(28) Meet up

1.6K 171 3
                                    

"Ken-chan jangan berantakan makannya," ucap Aiko membersihkan mulut anaknya yang berusia delapan tahun dari saus spageti.

"Mama aja sini yang suapin," tawar Aiko.

"Aku aja, Mah," ucapnya memilih spageti di piringnya.

Aiko tersenyum melihat Ken yang mulai mandiri. Dia pun mengalihkan pandangannya pada suaminya yang kini sedang berbincang dengan Ushijima.

Ya, mereka tengah dinner bersama anak mereka di restaurant terkenal di Tokyo.

"Tetsu, jangan mengganggu adikmu," titah (Name) menghentikan tangan Tetsuya yang mengambil spageti milik Hiro.

"KAKAK!!" teriak Hiro geram.

Setelahnya Tetsuya tertawa kencang, merasa senang dapat menjahili adiknya itu.

"Tetsu! Mama bilang jangan ganggu adikmu," geram (Name) mencubit pipi Tetsuya Membuat anak itu meringis kesakitan.

"Udah udah, babe," ucap Ushijima melepas tangan (Name) dari pipi Tetsuya.

Aiko tertawa melihatnya, "Sepertinya rumah kalian ramai sekali ya."

Ushijima tersenyum canggung, "Haduh, sepengalamanku di rumah, sangat ramai sekali, Aiko-san."

"Jangan nangis, sayang, Ssstt ssstt, udah udah. Kakak Nanti dimarahi ayah. Ayo buka mulutnya, pesawat datang, uingggg," bujuk (Name) mempermainkan sendok makan Hiro seperti pesawat.

Hiro membuka mulutnya. (Name) tersenyum lebar ketika Hiro menuruti ucapannya.

(Name) mengalihkan pandangannya ke Aiko, "Maaf ya, kalau menganggu suasana."

Aiko langsung mengibakan Tangannya di depan wajah, "Jangan meminta maaf, wajar anak-anak bertengkar, (Name)-chan."

"Mungkin Ken juga akan seperti itu kalau punya adik," lanjut Aiko tersenyum lebar.

(Name) membalas senyum Aiko, "Buatlah satu untuk Ken, supaya ada temannya."

Senyum Aiko kian menghilang, membuat (Name) dan Ushijima saling bertatapan. Zen yang mengerti perasaan istrinya, langsung menjawab.

"Kita tidak bisa memiliki anak lagi, (Name)-san," ucap Zen menatap (Name) dengan senyum kecil.

(Name) dan Ushijima sangat terkejut, tidak percaya.

"Maaf Aiko-chan, aku tidak tau." (Name) menggenggam tangan Aiko erat.

Aiko kembali tersenyum kecil dan menghela napas panjang, "Iya tidak apa-apa (Name)-chan."

"Maaf banget, kalau boleh tau, memangnya kenapa?" tanya (Name) bersimpati.

"Rahimku sudah diangkat, karena kanker."

(Name) dapat melihat Aiko sedang menahan diri. (Name) menutup mulutnya. Wanita itu langsung berdiri dari kursinya dan menghampiri bangku Aiko kemudian memeluknya.

"Maaf, Aiko-chan. Aku turut bersedih, yang kuat ya. Aku tau kau pasti bisa melalui ini," bisik (Name).

Aiko mengangguk dan membalas pelukannya, "Its okay, (Name)-chan. Thank you."

"Maaf, Zen-san," ujar Ushijima pada Zen.

Zen tersenyum dan mengangguk. "Its okay."

Setelahnya (Name) kembali duduk. (Name) dan Ushijima jadi canggung dan merasa tidak enak dengan Aiko dan Zen. Aiko yang merasakan atmosfir canggung dan sepi melanda, membuka pembicaraan.

"Hey sudahlah, kita tidak apa-apa. Mengapa jadi canggung sih? Hahaha," tukas Aiko mencairkan suasana.

"Yuk dilanjut makannya," timpal Zen.

"Mama, aku mau ke kamar mandi dulu," ucap Ken mengalihkan pandangan Aiko.

"Oke."

"Mama!" rengek Hiro.

(Name) menoleh yang sudah mendapati Hiro mulai menangis.

"Kakak!" seru (Name) sambil menggendong Hiro.

Ushijima menatap Tetsuya, anak itu yang tadinya tertawa menjadi diam seribu kata.

(Name) membawa Hiro keluar ruangan untuk menenangkan anak itu.

"Tetsu," panggil Ushijima.

Tetsuya menunduk, tidak berani menatap ayahnya.

***

See you next chapter!
#skrind🦊

Become His Wife? | Ushijima Wakatoshi x ReaderTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang