Sebelas

320K 26.6K 758
                                    

Happy reading all!!

🔥

Lima bulan menjadi seorang nyonya Bara Agasta Pratama mampu membuat Nara paham akan sifat suaminya itu. Sekarang saja contohnya, wajah suaminya itu terlihat teramat datar, dan sebabnya hanya satu.

Nara lupa mengabari jika ia terlambat pulang kuliah karena ada tugas kelompok. Salahkan saja pada ponselnya yang kehabisan baterai, selain itu, statusnya yang sekarang menjabat sebagai istri, membuatnya begitu menikmati waktu berkumpul bersama temannya di luar hingga lupa waktu.

"Kak, masih marah ya?" Tanya Nara sambil menggapai tangan Bara, dan langsung di tepis saat itu juga.

Bara bahkan tak ingin repot-repot menoleh kearahnya, suaminya itu terlihat sangat fokus dengan acara berita mengenai korupsi tersebut.

"Kak ... Aku minta maaf ..." Nara memelas, Bara tak acuh. Menyebalkan sekali suaminya ini, selalu .... Saja, selalu seperti ini jika marah atau ngambek. Bahkan cowok itu sanggup mendiaminya selama seharian penuh.

Nara menghembuskan nafasnya kasar, haruskah ia mengeluarkan jurus bujuk membujuk? Tapi Nara malas, ia selalu saja jadi pihak yang membujuk. Sudahlah, diamkan saja dulu, Nara ingin mandi. Lelah sekali rasanya pulang kuliah dan di suguhkan muka datar dan masam Bara.

Lalu apa kabar Bara yang pulang kerja tidak mendapati istrinya di rumah? Tidak ada kabar sama sekali, bahkan hingga membuatnya cemas setengah mati.

"Yaudah kalau Kakak belum mau ngomong sama aku, aku mau mandi dulu."

Nara beranjak menuju kamarnya dan Bara, meninggalkan Bara yang wajahnya semakin tertekuk datar. Menyebalkan. Sudahlah membuat cemas, pulang terlambat, tidak mengabari, sekarang ia marah malah tidak di bujuk? Bara menggeram, Nara ini memang tidak ada manis-manisnya jadi istri.

Bara merengut, ia juga ikut beranjak menuju lantai atas. Pokoknya Bara tidak akan mau bicara jika Nara belum membujuknya dengan benar. Biar saja terlihat seperti anak kecil, Bara sudah terlewat kesal.

..o0o..

"Kak ... Maaf ... Janji nggak gitu lagi," Nara mulai membujuk Bara. Mereka kini tengah berada di dalam kamar dengan Nara yang memegangi lengan kekar Bara yang tengah menggantung baju kokonya.

Bara masih tidak menggubris, sampai selesai melaksanakan salat isya pun Bara tetap tak mau berbicara dengannya. Cowok itu bahkan memilih salat Maghrib dan isya di masjid yang letaknya cukup jauh dari rumah mereka.

"Kak Bara ..." Rengek Nara hampir putus asa.

Ia kini sudah tidak lagi canggung pada Bara, lima bulan menjalin hubungan pernikahan dengan Bara, membuatnya menjadi lebih terbuka pada laki-laki itu. Nara juga sudah sepenuhnya menerima Bara dan benar-benar menyerahkan hidupnya pada suaminya itu.

Bara masih tak menggubris, ia bahkan dengan santainya berjalan mengambil tas kerjanya. Nara yang masih mengikuti langkah suaminya itu di buat terkesiap ketika Bara menutup pintu dengan kencang.

"Astaghfirullah ..." Nara mengelus dada, memanyunkan bibirnya mendapati kelakuan Bara yang sungguh menyebalkan.

Tidak habis akal, Nara segera keluar dari kamarnya dan menuju dapur. Membuatkan suaminya itu kopi tanpa gula seperti biasanya.

Selesai dengan kopinya, Nara langsung membawanya ke ruang kerja Bara. Ia masuk tanpa mengetuk, netranya menatap Bara yang sibuk berkutat dengan pekerjaannya.

Bara My Husband Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang