Tiga Puluh Tujuh

181K 17.6K 627
                                    

Happy reading all!!

🔥

Dua keluarga besar kini sudah berkumpul memenuhi meja makan Bara, para orang tua sedang asik berbincang sambil menunggu masakan siap di sajikan. Sementara Biru dan Bintang. asik berdebat mengenai ajang badminton yang memang sedang di adakan di Korea. Bara? Bara ya Bara, ia hanya akan bersuara ketika di tanya, atau bahkan hanya mengangguk saja bila memadai.

"Mantu Mama mana ini?" Tanya Mama Bara pada Bara.

Baru akan menyahut, suara ceria Nara lebih dulu menginterupsi, "disini," sahut Nara yang baru keluar dari dapur sambil membawa sepiring capcay.

"Duh, rajinnya adik Abang," ucap Biru yang tengah memperhatikan Nara yang sedang meletakkan piring berisi capcay tersebut di ruang kosong meja makan.

"Iya dong, Nara gitu Lo." Mendengar itu, yang lain hanya bisa terkekeh kecil.

Lain sekali dengan Bara yang tatapannya begitu intens menatap istrinya, seperti singa yang sedang mengintai mangsa. Dan benar saja, begitu Nara akan beranjak kembali ke dapur, Bara langsung memundurkan kursinya, Manarik tangan Nara yang memang tengah berdiri di sampingnya hingga membuat Nara terjatuh di pangkuan Bara.

Nara terperanjat kaget, sementara yang lain hanya bisa diam tercengang.

Biru yang memang lemes, dengan mata melototnya langsung berteriak. "Weh! Jangan main-main! Jangan main-main! Bisa-bisanya Lo berbuat hal tidak senonoh di hadapan orang tua dan anak kecil!" Ucap Biru berapi-api. Kilat keirian terlihat di balik matanya yang kini tengah menyorot Bara tajam.

Sementara Bintang, ia balik menyorot Biru tajam. Ia tau siapa yang Biru maksud anak kecil tersebut, pastilah dirinya. Abangnya itu memang menyebalkan, rasanya Bintang ingin sekali mengembalikan Biru ke bentuk awalnya sebelum menjadi zigot di perut ibunya.

Bara tak ambil pusing, meski kini ia mendengar Papa dan Mamanya tengah berdehem-dehem tak karuan.

Nara gusar sendiri, matanya mendelik tajam menatap Bara penuh peringatan. Bukannya melepaskan, Bara malah menahan Nara agar tak beranjak dari pangkuannya.

"Aku tadi bilang apa? Cukup diam dan jangan ngelakuin apapun, kan? Kenapa bandel?" Tanya Bara pelan penuh ketajaman.

Nara menggigit bibir bawahnya pelan, kini hatinya tengah di hantam rasa gugup dan malu yang luar biasa.

"Iya, enggak lagi. Sekarang lepas, malu tauuu," rengek Nara memelas, mau di copot saja rasanya mukanya lalu di kantongi biar tak begitu terasa malunya.

Bara berdehem, ia lepaskan lilitan tangannya di sekitaran perut Nara dan membiarkan istrinya tersebut duduk di sampingnya dengan kikuk.

"Bara aktif banget ya, anaknya," kekeh Mami Biru dengan sengaja, bahkan Nenek pun ikut terkekeh mendengarnya.

"Ahaha, iya. Kelewat aktif kayaknya, saya juga baru tau," Mama Bara menyahut dengan canggung, menyorot tidak enak kearah Kakek dan Nenek Nara. Anaknya ini benar-benar, tak tau tempat sekali ingin bermesraan.

Orang yang di omongkan hanya melirik singkat Mamanya dan juga Mama Biru, tak terlalu peduli meski ia sedang disindir. Kalau Nara jangan di tanya, ia kini sedang menutup wajahnya dengan sebelah tangan yang bertumpu di meja, dan sebelahnya lagi ia gunakan untuk mencubit pinggang Bara.

Bara hanya diam saja ketika merasakan perih di bagian pinggangnya, meskipun cubitan Nara tak main-main rasanya.

"Jadi, dalam rangka apa kita kumpul keluarga begini?" Tanya Kakek.

Bara My Husband Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang