• 13 September 2018 (K)

42 6 3
                                    

Kyungmin - 13 September 2018

Sudut ruangan yang semula sepi kini mulai sesak begitu gerombolan anak-anak berseragam menghambur masuk. Sudah sejak lima belas menit yang lalu aku berada di ruangan ini, namun seseorang belum memberikan pengumuman kalau audisi akan dimulai. Pesan yang sedari tadi kutunggu pun tak kunjung muncul. Ponselku benar-benar terlihat tak berguna sekarang. Aku kembali berlatih, melanjutkan nyanyianku dan sesekali menggerakkan kakiku mengikuti alunan musik. Sejak Heeseung hyung mengajakku dan yang lainnya ke sebuah battle di malam itu, entah kenapa setiap mendengar alunan musik, tubuhku otomatis bergerak mengikuti alunannya.

"Audisi akan dimulai lima menit lagi," ucap seseorang yang tiba-tiba melongok ke dalam ruangan. Aku tidak tahu apakah ini normal atau tidak, tapi aku tidak merasa gugup sama sekali. Atau mungkin karena aku merasa seseorang yang kutunggu sebentar lagi akan datang?

Aneh, bahkan saat nomorku disebutkan pun aku tidak merasa gugup. Aku melangkah dengan santai seakan semuanya akan baik-baik saja. Ya, aku hanya perlu menunjukkan penampilan terbaikku. Hari ini adalah saatnya aku akan mengetahui hasil dari latihanku selama ini.

"Jangan pernah kehilangan dirimu dan lakukan yang terbaik selagi kau masih bisa melakukannya." Kalimat itu terus terngiang. Mungkin itulah yang membuatku tenang hari ini.

Tujuh menitku telah berakhir. Mulai dari dance, vocal, dan juga rapp, semua kulakukan dengan baik. Ya, aku bisa mengatakan bahwa aku melakukannya dengan baik karena mereka telah menerimaku. Sekarang yang perlu kulakukan adalah menunggu seseorang. Berkali-kali aku memeriksa ponselku namun tidak ada pesan yang masuk satupun. Kucoba untuk menghubunginya namun tetap tidak ada respon. Baiklah aku akan tetap di sini, pikirku.

Satu jam.. dua jam, bahkan sampai staff memanggil nomor 2305 untuk terakhir kalinya, tetap saja tidak ada yang melangkah masuk ke ruang audisi. Kemana dia? Bukankah dia bilang akan datang? Tidak mungkin dia melewatkan hari sepenting ini.

Pada akhirnya aku menyerah. Lagipula meski berkali-kali aku mencoba menghubunginya pun, tetap saja tidak ada jawaban. Dengan berat hati, aku melangkah keluar. Sebuah taksi yang familiar berhenti tak jauh dari tempatku berdiri. Walaupun aku tidak yakin apakah taksi itu datang untuk menjemputku atau bukan, nyatanya kakiku tetap melangkah mendekat.

"Ahjussi?"

"Kyungmin, Ibumu tidak bisa datang jadi dia memintaku untuk menjemputmu." Aku mengangguk kemudian melangkah masuk.

Aku mengenal paman itu. Dia yang biasa menjemput Ibu jika mendadak tidak enak badan dan tidak mampu mengemudi sendiri. Paman itu juga biasa menjemputku atau kakak-kakakku yang lain. Kenyataan bahwa hari ini hampir semua hal tidak berjalan sesuai keinginanku, membuatku bertanya-tanya ada apa dengan hari ini. Hanya hasil audisi lah yang keluar sesuai keinginanku.

Setelah hampir tiga puluh menit taksi itu membawaku, akhirnya kami berhenti di depan gedung apartemen tempatku tinggal. Aku membungkuk sambil mengucapkan terima kasih, kemudian bergegas masuk. Lobi lebih ramai dari biasanya. Beberapa kelompok terlihat berkumpul saling mendekatkan kepala mereka entah sedang melihat atau membicarakan apa. Aku sempat berpapasan dengan Ibu Jake hyung saat keluar dari lift. Tidak ada yang kami bicarakan, hanya saling menyapa.

Aku langsung disambut suara televisi begitu pintu depan terbuka. Ibu berlari menghampiriku dan minta maaf karena tidak bisa menjemputku. Kurasakan sengatan panas menjalar begitu tangan Ibu menyentuh lenganku.

"Eomma sakit?"

"Aku baik-baik saja. Jangan khawatir. Bagaimana hasilnya?"

"Aku lolos." Ibu tersenyum kemudian membelai kepalaku pelan.

"Eomma sudah menyiapkan buah di meja makan. Makanlah!"

"Eomma mau kemana?" tanyaku begitu Ibu bersiap keluar.

"Seseorang meninggalkan paket di bawah. Eomma harus segera mengambilnya."

"Mau kuambilkan?"

"Tidak.. Tidak. Aku harus mengambilnya sendiri."

Kedua kakiku langsung melangkah ke dapur. Aku duduk di kursiku setelah mengambil sepotong apel. Suara televisi masih terdengar di ruang tengah. Aku mendekat dan perhatianku terfokus pada sebuah berita yang sedang disiarkan. Berita tentang sebuah bus yang terguling dengan beberapa penumpang masih terjebak di dalamnya. Tidak ada yang aneh sampai aku menyadari sesuatu. Dengan jantung yang berdegup kencang, aku berlari meraih ponselku di atas meja makan. Logo yang ada di jaket beberapa penumpang itu berhasil membuatku merosot ke lantai. Aku melihat logo itu beberapa hari yang lalu.

"Kyungmin..." Aku menoleh. Pandanganku buram karena air mata, namun aku yakin itu adalah Jungwon. "Kau baik-baik saja?" Kurasakan lengannya merangkul bahuku.

"Hyung..." gumamku lirih.

"Hyung?" Ia mengulang ucapanku.

Telunjuk kiriku menunjuk ke arah televisi yang masih menayangkan berita kecelakaan itu. "Geonu hyung." []

SER'5 : Please Be All Ears!Where stories live. Discover now