Pertemuan

174 13 1
                                    

“Astaga aku kesiangan!” pekik Raya sambil melompat dari atas kasurnya.

Raya bersiap-siap dengan kecepatan turbo. Hari ini adalah hari pertamanya bekerja setalah mengambil cuti beberapa hari karena ada urusan keluarga, Raya bekerja sebagai sekretaris di perusahaan Alfian corp. Dan dari berita yang Raya dengar hari ini juga adalah hari pertama bagi bos barunya. Rumor yang Raya dengar sih bos barunya itu galak, dingin kejam lagi. Huh semoga saja Raya selamat.

Raya memarkirkan sepeda motor kesayangannya di parkiran kantor.

“Pagi Ay,” sapa salah satu karyawan.

“Nah mampus deh lo bos baru udah nunggu di atas,” ucap Tina menakut-nakuti. Raya menelan salivanya susah payah. Aih semoga saja dia tidak di pecat.

“Gu ... gue ke atas dulu.” Raya berlari dengan tergesa-gesa menuju lantai sembilan tempat di mana ruangannya dan bos baru itu berada.

Bahkan saking terburu-burunya Raya sampai melupakan fungsi lift yang berada di sebelah kanan itu. Dia malah menggunakan tangga darurat untuk menuju lantai sembilan.

“Huh ... Huh ... Huh.” Raya memegang dadanya yang berdetak lebih kencang akibat berlari. Raya kembali menormalkan nafasnya dan membuka pintu ruangan itu dengan hati-hati. Hah sekarang nyawanya sedang di ujung tanduk.

Ceklek!

Pemandangan yang pertama kali Raya lihat adalah seorang laki-laki yang duduk di kursi kebesaran dengan menggunakan jas hitam yang melekat apik di tubuhnya yang atletis serta sepatu pantopel yang begitu kilat. Dan jangan lupakan jam tangan merk hermes yang melekat di tangan kirinya itu.

Satu lagi jangan lupakan wajahnya yang cukup tampan eh ralat yang sangat tampan itu. Dengan bola mata coklat bak burung elang, alis tebal hidung mancung seperti perosotan anak TK, bibir yang sangat sexi, Serta tubuh yang begitu berotot.

“Apa kau sudah selesai menilai ku!” sarkas bos baru itu. Sontak Raya langsung tersadar dari lamunan panjangnya.

“Eh maaf Pak.”

“Apa kau sadar kau sudah terlambat selama satu jam lewat tiga menit empat puluh detik!”

“Iyah Pak, maaf saya sadar saya berjanji tidak akan mengulanginya lagi,” lirih Raya sambil menunjukkan wajah memelas berharap bos barunya itu mau memberikan toleransi.

“Jika memang kau tidak ingin bekerja sebaiknya kau membuat surat pengunduran diri. Masih banyak orang di luaran sana yang ingin bekerja di sini bahkan mungkin skil mereka jauh lebih baik dari kamu!”

Oke. Sekarang Raya yakin seratus persen jika bosnya ini bukan manusia melainkan titisan iblis. Percuma saja wajahnya tampan tapi tidak punya hati.

“Tolong beri saya kesempatan untuk memperbaiki kesalahan saya Pak.” mohon Raya.

Bos baru Raya itu mengetuk jarinya ke meja sambil berpikir sesuatu yang mungkin akan menjadi titik terang dari masalah Raya.

“Baiklah saya akan memberi kamu satu kesempatan.”

Kepala Raya yang awalnya tertunduk langsung berdiri mendengar ucapan bosnya itu.

“Tapi ada syaratnya.” sambung bos itu.

“Apa pun akan saya lakukan Pak.”

“Kalo begitu jadilah istriku bagaimana?”

**

Tbc.

Jodoh Tak Terduga [End]Where stories live. Discover now