39. Kehilangan

168 30 84
                                    

¡¡¡

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

¡¡¡

Hari ini adalah hari minggu, Renan mengajak Alana untuk mengunjungi makam sang ibunda. Dan saat ini mereka berdua yang sudah berpakaian serba hitam bergandeng tangan menyusuri setapak jalan tanah yang di kanan kirinya terdapat beberapa makam juga.

Sampai lah mereka di sebuah makam yang sangat terjaga kebersihannya, terdapat satu buket bunga mawar di sana. Tampaknya beberapa hari yang lalu ada orang yang mengunjungi pusara itu.

"Pasti ayah," gumam Alana, gadis itu pun bersimpuh dan menaruh buket bunga mawar merah di samping buket bunga mawar lainnya.

Alana tersenyum mengingat ayahnya menceritakan bahwa sang bunda sangat menyukai bunga mawar. Renan juga ikut bersimpuh di samping Alana.

"Bunda.."

"Alana bawa pacarnya Alana nih..," katanya dengan senyum yang tak pudar, tapi matanya sudah berkaca-kaca. Alana rindu, sangat rindu.

Renan ikut tersenyum dan merangkul pundak Alana, "Anaknya cantik tante, kuat banget lagi."

"Renan..," panggilnya

Renan menoleh ke arah Alana, "Kenapa?"

"Denger ngga bunda bilang apa?"

"Bilang apa?"

"Jangan panggil tante katanya, panggil bunda aja," seru Alana sembari mengulum senyumnya

Renan terkekeh pelan lalu membawa tangan Alana ke dalam genggamannya, "Maaf bunda, kalo saya belum bisa jadi yang terbaik buat Alana."

Alana menggeleng cepat, "Engga bunda, Renan udah jadi yang terbaik buat Alana dan Alana engga mau yang lain."

Renan tersenyum dan hatinya menghangat saat Alana mengatakan itu.

"Bunda.. Alana akan nyusul bunda tapi ngga sekarang ya," terang Alana sembari mengusap batu nisan yang ada di hadapannya dengan penuh kasih

"Pasti suatu saat nanti." sambung Alana, Renan masih setia mengelus pundaknya dari samping

Alana terdiam memandangi pusara sang ibu. Renan menuntun Alana untuk berdiri, "Mau pulang?"

Gadis yang rambutnya di cepol sederhana itu mengangguk pelan, "Alana sama Renan pergi dulu ya bun, nanti kita pasti ke sini lagi," pamitnya

"Sampai jumpa nanti bunda.."

-

Renan lagi-lagi tersenyum di balik kaca helmnya saat Alana dengan antusias bercerita tentang masa kecilnya dulu. Renan rasanya ingin selalu seperti ini, mendengar cerita Alana sambil mengendarai motor, tertawa bersama dan menikmati sapaan angin yang lewat.

"Renan, kamu itu rumah bagi aku." ujar Alana tiba-tiba

Lelaki itu terdiam dengan pikirannya sendiri. Hanya ada suara angin, suara mesin motor Renan, dan deru suara kendaraan pengemudi lainnya.

Struggle, Love, and Bipolar [END]Where stories live. Discover now