Tiga

409K 39.3K 1.3K
                                    

Happy reading all!

🌺

Nara sibuk mondar-mandir di kamar, ia sudah selesai mandi dan juga berganti baju. Jam masih menunjukkan pukul empat sore, dan Bara sedang tidak ada di rumah.

Setelah kejadian menegangkan tadi siang, Bara izin pergi bertemu dengan sahabat nya. Dan tinggallah Nara sendiri yang sedang sibuk-sibuknya memikirkan bagaiman cara agar lepas dari Bara. Belum ada dua hari, dan Nara rasanya seperti akan mati.

Ting tong! Ting tong!

Bel rumah berbunyi, membuyarkan pikiran Nara yang sudah kemana-mana. Nara berjalan keluar dari kamar dan menuruni tangga, berjalan menuju pintu guna mengetahui siapa yang bertamu.

Nara membuka pintu rumahnya, ia mendapati seorang laki-laki remaja yang tengah membawa sepiring nasi uduk lengkap dengan lauknya.

Nara keluar dari rumah, tersenyum ramah yang juga di balas senyum tak kalah ramah dari laki-laki tersebut.

"Istrinya Bang Bara, ya?" Tanya laki-laki itu yang di angguki Nara.

"Iya, mau ketemu Kak Bara ya?"

Laki-laki remaja yang mungkin usianya tak jauh dari Nara tersebut menggeleng.

"Nggak kok, cuman mau nganter makanan aja. Kebetulan Mama masaknya banyak," ucap laki-laki tersebut sambil menyerahkan sepiring penuh nasi uduk kepada Nara.

"Makasih," Nara tersenyum ramah, mengambil piring tersebut dan memegangnya dengan benar.

"Oh ya, kenalin, nama gue Leo." Leo mengulurkan tangannya, yang di sambut dengan baik oleh Nara.

"Nara."

"Rumah gue itu tuh, pas depanan sama rumah Bang Bara," Leo menunjuk sebuah rumah besar yang tepat berada di depan rumah Bara.

Nara mengangguk, "Deket ya," ucapnya yang di iyakan Leo.

"Assalamualaikum."

Sebuah salam mengejutkan mereka, Bara yang baru saja keluar dari mobil menghampiri istri dan juga tetangganya tersebut.

"Waalaikum salam," jawab Nara dan Leo kompak.

Bara menghampiri Nara, melihat sebentar apa yang di pegang Nara dan memeluk pinggang ramping tersebut dengan lengan kekarnya.

"Kenapa Le?" Tanya Bara yang kini makin merapatkan diri dengan Nara.

Nara bergerak tak nyaman, mau menolak takut Bara marah, tak menolak malah ia yang malu di hadapan Leo.

"Itu Bang, nganterin nasi uduk. Kalau gitu gue balik," Leo berlalu, di angguki oleh Bara.

"Makasih nasi uduknya," ucap Nara sedikit agak keras. Leo berbalik, mengangguk dengan senyuman yang di balas dengusan tak suka oleh Bara.

"Masuk," ucap Bara datar dan tegas  sambil membuka pintu tanpa melepaskan rangkulannya.

Setibanya di dalam, Bara bahkan masih saja merangkul pinggangnya, Nara menekuk wajah.

"Kak Bara, aku mau naruh ini," ucap Nara sambil menunjukkan piring nasi uduknya.

"Ya taruh," jawab laki-laki itu cuek.

Nara menghela nafas, "tangan Kakak awas dulu," baru setelah Nara mengatakan hal itu Bara melepas rangkulannya.

Laki-laki itu melenggang pergi ke lantai atas dengan wajah datar yang begitu kentara.  Nara mengerutkan kening, perasaan dia tak melakukan kesalahan apapun, tapi kenapa Bara terlihat kesal. Apapun alasan Bara kesal, semoga Nara tak terkena imbas dengan berakhir di mutilasi Bara.

Bara My Husband Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang