• 27 Januari 2018 (H)

44 8 1
                                    

Heeseung - 27 Januari 2018

Hari ini, untuk pertama kalinya aku pulang ke rumah sejak hari itu. Malam ini Ibu tidak ada di rumah, jadi aku mengajak adik-adikku keluar. Terlebih lagi Jungwon sempat mengeluh kalau dia bosan. Tentu saja dengan senang hati aku akan mengajak mereka keluar, karena aku memang berencana mengajak mereka ke suatu tempat.

Kami berjalan menyusuri jalanan tanpa sepatah kata pun. Walau telah satu bulan berlalu, nampaknya Kyungmin masih enggan berbicara dengan Sunghoon. Aku tidak berniat membuka suara untuk sekedar basa-basi mencairkan suasana karena itu semua hanya akan sia-sia. Jungwon pun mungkin berpikiran begitu karena ia juga tetap diam.

Akhirnya kami tiba. Sekumpulan orang telah memenuhi area itu. Walaupun memang sering ada busking di tempat itu, namun kali ini berbeda. Banyak trainee dari beberapa agensi diturunkan ke jalan untuk melakukan battle, entah antar agensi ataupun dengan akademi tari, sebagai evaluasi di setiap awal tahun. Jadi, karena itu lah sekarang aku di sini. Tidak semua trainee turun untuk evaluasi ini. Evalusi seperti ini hanya untuk mereka yang ingin mempersiapkan diri untuk seleksi masuk line-up debut. Anggap saja untuk mendapat nilai tambahan, jadi agensi bisa mempertimbangkannya lagi.

Dentuman musik mulai terdengar, satu per satu mulai turun dan menunjukkan aksi mereka. Sorakan penonton seakan berhasil menambah semangat mereka. Aku tidak tahu dari agensi mana saja mereka, karena memang penyelenggara tidak diperkenankan untuk menyebut nama dan agensi peserta di depan para penonton demi privasi peserta. Bahkan para peserta harus tetap mengenakan masker mereka, beberapa juga memakai topi.

Aku melirik adik-adikku yang nampaknya terpesona dengan pertunjukan ini. Tanpa sadar senyumku pun mengembang. Mungkinkah mereka akan memasang tatapan yang sama saat aku ada di sana? Aku menyelinap menjauh dari mereka kemudian menghampiri pihak penyelenggara. Begitu aku membisikkan namaku dan dari agensi mana aku berasal, mereka pun memberiku stiker dengan angka 30. Awalnya aku mengeluh karena itu akan memakan waktu yang cukup lama, namun ternyata waktu berlalu begitu cepat.

"Peserta nomor 30!" Begitu nomor itu disebutkan, aku kembali merapikan masker dan topiku, kemudian maju dengan langkah penuh percaya diri. Selanjutnya pemilik nomor 30 yang lain pun menyusul maju. Kami berdua tidak sempat saling menyapa karena musik langsung dinyalakan.

Tubuhku bergerak mengikuti musik yang berdentum cukup keras. Sesekali aku melirik adik-adikku yang ikut bersorak di antara riuh penonton yang lain. Bisa kulihat Jungwon berkali-kali berteriak "Wah!" sambil bertepuk tangan. Aku lega mereka menyukainya. Ini adalah pertama kalinya aku menunjukkan tarianku di depan mereka.

Musik berganti, kemudian giliran rivalku yang beraksi. Di belakangnya, kumpulan pemuda lain tengah bersorak menyemangatinya. Aku masih mengatur napasku sambil sesekali bersorak kagum menyaksikan gerakannya. Sekali lagi aku melirik adik-adikku yang juga ikut bersorak. Jungwon terlihat beberapa kali terhalang penonton di depannya, namun Sunghoon langsung menariknya ke depan.

Lagu diganti tepat ketika rivalku berjarak kurang dari satu meter dariku. Alih-alih kembali menari, aku hanya terdiam. Senyumku perlahan memudar, tatapanku berubah. Manik mata itu balas menatapku. Tidak salah lagi. Tidak mungkin aku salah kali ini. Aku selalu menatap mata itu selama bertahun-tahun.

"Lee Geonu?" nama itu keluar begitu saja. Aku masih terpaku menatapnya sementara ia tak nampak terkejut sama sekali.

Sorakan para pemuda di seberang langsung menyadarkanku dan Geonu pun menghambur ke dalam pelukan mereka setelah menepuk bahuku pelan. Geonu telah memenangkan battle antara kami berdua. Begitu sekumpulan pemuda itu membawa Geonu menjauh, aku langsung menghampiri mereka. Cukup sulit untuk menembus kerumunan orang sebanyak itu. Setelah sekitar tiga menit, akhirnya aku berhasil keluar. Namun mereka telah menjauh. Tidak ada yang bisa kulakukan selain menatap punggung Geonu di antara teman-temannya. Dia sempat menoleh dan menyapaku dengan isyarat tangannya.

"Hyung!" suara Sunghoon menyadarkanku. Aku menoleh dan mendapati Sunghoon, Jungwon, dan Kyungmin telah berdiri di belakangku. "Ada apa?" mereka pun ikut menatap sekumpulan pemuda tadi.

"Ah, tidak. Tidak ada apa-apa." Sebenarnya aku tidak ingin berbohong, namun aku takut jika mengatakan 'aku baru saja melihat Geonu' akan menjadi keputusan yang salah.

"Ayo!" Jungwon menarik lengan kiriku dan mengajakku kembali, begitu pula dengan Sunghoon yang langsung menggandeng lengan kananku.

Setelah mengambil beberapa langkah, aku kembali menoleh. "Kyungmin?" sedari tadi ia masih menatap sekumpulan pemuda itu. Bahkan saat menyusul kami, ia masih sesekali menoleh. Apa Kyungmin menyadari kehadiran Geonu? []

SER'5 : Please Be All Ears!Où les histoires vivent. Découvrez maintenant