Bab 34 : 2 Pilihan 🍄🍄

28.2K 5K 604
                                    

Hallo semuanya🙌...

Maaf Yah, lama gak update, karena kemarin aku lagi ujian di sekolah.

Kalau lupa sama alur, baca aja dari part sebelum nya lagi okheyy.

Btw, selamat membaca yah..

Vote dulu tapi, jangan jadi siders!

****

"Kalau gelang ini milik santri putri angkatan sebelas, itu berarti—"

"Itu berarti apa Ay?" sela Gus Adnan, laki-laki yang tadi nya tengah bersender di dinding, membenarkan posisi nya lalu berjalan mendekati Alzam dan Aya.

Aya terdiam sejenak, lalu mendudukan dirinya di kursi, di ikuti Gus Adnan dan juga Alzam.

"Bentar bi, Aya ingat-ingat dulu...." balas nya sembari memijat pelipis kepalanya pelan.

Di kursi seberang, Lathifah memperhatikan gelang yang ada di tangan nya, lalu beralih melihat ke arah gelang yang di pegang Aya.

"Gelang gue sama gelang itu mirip,"  Batin nya dalam hati.

Lathifah menyenggol pelan siku Abizar, "Mas..." panggilnya berbisik.

"Apa?"

"Coba lihat gelang aku deh," imbuh nya, seraya memperlihatkan pergelangan tangan nya.

"Lho, itu gelang nya sama kaya yang di pegang Aya kan?" timpal Azkiya saat melihat Lathifah menunjukan gelang nya ke Abizar.

Aya, Gus Adnan, dan Alzam mendongak dan melihat ke arah Lathifah, lalu ketiga nya berdiri dan mendekat ke arah nya.

"Eh iya, gelang nya sama," ujar Alzam ikut menimpali.

Gus Adnan terlihat tengah mengingat sesuatu, laki-laki paruh baya itu walau sudah tua, ingatan nya masih cukup kuat.

"Fah, kamu angkatan ke sebelas kan?" tanya Gus Adnan setelah mengingat sesuatu.

Lathifah menggerakan jari nya menghitung, "Iya Bi,  aku angkatan sebelas."

"Berarti gelang ini milik orang yang seangkatan sama Lathifah, dan pastinya  berhubungan dengan kejadian yang saat ini terjadi," ucap Abizar memperjelas.

"Silla??"

Mereka semua melihat ke arah Shalman yang tengah bersender di dinding.

"Maksudnya?"

Shalman menghela napas nya pelan. "Mungkin gelang itu milik Silla,"

"Silla kan satu angkatan sama Lathifah," lanjutnya.

Aya mengerutkan alisnya, "Mas. Dari kemaren aku nggak lihat Silla di kawasan pesantren, bahkan hari ini di Rumah sakit, dia gak ada, dia kemana?"

Shalman membenarkan posisi nya sebelum menjawab pertanyaan Aya. "Aku pindahkan ke luar pesantren," balasnya.

"Kenapa?" tanya mereka semua.

Air Mata Terakhir Aya [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang