Bab 4 :Penghinaan🍄

34.7K 5.4K 3.3K
                                    

"Semua orang baik belum tentu selamanya akan baik, begitu pula sebaliknya, setiap orang jahat/ buruk belum tentu selamanya jahat, karena apa? karena Allah maha membolak-balikan Hati."

'

Warning❗: Jangan membaca cerita ini di waktu shalat.
#Jadikan Al-Qur'an sebaik-baik bacaan.

🌿🌿🌿🌿
.
.
.
.

Happy Reading☕

Selepas shalat isyraq Aya dan Maysarah membersihkan rumah bersama-sama, terlihat jelas kelopak mata wanita itu bengkak, akibat menangis malam tadi.

Untung nya Ayah mertuanya selalu menemani di masa keterpurukanya, padahal ia sama sekali tidak mengadu atau menjelekan suaminya, tapi Ayah mertuanya sudah menduga- duga dan akhirnya, malam tadi Ayah mertuanya itu pergi kerumah Silla dengan wajah merah padam.

Flashback on.

Malam itu, Azhar melihat Shalman yang baru saja  berjalan keluar  dari rumah, saat itu Azhar habis menghadiri manaqib di pesantren lain, ia baru pulang bersama santri senior.

Bola Mata Azhar terpokus dengan gerak-gerik Shalman, dan benar saja dugaanya Shalman menghampiri wanita ular itu.

Tangan Azhar mengepal kuat, namun sebelum itu ia ingin memastikan keadaan Aya terlebih dahulu.

Azhar berlari melawan deras hujan dimalam itu, hanya demi melihat keadaan menantunya.

"Assalamu'alaikum," salam nya kala sudah sampai didepan rumah, namun tak ada jawaban, ia buka knop pintu yang ternyata belum di kunci.

Awalnya diruang depan ia menjenguk ke kamar Maysarah, ternyata putrinya itu tidur dengan nyenyak bersama Dawillah dan Ridwan.

Samar-samar Azhar mendengar suara isakan tangis, ia langsung berjalan menuju kamar tamu yang sekarang menjadi kamar Aya.

Ceklek.....

Azhar membuka pintu nya perlahan, Aya menolehkan kepalanya kebelakang, betapa terkejutnya ia saat melihat wajah mertuanya merah padam.

Dengan segera Aya menghapus air matanya dan bangkit dari kasurnya, lalu meraih kursi rodanya perlahan dan menghampiri mertuanya yang tengah marah itu.

"Ayah kenapa? mau Aya bikinin kopi?" tawar Aya dengan ramah.

Azhar tersenyum simpul melihat senyum palsu yang ada di wajah Aya.

Tangan nya mengusap kepala Aya dengan lembut, membuat sang empu merasa heran.

"Apa kamu gak lelah bersandiwara seperti ini nak?" tanya Azhar dengan nada penuh kasih sayang.

Aya menggelengkan kepalanya, "Enggak Yah, Aya gak bersandiwara, Ayah ngomong apa sih?" tanyanya pura-pura tak paham.

Pria itu tersenyum miris, "Maafkan Ayah ya nak, andai kamu yang anak kandung Ayah, bukan dia, seandainya Almarhum Bunda Mitha masih hidup, pasti kamu gak akan seperti ini." ujarnya lirih.

Air Mata Terakhir Aya [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang