• 19 Maret 2018 (H)

33 6 0
                                    

Heeseung - 19 Maret 2018

Aku kembali ke rumah setelah mengantar Geonu ke depan. Kuputuskan malam ini untuk tidak kembali ke asrama setelah aku tidak sengaja mendengar Ibu menaikkan suaranya pada Sunghoon tadi.

"Sunghoon!" Aku memanggilnya, mengisyaratkan padanya untuk segera masuk ke kamarku. Dia duduk di tepi tempat tidurku tanpa tahu apa yang akan kukatakan. "Apa yang terjadi?"

"Hyung?"

"Maaf tapi aku tidak sengaja mendengar Eomma memarahimu." Sunghoon menghela napas dalam-dalam. "Tidak ada gunanya menyimpan semuanya sendiri."

Perlu beberapa saat untuk membuat Sunghoon buka suara. Aku berusaha mendengar setiap kata yang ia ucapkan. Ia bilang ia pulang dari tempat latihan skate lebih awal untuk mengejar bus yang menuju ke agensi. Waktu latihan skate nya selesai hanya beberapa menit sebelum bus itu berangkat.

"Kupikir kau tidak diterima saat itu."

"Memang. Tapi kemudian mereka mengadakan audisi di sekolahku dan aku mendaftar lagi."

"Dan kau diterima, iya kan?" gumamku. Ia mengangguk.

"Aku tidak tahu Eomma akan semarah ini padaku."

"Aku akan bicara padanya." Sunghoon menahan lenganku tepat saat aku bangkit dari tempat duduk. Tatapannya seolah mengatakan aku tidak perlu melakukan hal itu. "Jangan khawatir. Aku yakin kita punya jalan keluar untuk masalah ini."

Aku meninggalkan Sunghoon yang masih menatapku. Ya, aku merasakan tatapan itu tanpa harus menoleh. Aku mengetuk pintu kamar Ibu dengan pelan. Kudengar sahutan lirih dari dalam. Kenop pintu kuputar pelan dan Ibu menoleh menatapku. Beberapa menit lalu aku bisa meyakinkan Sunghoon, namun kali ini aku sendiri tidak yakin dengan apa yang kulakukan.

"Eomma, maafkan aku. Aku tidak sengaja mendengar obrolan Eomma dengan Sunghoon tadi." Tidak seperti yang kutakutkan. Alih-alih memarahiku, Ibu malah tersenyum tipis. "Jadi, apa Eomma melarang Sunghoon kembali ke sana?"

"Aku belum mengatakannya."

"Lalu?"

"Eomma hanya takut dia terlalu lelah." Aku tidak membantah ucapannya karena memang benar adanya. Aku pun khawatir Sunghoon akan kelelahan. "Apa kau yang memintanya untuk ikut audisi?" Suara Ibu masih terdengar tenang, namun entah kenapa aku merasa Ibu tengah menusukku dengan sebuah tuduhan. Apakah Ibu sedang berusaha memastikan siapa nantinya yang harus disalahkan jika suatu saat Sunghoon jatuh sakit?

"Aku tidak pernah memaksanya untuk ikut."

"Tapi kau menyarankannya."

"Eomma..."

"Eomma tidak keberatan jika kalian ingin menjadi seorang idol. Tapi Eomma tidak akan tinggal diam jika itu adalah Sunghoon."

"Eomma melarang Sunghoon melakukan apa yang dia inginkan? Sekalipun itu adalah impiannya?"

"Impian? Sunghoon sudah mendapatkannya. Yang perlu dia lakukan sekarang adalah mengembangkan bakatnya."

"Bagaimana jika dia memang punya mimpi lain?"

"Dan kau pikir Eomma akan membiarkan dia melakukannya? Dia sudah melakukan banyak hal untuk sampai ke tahap ini. Kau pikir Eomma akan membiarkannya memulai dari awal lagi?"

"Paling tidak Eomma harus membiarkannya mencoba dulu."

"Itu bukan sesuatu yang bisa kita anggap remeh, Heeseung." Terlihat dari sorot matanya, Ibu sudah kehilangan kesabaran. "Jika Sunghoon sudah meninggalkan tempat itu, dia tidak bisa kembali ke sana lagi dengan status yang sama. Kau tahu sendiri kan betapa cintanya dia dengan skating?"

"Tapi dia juga mencintai mimpi barunya."

"Mimpi yang baru hadir di hidupnya beberapa hari ini?"

"Beberapa hari? Eomma, dia sudah menginginkan hal itu sejak beberapa tahun lalu. Dia sering mengatakan padaku kalau dia ingin menjadi idol, walaupun aku tidak pernah serius menanggapinya." Aku diam sejenak untuk mengatur napasku, berusaha sekuat tenaga untuk tidak menaikkan suaraku di depan Ibu. "Eomma lah yang lebih banyak menghabiskan waktu dengannya, tapi Eomma bahkan tidak tahu hal ini? Apa sekarang Eomma masih yakin kalau Eomma lah yang paling mengenal anak kesayangan Eomma itu?"[]

SER'5 : Please Be All Ears!Where stories live. Discover now