Kehamilan Raya

62 4 0
                                    

Sudah satu minggu berlalu semenjak nenek lampir itu dan Nadia di rumah ini. Raya benar-benar bosan, sangat bahkan. Jadinya dia tidak punya banyak waktu dengan Andre. Setiap kali Raya memiliki waktu berdua dengan Andre pasti nenek itu langsung memanggil Andre dengan berbagai macam alasan. Yang tiba-tiba kepalanya pusing dan harus Andre yang memijatnya. Kemudian ingin ini itu dan banyak lagi tapi di garis bawahi harus Andre yang membelikannya.

Seperti malam ini Raya memilih tidur lebih dahulu karna nenek itu ingin minum kopi berdua ralat bertiga pastinya dengan Nadia calon menantu idamannya itu. Tadi Raya sempat melihat mereka bertiga yang terlihat sangat bahagia. Ingin sekali rasanya Raya datang ke sana dan menyeret dua perempuan licik itu keluar dari rumahnya.

Setelah mematikan lampu Raya langsung menarik selimut sampai sebatas dadanya. Jika terus-terusan memikirkan dua perempuan jahat itu tidak baik untuk kesehatan Raya. Baru saja ingin memejamkan matanya Raya merasakan ada seseorang yang memeluknya dari belakang. Raya tahu jika itu Andre tapi bukannya bangun Raya malah semakin memejamkan matanya.

“Apa kamu sudah, tidur?” tanya Andre sambil mengecup pipi Raya.

“Raya aku tau kamu belum tidur.” Andre langsung membalikkan tubuh Raya agar bisa berhadapan langsung dengannya.

“Bagaimana? Apa kau sudah selesai dengan keluargamu yang bahagia itu,” ucap Raya sambil memandang sinis ke arah Andre.

“Hey aku hanya terpaksa ikut dengan nenek.”

“Lagi pula untuk apa aku bersama Nadia jika aku sudah punya istri yang jauh lebih sempurna dari wanita mana pun,” ucap Andre sambil mengelus pipi Raya.

“Udah ya pergi aja sana kamu itu bauk banget tau gak!” Raya mendorong Andre agar turun dari kasur.

“Malam ini kamu gak boleh tidur di samping aku titik!”

Andre melongo tidak percaya. Bagaimana mungkin dia bisa tidur tanpa bantal guling yang selalu bisa membuatnya nyaman.

**

Pagi ini Raya membangunkan Andre dengan sangat ketus. Tidak sapaan manis ataupun suara cempreng. Andre hanya di tarik dari sofa dan jatuh ke lantai. Karna kaget Andre langsung terduduk dan melihat Raya yang berdiri dengan wajah galaknya. Tanpa di komando Andre langsung berlari ke kamar mandi.

Selesai mandi Andre turun ke bawah untuk sarapan dengan dasi yang masih menggantung di lehernya. Dia berharap agar Raya sedikit peka dan memasangkannya. Tapi, Raya malah acuh.

“Kalian, bertengkar?” tanya nenek saat melihat raut wajah tidak bersahabat dari Raya.

“Kenapa Nenek sangat ingin tahu!” sarkas Raya memandang tidak suka ke arah nenek.

“Hey! Kau ini benar-benar tidak sopan!” pekik nenek tidak terima. Namun Raya malah acuh dan terus melanjutkan makannya.

Huek!

Raya memuntahkan nasi goreng yang baru saja dia makan. “rasanya seperti pasir benar-benar tidak enak.”

Nadia tercengang di tempat duduknya. Ini Raya benar-benar menjatuhkan harga dirinya.

“Apa masakanmu sangat begitu enak sampai-sampai kau menghina makananku hah!” bentak Nadia tidak terima.

“Turunkan nada suaramu saat berbicara dengan istriku Nadia.” Andre memandang dengan sorot mata yang penuh dengan ancaman.

Huek!

“Nadia pergilah aku sangat mual melihat wajahmu.”

Huek!

Raya berlari menuju ke kamar mandi untuk segera memuntahkan isi perutnya. Andre yang melihat itu ikut berlari mengejar Raya.
Huek!

Raya terus saja memuntahkan isi perutnya tapi tidak ada yang keluar. Andre dengan telaten memijat tengkuk leher Raya.

Jodoh Tak Terduga [End]Where stories live. Discover now