End

100 9 0
                                    

“Ayolah Mi harganya gak mahal kok.”

Raya memutar bola matanya malas. Selalu saja begini jika Gavin ingin meminta izin untuk membeli mobil pasti dia akan bilang jika harganya murah. Tapi, saat mobil itu sudah datang harganya bisa untuk biaya makan seumur hidup.

Gavin itu sama seperti Andre mereka sangat suka mengoleksi mobil-mobil mahal. Dan saat ini Gavin ingin membeli mobil sport yang sudah menjadi incarannya dari beberapa minggu yang lalu. Saat dia mengecek tabungannya sepertinya sudah lebih dari cukup untuk membeli mobil sport itu.

Bekerja sambil kuliah membuat uang saku Gavin semakin banyak. Bahkan saat usianya menginjak tujuh belas tahun dia sudah tidak mau lagi menerima uang saku pemberian orang tuanya. Dia merasa bahwa uang dari hasil dia bekerja mengurus perusahaan kakeknya itu sudah lebih dari cukup.

Tapi, walaupun Gavin membeli mobil dengan uangnya sendiri tetap saja dia harus meminta izin ibu dan ayahnya. Walaupun sebenarnya keputusan Raya yang paling di dengarkan Gavin.

“Mending uangnya Abang tabung aja buat masa depan keluarga Abang nanti kalo udah menikah.” Nasihat Raya.

“Ini juga termasuk tabungan Mi, nanti kalo Gavin nikah baru mobilnya Gavin jual semua.”

“Tapi janji ya Bang, kalo ini terakhir kalinya kamu beli mobil.” Gavin mengangguk semangat dan langsung mencium punggung tangan Raya.

“Makasih Mami aku yang paling baik.”

Setelah selesai urusan dengan si sulung waktunya Raya ke dapur untuk menyiapkan makan siang Andre dan juga Altair. Dua orang laki-laki itu sangat tidak suka jika harus makan terlambat apalagi makan siang. Hari ini Raya ingin memasak tumis kangkung kesukaan si bungsu Altair. Walaupun lahir di keluarga ya g kaya raya tidak membuat Altair sombong. Bahkan soal makanan Altair tidak begitu banyak memilih.

Setelah selesai menata makanan di atas meja makan. Raya merebahkan dirinya di atas sofa ruang tamu. Sambil menunggu suami dan anak-anaknya pulang Raya sibuk berselancar di dunia maya. Saat asik-asiknya bermain ponsel pak Andi datang dan memberikan tiga lembar kertas yang berisi tentang jumlah total barang. Raya mengernyit bingung perasaan dia tidak ada memesan apa pun.

Karna penasaran Raya membaca ketiga kertas putih itu. Yang isinya benar-benar membuat kesabaran Raya habis. Raya duduk di meja makan dan langsung meminum air putih yang ada di sana. Baiklah dia akan menunggu ketiga laki-laki itu pulang.

“Aku pulang sayang!” teriak Andre sambil datang mendekat ke arah Raya dan langsung mencium kening istrinya itu.

“Altair, mana?” tanya Raya mencari Altair.

“Altair di sini Mami!” teriak Altair dan langsung mencium punggung tangan Raya.

“Ya udah mending kalian ganti baju sana habis itu langsung turun biar kita makan siang bareng.” Mereka mengangguk dan langsung naik ke atas.

***

Keadaan meja makan sangat hening hanya ada suara dentingan sendok dan garpu di sana. Altair merasa jika sedari tadi Raya memandang ke arahnya dengan tatapan yang sulit di artikan.

“Selesai makan kumpul di ruang keluarga,” ucap Raya yang langsung di angguki oleh Andre dan Altair.

“Kok Papi ngerasa kalo kita bakalan terkena masalah dari mami ya.” Altair mengangguk menyetujui ucapan ayahnya itu.

Andre dan Altair duduk tepat di hadapan Raya dengan perasaan gugup. Sedari tadi tatapan Raya seperti ingin membunuh mereka berdua.

“Kamu, kenapa sih Yang?” tanya Andre memberanikan diri dan mendekat ke arah Raya.

Jodoh Tak Terduga [End]Where stories live. Discover now