Tiga Puluh Lima

189K 19.2K 1.1K
                                    

Happy reading all!!

🔥

Nara paling suka bersantai di taman samping kolam renang  yang baru-baru ini di buat, di lengkapi dengan ayunan gantung dan lampu-lampu indah, suasana malam benar-benar terasa jauh lebih indah.

Di tambah lagi berbagai macam cemilan sambil membaca buku, apalagi suasana hening yang mendamaikan, rasanya benar-benar sempurna

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Di tambah lagi berbagai macam cemilan sambil membaca buku, apalagi suasana hening yang mendamaikan, rasanya benar-benar sempurna. Dan lebih sempurna lagi saat ia mendapati Bara datang menghampirinya sehabis pulang dari masjid.

"Aku cari dimana-mana ternyata disini," ucap Bara dengan langkah besar menghampiri istrinya.

Nara menutup bukunya dengan ibu jari yang menyelinap di antara lembaran buku yang ia baca.

"Baru pulang?" Tanya Nara dengan pandangan menatap suaminya yang masih mengenakan baju Koko dan sarung.

Bara mencium kening Nara sebentar sebelum menjawab pertanyaan istrinya, "iya, tadi mampir dulu ke rumah pak ustadz Amir."

Dahi Nara mengerut, "ngapain?" Tanyanya bingung, ia tambah bingung lagi saat Bara mengangkatnya dari ayunan dan menurunkannya.

Bara mengambil alih posisi membaringkan diri di ayunan, tangannya menarik tangan Nara untuk ikut berbaring di ayunan bersamanya.

Usai keduanya mendapatkan posisi nyaman, dan Bara sudah merangkuh posesif dirinya, baru Bara membuka mulut menjawab pertanyaan Nara.

"Anaknya pulang dari Kairo, jadi ngadain acara selamatan kecil-kecilan."

Nara mengangguk paham, makin menyamankan diri berada di pelukan hangat Bara.

"Tadi baca buku apa?" Tanya Bara sambil menghirup harum aroma rambut Nara.

Nara mengangkat bukunya, "nih, aku nemu di antara jajaran buku Kakak, dan ternyata bagus."

Bara mengeratkan pelukannya, "itu buku dari Kak Ririn, dari buku itu dia pengen aku belajar. Bahwa kesalahan, itu milik semua orang, dan semua orang punya cara dan kesempatan untuk memperbaiki kesalahannya." Ucap Bara menjelaskan asal-usul bukunya tanpa Nara minta.

Nara mendengarkan sambil menatap hamparan bintang di langit sana, "kenapa Kak Ririn ngasih Kakak buku bertemakan itu?" Tanya Nara penasaran.

"Karena dulu, aku orangnya selalu pengen semuanya sempurna, aku nggak suka diriku melakukan kesalahan sedikitpun dalam hal apapun itu. Seolah, saat aku melakukan kesalahan, nggak ada celah lagi kesalahan itu bisa di perbaiki. Seolah, satu kesalahan itu benar-benar menghancurkan semuanya tanpa bisa lagi di perbaiki."

"Kenapa Kakak mikirnya gitu dulu?" Tanya Nara setelah mendengarkan cerita Bara dengan seksama.

Bara sedikit lama menjawabnya, "nggak tau. Tapi sekarang, aku sadar, setiap kesalahan mau kecil ataupun besar, selalu ada cara dan kesempatan untuk memperbaikinya. Kuncinya di diri kita sendiri, selagi kita mau dan bersungguh-sungguh. Selayaknya kaca yang di pecahkan, kalau kita biarkan, ya dia rusak dan nggak berguna. Tapi kalau kita berusaha memperbaiki dengan cara mendaur ulangnya, dia bisa menjadi barang berguna dengan fungsi berbeda, seperti botol kaca atau bahkan keramik." Jelas Bara panjang lebar.

Bara My Husband Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang