• 13 Oktober 2014 (H)

79 13 0
                                    

Heeseung - 13 Oktober 2014

Hari ini kantin lebih ramai dari biasanya. Aku melihat sekeliling namun sosok Geonu masih belum terlihat juga. Padahal tadi teman-teman sekelasnya mengatakan kalau Geonu ke tempat ini. Lapangan basket, UKS, ruang seni, ruang belajar, perpustakan, ruang musik, bahkan di atap pun tidak ada tanda-tanda yang menunjukkan keberadaannya. Namun aku langsung menuju ke halaman belakang begitu Jimin, teman sekelas Geonu, berkata kalau ia sempat melihat Geonu di sana.

Benar saja, Geonu duduk di sana seorang diri, memandangi entah apa tanpa sedikit pun menoleh untuk menyambut kehadiranku. Aku duduk di sampingnya dan bertanya apa yang ia lakukan, namun ia hanya diam. Kusodorkan album foto yang sedari tadi dalam genggamanku. Ia menoleh dan menatapku penuh tanya. Kubilang album foto itu adalah miliknya. Ibu memang membuat album foto untuk kami. Geonu hanya mengernyit dan bertanya untuk apa ia harus memiliki album foto itu. Kukatakan padanya kalau benda itu akan berharga saat kami keluar dari rumah itu. Alih-alih puas dengan jawabanku, Geonu malah bersiap melontarkan protesannya.

"Eomma berniat mengusirku?"

"Apa maksudmu? Tentu saja tidak. Bukankah kau memang berniat tinggal di asrama?"

"Tapi aku belum memberitahunya. Jadi memang Eomma berniat menyuruhku pergi?"

"Lagipula memangnya kau akan tetap di sana setelah menikah?" Geonu terdiam. "Suatu saat kita pasti akan keluar dari rumah itu."

Kami kembali saling diam, cukup lama. Geonu mulai membuka album foto itu dan berhenti di beberapa foto tertentu. Geonu menatap sebuah foto yang menampilkan potret kami berdua dengan Ibu yang perutnya telah membesar. "2002", itu lah yang tercetak di bawah foto.

"Sunghoon," gumamnya.

Tidak ada yang kulakukan selain memperhatikan Geonu yang masih sibuk membolak-balik album foto. Sesekali aku memandangi sekitar, mengagumi tempat itu. Aku memang tidak pernah ke bagian belakang sekolah. Aku bahkan tidak tahu ada tempat sebagus ini. Tempat ini lebih seperti sebuah tempat untuk berbagai pertunjukan outdoor dengan kursi penonton berderet-deret di depannya.

"Lee Heeseung!" Aku menoleh, begitu pula dengan Geonu yang buru-buru menyembunyikan album fotonya. Lee Youngbin, teman sekelasku, berlari ke arah kami. Ia bilang guru tidak hadir, jadi berniat mengajakku bolos sebentar. Ia terus mendesakku, bahkan sampai memohon-mohon agar aku pergi dengannya. Dengan ragu, aku melirik Geonu yang ternyata telah menatapku tajam. Tidak, aku tahu ia tidak bermaksud menatapku seperti itu karena sejujurnya ia sering menunjukkan tatapan setajam itu. Kali ini aku takut Geonu akan mengadu pada Ibu tentang hal ini.

"Aku ikut." Aku terkejut dengan apa yang ia katakan. Itu tidak seperti Lee Geonu yang kukenal. Geonu tidak pernah bolos satu menit pun. Tapi kenapa tiba-tiba ia malah menawarkan diri untuk ikut?. Youngbin yang mendengar hal itu pun sama terkejutnya, walau pun kemudian ia bersorak kegirangan.

Kami keluar lewat halaman belakang, memanjat dinding, kemudian mendarat dengan mulus di luar dinding pembatas. Namun untuk keluar ke jalan raya, kami tetap harus memutar sampai ke dekat gerbang sekolah. Di situ lah kami harus berhati-hati atau usaha kami memanjat dinding akan sia-sia. Baru beberapa meter kami mengendap-endap keluar, Youngbin langsung berhenti, dengan panik ia mengatakan kalau kami dalam bahaya. Di depan, Ibu terlihat baru saja turun dari mobil. Sebelum kami berhasil menghindar, Ibu telah memergoki kami di sana.

Geonu masih bersikap tenang, Youngbin panik, sementara aku tidak tahu harus berkata apa. Youngbin terus berusaha meyakinkan Ibu kalau kami keluar untuk membeli sesuatu, namun Ibu tidak merespon. Youngbin juga meyakinkan Ibu kalau sebenarnya Geonu tidak ingin ikut, namun akhirnya menurut setelah kami paksa. Bocah itu terus mengatakan kalau aku dan dirinya lah yang bersalah, bukan Geonu. Ia tak henti-hentinya meminta maaf pada Ibu karena telah membuat anaknya ikut bolos. Ya, tidak ada yang tahu kalau Ibu adalah Ibuku dan Ibu Geonu. Yang orang-orang di sekolah ini ketahui adalah bahwa itu adalah Ibunya Geonu, bukan Ibuku juga. Hanya guru tertentu yang mengetahui hal ini dan memilih untuk diam.

"Aku harus mengajak anakku pulang lebih awal."

"Ah iya. Baiklah, kalau begitu saya dan Heeseung pergi dulu."

"Tidak. Heeseung juga akan ikut dengan kami." Youngbin menatap Ibuku dan aku dengan bergantian. Bingung, tentu saja. Kemudian aku minta maaf padanya karena terpaksa harus pergi. Aku dan Geonu melangkah mengikuti Ibu sementara Youngbin menuju ke halaman belakang lagi.

Kami tidak tahu kemana Ibu akan membawa kami. Tidak ada yang bersuara. Geonu menatap keluar jendela sementara Ibu tetap berkonsentrasi pada kemudinya. Haruskah aku bertanya? Atau kah kubiarkan saja keheningan ini terus berlanjut?

Kami berhenti sekitar satu jam kemudian. Geonu masih terdiam, hanya sekilas melirik sebuah gedung besar di sana. Aku tidak perlu bertanya untuk tahu gedung macam apa itu, karena aku pernah melihatnya di buku yang kubaca minggu lalu. Ibu berbalik dan mengajak kami turun. Namun tanpa menoleh, Geonu langsung menolak.
"Aku tidak ingin bertemu orang tuaku." []

SER'5 : Please Be All Ears!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang