Bab 19 : Labrakan Sila.🍄

29K 5K 1.5K
                                    

“Wanita itu mempunyai dua sifat, ada yang kuat dan kokoh seperti besi, dan ada yang lembut seperti kapas, dan wanita selembut kapas itu jatuh kepada Alya Soraya. “
_____________________
Zaheen.

Tok tok tok

     “Bukaa!!” teriak Silla dari luar rumah, padahal jam masih menunjukan pukul tiga pagi. Santri putri yang baru selesai shalat tahajud melihat ke arah Silla yang berteriak layaknya emak-emak nagih hutang.

Beberapa santri putri melongo melihat penampilan Silla yang tanpa hijab, mereka bingung itu wanita kerasukan atau bagaimana?

Dari dalam rumah, Shalman dan Aya baru saja selesai shalat tahajud.

“Mas, itu kaya suara  Silla, biar aku aja yang bukain.”baru saja Aya hendak menjalankan kursi rodanya kedepan, Shalman langsung mencegahnya.

“Biar mas aja yang bukain, kamu tunggu disini.” laki-laki itu berjalan ke arah pintu dan membuka pintunya, matanya membulat sempurna saat melihat Silla berdiri di depannya tanpa jilbab.

“Astagfirullah, masuk!” titah laki-laki itu sambil menarik tangan Silla masuk kedalam rumah.

“Awhh! Sakit mas, kenapa harus ditarik-tarik coba!” protes Silla tak Terima.

“Siapa yang suruh kamu kesini enggak pakai jilbab? Siapa!?” laki-laki itu memijat kepalanya yang terasa sakit. “Ini pesantren Silla, bukan tempat pribadi.” Lanjutnya di dampingi helaan napas berat.

“Aku tau kok ini pesantren.” Ucap Silla tak tau diri.

“Terus kalau kamu tau, kenapa kamu kesini enggak pakai jilbab?”ujarnya mengulangi pertanyaanya yang tadi.

“Terserah aku mau pakai atau ndak, kenapa mas ngatur! Aku kelaparan dirumah, kamu malah asik-asiknya sama wanita cacat itu!”maki Silla tak tau diri.

“Jaga bicara kamu Silla! Aku suami mu berhak atas dirimu, dan Aya dia istri ku juga! ”peringatnya dengan jari telunjuk yang sudah berada tepat diwajah Silla.

“Bela aja terus wanita cacat itu!”


Dari balik kamar, Aya dapat mendengar jelas cacian dari Silla, dengan lembut Aya mengelus dada nya pelan.

“Beri aku kesabaran yang melimpah Ya Allah. Amin” hatinya dalam hati.

Sedangkan diruang depan, tangan Salman ditarik paksa Silla untuk keluar dari rumah.

“Ngapain kamu tarik tangan mas! Sakit!” protesnya sambil berusaha melepaskan cengkraman dari Silla.

“Pulang mas pulang!”

Shalman menggelengkan kepalanya cepat. “Mas gak mau! Selama dua minggu mas sudah sama kamu, sekarang giliran Aya dan Ridwan.”tolak nya dengan tegas.

Silla menampilkan senyuman smirk-nya. “Pulang atau, bayi jelek itu aku bunuh!”ancamnya.

Shalman meneguk saliva nya susah payah, tidak ada tanda bercanda dari wajah Silla.
Terdengar jelas hembusan nafas di mulut laki-laki itu. “Okeh.mas pulang.”

Shalman masuk kedalam dan mengambil sorganya. Sebelum ia pergi laki-laki itu mencium kening Aya dengan lembut.

Cup.
“Mas ke rumah Silla dulu ya sayang, nanti jangan lupa putarkan muratal kalau Ridwan bangun, Assalamu’alaikum.”pamitnya.

Air Mata Terakhir Aya [TERBIT]Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt