[S1] Chapter 33. Battle

26 11 0
                                    

Mereka masih bersiap-siap

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Mereka masih bersiap-siap. Rahma melihat kamar Nayla yang begitu luas. Ada banyak barang-barang mewah disana. Kasur yang empuk, almari yang ber merk, hingga desain ruangannya yang begitu indah "Ra, ini serius kamar kamu segede ini. Kalo gini mah, udah sama kayak setengah rumah aku"

"B aja. Justru, dulu luas kamarku adalah luasnya rumahku"

"Nay, bukankah kamu ini senasib sama aku, tapi kok...."

"Bisnis orangtuaku dulu bangkrut. Aku punya banyak teman, tapi setelah mereka semua tau bahwa aku jatuh miskin, aku mulai di bully. Sikap mereka ke aku sama hal nya ke kamu sekarang. And ya, setelah bisnis orangtuaku kembali naik dan Alhamdulillah lancar, mereka semua mulai mendekati aku lagi. But, I don't care. Sejatinya yang benar-benar teman itu, pasti dengan niat yang tulus. Bukan karena harta. Maaf Ra, jadi curhat"

Rahma tersenyum menanggapi perkataan Nayla "aku dulu berpikir, SMA Garuda itu adalah sekolah impian banyak orang. Sudah tau sendiri lah, sekolah yang terkenal elite dan fasilitas yang sangat memadai. Aku seneng banget, saat pertama kali aku masuk ke sekolah ini. Bahagia karena impianku untuk bersekolah disana akhirnya terwujud. Hm, tapi, semua itu tidak sesuai ekspektasi. Sekolah yang terlihat begitu indah dari luar, ternyata punya cerita yang sangat kelam di dalamnya. Masih heran aja, sekolah elit tapi masih kalah sama Genk abal abal itu. SDM rendah"

"Orangtua mereka punya power, yang menyewakan gedung itu. Berdasarkan kabar yang aku denger sih, sebenarnya gedung ini untuk perkantoran. Karena orangtua dari Genk Prima itu sendiri memutuskan untuk menyewakan gedung ini untuk sekolah"

"Iya aku udah tau, dan Genk Prima memanfaatkan semua itu untuk menindas yang lain kan. Mereka ga paham tujuan sekolah sebenarnya untuk apa. Mereka hanya bermain-main dengan kekuasaannya. Baru kali ini aku lihat yang seperti mereka"

"Mau gimana lagi. Membuat petisi untuk mereka, percuma!"

"Wait, petisi? Bisa juga tuh!"

"Ga bisa Ra, akan lebih banyak orang yang gak setuju sama petisi itu, di banding yang menyetujuinya. Udahlah, mendingan sekarang kita turun untuk makan, habis itu kita siap-siap dan langsung pergi ke sekolah"

________

Suasana malam itu sangat ramai. Baru saja Rahma masuk, ia sudah melihat pemandangan yang tak biasa. Banyak dari teman-teman memakai baju yang mewah. Bahkan ada dari mereka yang membawa kekasih. Ia bergidik ngeri, apakah ini prom night yang di dambakan semua orang. Sama sekali tak ada hal positif disini.

Prom night di gelar di lapangan upacara yang luas. Ada sebuah terop dan panggung disana.

"Rame banget. Jadi ini namanya prom night. Cuma sekedar party doang?"

"Ga cuma itu Ra, nanti ada kok dimana kakak kakak kelas kita saling mengucapkan perpisahan ke kita semua. Meskipun gaada feel sedih sama sekali sih. Karena pada dasarnya, adik kelas dan kakak kelas itu sering berantem"

"So, prom night gaada kepentingan sama sekali gitu?"

"Em, bisa di bilang begitu sih. Meskipun gaada faedahnya, yang namanya kebiasaan ya, susah untuk di hilangkan. Apalagi ini relate sama selera remaja"

Berbagai pertunjukan sudah di pertontonkan, hingga Renia dan genknya naik ke panggung memberikan sebuah pengumuman "good night everybody" sontak semua orang tertuju pada mereka "seperti yang sudah gue bilang di instatory gue. So, malam ini akan ada sebuah battle menarik, gue sama...." Renia menatap Rahma secara sinis "Rahma!"

Sontak tepuk tangan menggema saat itu. Mereka begitu menyukai kompetisi ini. Seorang famous ketua cheers dan pemilik kartu merah. Kira-kira siapa pemenangnya?

"pemenang akan di tentukan oleh juri, dan gue akan berkenalan jurinya ke kalian semua"

Kirana dan Fitri maju ke depan berjejeran dengan Renia. Sungguh hal yang sangat tak terduga. Sepertinya Renia sudah merencanakan siasat sedari awal, dengan menunjuk dua temannya itu sebagai jurinya "Kirana, dan Fitri. Mereka yang akan menentukan siapa pemenang di battle ini"

"Ra, kayaknya mereka itu mau curang deh. Pemenang sepertinya sudah ditentukan sebelum kompetisi dimulai"

"Hah?"

"Kirana dan Fitri juga termasuk Genk cheers. Mereka satu Genk, akrab banget lagi. Gabisa di terima. mereka ini curang Ra!" Jelas Nayla. Ia sudah paham dengan segala siasat siasat yang Genk abal Abal itu rencanakan.

"Pasrah aku Nay. Entah aku kalah atau bahkan menang, semuanya akan tetap sama. Ga ada yang berubah"

Genk Prima tampak duduk di bangku yang sedari awal sudah disiapkan untuk mereka. Fathur dan Faris juga ikut tercengang seperti yang lainya. Mereka yang saat ini sedang taruhan, namun justru ada hal mengejutkan seperti ini "waduh, kok gini sih. Curang ini namanya" ucap Fathur.

"Udahlah. Mau curang atau nggak, tetep aja, Renia yang akan menang. Udah, lo terima kekalahan aja. Gue bakal ambil start duluan hehe" sahut Faris.

Battle dance kini di mulai. Pertama Renia yang melakukan aksi dance nya. Ia menari begitu lihai di hadapan banyak orang. Sudah tentu mendapat banyak dukungan. Renia saja merupakan salah satu famous disekolah ini. Kemampuan menarinya juga tak diragukan lagi. Itulah kenapa banyak dari mereka yakin bahwa pasti Renia lah pemenangnya.

Hingga selesai, kini giliran Rahma yang tampil. Berbeda dengan Renia yang di iringi oleh banyak teriakan. Namun saat Rahma yang tampil justru semuanya malah diam. Sama sekali tak ada yang bersuara. Meskipun begitu, semua pandangan tetap tertuju padanya. Sudah terlihat dari ekspresi mereka. Ingin tau seberapa bagus kemampuan menarinya.

Meski sudah melawan rasa takut, Rahma tetap saja gugup. Ia mulai menggerakkan tubuhnya. Menari sesuai dengan saat ia latihan bersama Nayla. Mengingat kata-kata teman barunya itu anggap aja temen-temen disini itu gaada'

Kurang lebih sekitar 8 menit, waktu yang di gunakan Rahma untuk menari. Hingga ia sadar mulai ada yang menyurakinya.

"Woah, Rahma hebat juga"

"Skill menarinya lumayan bagus"

Bukan hanya segelintir saja, namun cukup banyak yang kini bersorak padanya. Semua bertambah sorak lagi ketika Fathur juga ikut bersuara "Ra, lo hebat!" teriaknya.

Semua itu cukup membuat Rahma lega. Merasa bahwa latihannya belakang hari ini tak sia-sia. Kekhawatirannya ternyata tak terjadi. Ia menyangka bahwa ia akan di permalukan, tapi justru kini ia sendiri mendapatkan dukungan.

Renia dan Genk nya tentu saja ikut terkejut. Kaget melihat penampilan Rahma yang begitu apik. Renia memperlihatkan wajah cemberutnya. Masih tak terima jika ternyata Renia bisa menyaingi dirinya.

"Okay guys, jadi sudah kita saksikan tadi penampilan dari si kaya dan si miskin"

"Nah, sekarang adalah tugas kita berdua untuk menentukan pemenang di battle malam ini"

"Masing-masing dari kita, akan memberi poin kepada salah satu dari mereka. 100 poin untuk Renia" ucap Kirana.

Setelah Kirana berbicara, kini giliran Fitri. Keputusan Fitri akan menentukan siapa pemenangnya "100 poin untuk...."

Rahma semakin deg degan. Mengetahui bahwa Fitri adakah sahabat baik dari Renia. Pasti Fitri tentu saja akan memilih sahabatnya. Ia sudah pasrah dengan keadaan. Ia pun sudah menerima apapun konsekuensi setelah kejadian ini.

"Rahma" lanjut Fitri.

Rahma tercengang. Sangat terkejut dengan keputusan Fitri. Bukan hanya dirinya, namun banyak juga yang kaget dengan keputusan ini. Apalagi Renia dan Kirana. Karena yang mereka tau, Fitri adalah sahabat baik mereka, dan sebenernya mereka pun suda bersekongkol untuk menentukan pemenangnya. Namun semua itu tidak sesuai ekspektasi. Fitri justru memilih keputusannya sendiri.

Primadona Where stories live. Discover now