. Kira-kira boleh ga ya?"

"Kok nanya ke aku sih. Aku kak bukan OSIS"

"Eh, iya juga ya. But, kamu kan udah lama sekolah disini, sebelumnya juga pasti udah pernah ikut prom night, itu yang dateng siapa aja biasanya"

"Pertanyaan kamu ga penting banget tau ga" Fahmi segera meninggalkan Rahma sendirian di halaman belakang sekolah.

Rahma bingung dengan sikap Fahmi yang berubah-ubah. Kadang care, kadang juga cuek. Sangat sulit untuk mengira sikap salah satu anggota Prima itu "Fahmi kenapa sih, ga jelas banget. Biasa aja kali ngomongnya, aku tanyanya juga baik-baik kok"

Rahma hendak menuju ke kelas namun di hadang oleh Renia dan genknya "ada apa?" tanya Rahma pada mereka.

"Gue tau, kemarin lo ketemuan kan sama Farhan di gazebo. Ngapain?"

"Wait, mau aku ketemu sama Farhan atau nggak, itu bukan urusan kamu kan!"

"Heh, jelas itu urusan gue. Farhan itu punya gue. Gue suka dan cinta sama dia so, gaada yang boleh deket sama dia selain gue"

"Kamu kelihatanya emang saiko ya!"

"What! Heh, lo ngatain gue saiko? Ngaca dong. Gue jauh lebih baik daripada lo"

Renia dan Genk nya masih saja menganggu Rahma. Jelas saja, saat pertama kali mereka bertemu pun, para tim cheers itu sudah memberikan sinyal permusuhan dengan dirinya "okay, daripada kamu itu terus-terusan bacot, mending aku kasih tau aja sekalian"

"Oke, apa?" Renia dengan siap mendengarkan apapun penjelasan dari Rahma. Kedua tangannya sengaja di lingkarkan di atas perutnya.

"Jadi, Farhan sendiri yang ngajakin aku ketemu di gazebo. Mau beru aku seragam baru. And ya, sepertinya dia itu perhatian deh sama aku. Sampai sampai ada debu sedikit aja di hijabku, dia itu sampai ngelapin biar bersih. Sorry aja nih, kalo ngambil start duluan" jelas Rahma meledek Renia.

"Ngelunjak ya lo. Bener bener ngeselin tau ga. Gausah sok sok ngedeketin Farhan deh. Kalian itu beda kasta. Jadi gausah ngarep lo bisa sama Farhan. Atau kalo lo mau, kita bersaing"

Rahma mengangkat sebelah alisnya "dih, ngapain aku bersaing hanya demi si songong itu. Renia.... Gini ya, yang ada Farhan sendiri yang mau deket deket sama aku. Buat apa aku bersusah payah bersaing sama kamu" Rahma tak henti hentinya meledek Renia yang kini terlihat sudah sangat kesal. Kedua tangannya itu kini dikepalkan.

"Okay, kalo gitu gue tantang lo!"

Kaget bukan main, Rahma terkejut ketika ketua cheers itu menawarkan sesuatu pada dirinya "apa?"

"Gue tantang lo buat nge dance di acara prom night minggu depan. Kalo lo berhasil, lo terserah deh mau deket siapa aja, dan lo juga punya kesempatan buat gabung di tim cheerleader. But, kalo lo ga berhasil, lo harus nurut sama gue. Selama lo sekolah di SMA Garuda, lo harus jadi bawahan gue. Gimana?"

Rahma berpikir pikir lagi. Sebuah pilihan yang sulit. Ini juga berhubungan dengan nasibnya. Mungkin jika ia menang, dirinya akan lebih aman. Apalagi mengetahui jika dia bisa gabung dengan tim cheers. Siapa tau dia bisa menjadi seorang famous dan mempunyai sedikit hak untuk mengubah secara perlahan aturan aturan tak jelas di sekolah itu. Mengingat bahwa menjadi ketua OSIS adalah salah satu misinya, Rahma yakin dengan kepopuleran yang ia dapat, ia akan semakin mudah untuk mendapatkan posisi itu. Karena itulah Rahma memutuskan untuk menerimanya tantangannya "aku terima tantangannya!"

"Okay, gue tunggu waktu prom night" Renia tersenyum sinis, kemudian mengajak temannya untuk segera masuk ke kelas.

Sedangkan Rahma diam seketika "apa yang barusan aku bilang. Aku benar-benar terima tantangan itu? Nanti kalo kalah gimana. Astaghfirullahalazim" Rahma nampak begitu gelisah saat itu. Ia tau pilihan ini tepat bagi nasib kedepannya di SMA Garuda. Namun kenapa ia tak berpikir lebih jauh. Jika ia kalah pasti nasibnya akan lebih buruk daripada hari-hari sebelumnya. Mengingat dirinya yang juga tak mahir dalam bidang dance

Hal itu terus mengganggu pikirannya hingga waktu istirahat tiba. Rahma masih saja kepikiran dengan apa yang terjadi tadi pagi. Ia saat itu tengah duduk di taman sendirian. Bingung mencari solusi dan bagaimana cara ia menari Minggu depan.

"Woi" Nino datang dan mengagetkan Rahma.

"Astaghfirullahalazim, Nino. Bisa ga sih gausah ngagetin"

"Iya maaf, lagian dari tadi aku perhatiin kamu bengong mulu" sebuah rutinitas Nino melihat ekspresi wajah Rahma yang di penuhi kesedihan. Namun kali ini terasa berbeda. Seperti ada sesuatu yang di sembunyikan. Sahabatnya itu tak mengucapkan satu kata pun. Membuat Nino semakin bertanya-tanya "Ra, kamu kenapa?"

"Okay, aku bakal cerita. Jadi, tadi pagi aku terima tantangan dari Renia"

"Hah, tantangan apa?"

"Nge dance. Renia bilang, aku sama dia bakal battle pas prom night minggu depan. Aduh gimana ya, aku ga bisa ngedance sih sebenernya. Kalo aku kalah nih ya, pasti aku bakal di kerjain sama mereka selama aku sekolah disini. No, tolongin aku dong"

"Aku harus apa, lagian kamu juga sih. Ngapain coba terima tantangannya"

"Pagi tadi aku cuma kebawa emosi. Gimana ga kesel coba, pagi pagi udah di atur atur aja. Bilangnya gausah deket deket sama Farhan, dih, siapa juga yang mau deket sama dia"

"Ra, bukannya apa nih ya. Kayaknya aku ga yakin deh kalo kamu bakal berhasil" jelas saja Nino ragu. Mengetahui Renia adalah ketua cheers. Kemampuan dancenya sudah tentu tak di ragukan lagi.

"Astaghfirullahalazim. Sahabatnya lagi bingung bukannya di dukung atau cari solusi kek, ini malah di buat minder"

"Gini lho Ra. Renia itu ketua cheers. Udah pasti dia hebat dalam hal nge dance. Udah, kamu bilang ke dia kalo kamu itu batalin tantangannya"

"Gabisa Nino! Kalo kamu gabisa kasih solusi gausah ngomong, tuh mulut diem" Rahma langsung pergi meninggalkan Nino di taman sendirian. Ia sangat kesal. Pada saat ini ia butuh dukungan dari seorang sahabat, namun Nino justru membuatnya semakin minder.

Primadona Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang