• 13 September 2018 (G)

44 7 1
                                    

Geonu - 13 September 2018

Bising, itu yang langsung muncul di benakku ketika aku mengerjap. Warna putih di sekitarku, serta aroma obat-obatan yang menusuk hidung, membuatku yakin kalau aku pasti ada di Rumah Sakit. Aku tidak yakin sudah berapa lama aku berada di sini, namun rasanya seakan masih beberapa menit lalu aku berusaha mendorong tubuh temanku yang tak berdaya keluar dari bus.

Sekelebat kejadian itu terus bermunculan, mulai dari keberangkatan kami, bus yang tiba-tiba hilang keseimbangan, jeritan panik anak-anak di dalam bus, bahkan kalimat menyebalkan yang dilontarkan sopir bus itu padaku saat aku meminta bantuannya untuk menarik tubuh Yena keluar.

"Aku sudah cukup kesakitan. Aku harus segera keluar dari sini. Maaf tidak bisa berlama-lama di sini untuk membantu kalian. Dengar nak, aku sudah hidup lebih lama darimu dan percayalah hidup tak seindah yang kau kira. Akan lebih baik kau tetap di sana."

Ya, sopir bus itu mengisyaratkan agar aku menyerah dan menunggu hidupku berakhir di dalam bus itu. Rasa sakit yang kurasakan, sepinya jalanan yang kami lewati saat itu, membuatku yakin tidak akan ada yang mengetahui bahwa sebuah kecelakaan telah terjadi. Seperti inikah hidupku akan berakhir?

"Yena?" aku baru menyadari tidak ada tanda-tanda Yena di dekatku. Tidak, sebenarnya aku tidak yakin siapa saja yang ada di bangsal Rumah Sakit itu. Tirai di kanan-kiriku tertutup. Aku tidak bisa turun hanya untuk memastikan siapa yang berbaring di balik tirai itu. Jangankan turun, sekedar menggeser kakiku sedikit saja aku harus meringis kesakitan.

Tidak ada yang bisa kulakukan selain memandangi langit-langit ruangan itu, menghitung jumlah lampu yang terlihat oleh pandanganku, serta menghitung jumlah logo Rumah Sakit yang ada di tirai. Sebuah kegiatan tak berguna yang tetap saja kulakukan sampai sekitar dua puluh menit mungkin. Aku tidak yakin karena jam dinding tidak terjangkau oleh pandanganku.

Tepat ketika aku sampai di hitungan logo ke dua puluh lima, tirai di samping kiriku tersibak. Seseorang dengan ponsel di tangannya terlihat terkejut menatapku.

"Aku menemukannya." []

SER'5 : Please Be All Ears!Where stories live. Discover now