3. Bencana

5.1K 399 60
                                    

📚HAPPY READING📚
.
.

بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ لرَّحِيْمِ

•••

"Jika kamu ingin bahagia, jangan biarkan masa lalu mengusikmu. Kamu boleh melihat ke belakang, namun jangan membawanya kembali."

🍁


Awan cumulonimbus mulai berkumpul dan melambai-lambai diatas langit. Dan saat tetesan air yang terionisasi di awan saling bergesekan, maka di jantung awan cumulonimbus ini akan muncul kilatan-kilatan. Muatan statis yang terbentuk akan menciptakan petir.

Seperti momok yang menakutkan bagi semua orang. Kedatangan awan cumulonimbus membuat orang-orang enggan untuk keluar. Mencari perlindungan dan kenyamanan didalam rumah adalah pilihan terbaik.

Namun, tidak dengan Safwa yang kini sedang berlari menyusuri jalanan, menerobos rintik hujan yang mulai turun. Sengaja ia berlari untuk mempercepat sampai ke rumah. Angkot yang ia tumpangi mendadak mogok di jalan, membuatnya terpaksa berjalan kaki sejauh setengah kilometer.

Gadis itu tersenyum tatkala melihat rumah di seberang sana. Matanya menyipit, mencoba memperjelas penglihatannya yang sedikit kabur karena derasnya hujan. Seorang lelaki yang cukup ia kenal sedang berada di depan rumahnya.

"Mas Kinaan."

Lelaki yang sedang duduk lunglai di depan pagar rumah Safwa itupun mendongak, menatap Safwa dengan kilatan amarah. Safwa mencium bau alkohol saat Kinaan berdiri menghadapnya, Kinaan mabuk. Matanya menatap tajam Safwa dengan tangan mengepal, bahkan kuku-kuku jarinya terlihat memutih.

"Ini semua gara-gara kamu!" Teriak Kinaan yang bersiap akan melayangkan tamparan di wajah Safwa.

Duarrr

Nafas Safwa memburu, bersamaan dengan bunyi gemuruh yang menggelegar membelah malam. Keringat dingin mulai membasahi pelipis Safwa, dan potongan memori masa lalu seakan-akan berputar di ingatannya.

"Astaghfirullah ... mimpi itu lagi."

Safwa menghela nafasnya, hatinya menjadi gusar dan tidak tenang. Safwa memang sudah lama memendam sepenggal kisah lama itu. Namun, kedatangan Kinaan kemarin mengingatkan dirinya tentang kejadian menyakitkan itu lagi.

"Tenang, Safwa," ucapnya bermonolog. Memberikan ketenangan untuk dirinya sendiri.

Safwa melirik jam weker di atas nakas, masih pukul satu dini hari. Safwa beranjak dari tempat tidurnya untuk mengambil wudhu, ia perlu menenangkan fikirannya sejenak. Biasanya, Safwa akan menjalankan salat sunnah tahajud. Namun, karena Safwa sedang berhalangan ia memilih untuk berdzikir saja.

KALAM RINDU "Untuk Safwa" [TAMAT]Where stories live. Discover now