5-Calon Tunangan??

3.1K 309 2
                                    

"Selamat siang, Duke Nalendra dan Nona Alice," sapa Darren pada keduanya.

"Y-yang mulia!" ucap Nalendra berusaha menutupi kegugupannya.

"Wah, saya melihat sesuatu yang menarik. Bagaimana jika bangsawan lain tahu akan hal ini?" Alice menatap Darren dengan tajam.

"Apa maksud anda? saya yakin anda memiliki maksud lain dan hal yang saya lakukan hanyalah pancingan," terka Alice yang membuat Darren kagum. Apa yang ia rencanakan telah dibeberkan oleh Alice dengan sempurna.

"Sepertinya semakin menarik, ya," ucap Darren dan menatap Alice intens.

Sontak Nalendra maju dan menutupi tubuh Alice. "Yang mulia, anda bisa jelaskan maksud perkataan anda atau apa yang Alice katakan memang benar adanya?"

Darren dengan santai duduk di kursi yang berada di ruangan itu. "Iya, mungkin sedikit mirip. Hanya saja maksudnya adalah saya ingin Alice menjadi tunangan saya," sahut Darren mengungkapkan niatnya.

Alice yang mendengar reflek menjatuhkan alat panahnya ke bawah. "Apa?"

"Yang mulia, umur anda dan Alice terpaut 5 tahun. Itu cukup jauh dan lagi Alice baru saja berumur 12 tahun." Alice ikut mengangguk menyetujui perkataan Nalendra.

"Memangnya kenapa? ada pasangan yang jaraknya lebih jauh dan saya hanya ingin Alice. Duke Nalendra perlu saya beritahu pada umur Alice sekarang sudah wajar memiliki calon tunangan atau karena Duke belum rela Alice memiliki lelaki lain selain anda?" ucap Darren menebak penolakan Nalendra yang sebagian benar.

"Itu adalah salah satunya. Alasan saya yang lain adalah yang berniat menjodohkan Alice dengan Yang mulia Pangeran Lyman Qays Chayton."

"Jadi, anda menolak saya yang kekuasaanya lebih tinggi?" tanya Darren dengan nada tak mengenakkan.

"Bukan seperti itu yang mulia, tentu saya menerima yang mulia. Rencana perjodohan ini baru rencana saya dengan Yang mulia Raja. Jika Yang mulia Pangeran Lyman menolak, Alice resmi menjadi calon tunangan anda dan jika Yang mulia Pangeran Lyman menerima, saya harap anda dapat bersaing dengan sehat," ucap Nalendra membenarkan perkataan sebelumnya.

"Sampai kapan saya menunggu jawab Nona Alice?"

"Hingga Alice berumur 17 tahun, tepat saat perayaan ulang tahunnya dan termasuk pengumuman pertunangan, bagaimana menurut anda Yang mulia?"

"Tapi, jika pangeran itu menolak, saat itu juga Alice akan menjadi tunangan saya dan sata tidak menerima penolakan. Saya permisi undur diri, selamat bertemu di rapat nanti Duke Nalendra!"

Darren keluar dan senyuman terukir dia wajahnya. Sepertinya keinginan Ibundanya untuk memiliki menantu akan terkabul sebentar lagi. Sungguh Darren tidak sabar menanti hal itu.

"Ayah, Alice tidak mau bertunangan dulu," rengek Alice setelah Darren jauh dari mereka.

"Sayang, Ayah tidak bisa menolak. Apalagi Yang mulia adalah putra mahkota dari kekaisaran. Maafkan Ayah, lagi pula ini baru calon Alice," ucap Nalendra menenangkan putrinya. Akhirnya Nalendra menggendong Alice dan membawanya keluar dari ruangan tanpa berganti.

Toh, tamu yang dimaksud sudah melihatnya, jadi tidak ada yang perlu dikhawatirkan lagi. "Sekarang kamu ganti pakaiaanya. Arna bantu Alice!"

"Baik Tuan Duke!"

"Ayah pergi dulu," pamit Nalendra dan mencium kening Alice sebelum pergi dari kamar Alice.

"Arna tolong bantu lepas, aku ingin segera mandi," ucap Alice tergesa-gesa.

Menggunakan pakaian ini membuatnya sedikit kepanasan, belum lagi pembicaraan dengan pangeran Darren membuatnya semakin panas.

Setelah sampai di bak pemandian, Alice menenggelamkan kepala ke dalam. Rasanya sangat sejuk, berbeda sekali saat kepala seperti berasap.

Hampir 30 menit Alice belum keluar juga. Sontak itu mmebuat Arna khawatir pada Nona mudanya itu. "Nona, kenapa lama sekali!!"

Alice yang mendengar teriakan Arna pun menyudahi acara mandinya. Ia keluar dengan menggunakan bathrope. "Anda ingin menggunakan apa?" tanya Arna setelah Alice keluar.

"Yang warna merah muda saja!" Arna kebingungan karena baju berwarna tidak hanya satu.

"Maaf Nona, merah muda yang mana?"

"Itu di sebelah kiri mu!" setelah mengenakkan pakaian Alice keluar menuju taman belakang.

Dia duduk ditemani secangkir teh sembari menunggu jam makan siang. Jika diingat sepertinya dulu ia memiliki satu teman yang ternyata pengkhianat.

"Ah ... lagi pula aku tidak ingin mengulangi kebodohanku lagi. Tapi, tunggu kenapa tadi saat berada di dekat pangeran tubuhku tidak bergetar. Apa aku sudah sembuh?"

"Apa maksud anda dengan sembuh Nona Alice?" Alice menoleh dan melihat Darren berada di dekatnya.

"Saya ulangi, apa maksud anda dengan sembuh?" keringat dingin keluar dari telapak tangan Alice. Ia bingung harus mengatakan yang sebenarnya atau tidak.

Namun, ia merasa ini bukanlah waktu yang tepat. Alice harus bagaimana sekarang. "Pangeran rapatnya sudah selesai?" tanya Alice mencoba mengalihkan perhatian.

"Saya tidak suka jika pertanyaan saya diabaikan. Apa maksud anda dengan sembuh, Nona Alice?" ulang Darren penuh penekanan.

"Maaf pangeran, saya belum bisa menjelaskannya pada anda
Mungkin setelah kita dekat?" Darren menghela napas mendengar Alice tak menjawab pertanyaannya.

Namun, ia juga tidak dapat membantah jika mereka baru saja dalam mode pendekatan. Darren tidak boleh gegabah hanya karena rasa penasarannya.

Darren harus mementingkan kenyamanan Alice agar tidak risih berada di dekatnya. "Baiklah, maaf jika menyinggung. Tapi, saya menantikan penjelasan anda, Nona Alice dan apa kita bisa mengubah kosa kata dalam berbicara?"

"Maksud anda?"

"Aku-kamu, jika sedang berdua seperti ini aku mau menggunakan bahasa informal, bagaimana Alice?"

Alice cukup terkejut ketika mendengar Darren memanggilnya hanya dengan nama. "S-aku harus memanggil kamu apa?"

"Darren, hanya Darren dan itu berlaku jika kita sedang bertemu berdua seperti ini, mengerti?" Alice menggangguk paham secara tidak sadar.

"Baiklah Alice, kita akan bertemu lagi di meja makan!" ucap Darren. Ia bangkit dari duduknya, tapi sebelum pergi Darren mengecup singkat kening Alice.

Membuat Alice diam membeku dengan perlakuan Darren padanya. Tanpa sadar rona mwrah muncul di kedua pipi nya. "Malu sekali!" Alice menutupi wajahnya yang memerah dengan kedua tangannya.




















Jangan lupa Vote N Komen dan baca cerita Arissa yang lain.

Siapa yang nungguin Alice nih?


Order Novel Arissa yuk, judulnya "WHERE IS MY DADDY, MOM?"  tertarik😉? bisa pesan dengan :

Form pemesanan

•> Nama lengkap :
•> Alamat lengkap:
• Jalan :
• Rt/Rw :
• Kelurahan :
• Kecamatan :
• Kota/kabupaten :
• Provinsi :
•> Judul buku :
•> Nama paket :
•> No hp :
•> Ekspedisi :

Kirim ke no +62 857-3351-8064

Yuk buruan diorder!!😇



ORDER Novel Arissa YUK!!🎉🎉

Judul : JENDELA KAMAR

Tertarik? pesan dengan

Yang mau ikutan bisa isi form di bawah!!👇

Format pemesanan:

Nama :
Alamat lengkap :
No. Hp :
Judul Buku :
Jumlah Pemesanan :
Ekspedisi :

Kirim form di atas ke nomor +62 858-7559-8283

Yuk buruan order😇
👇👇👇👇👇👇👇👇👇

Tak Seperti JulietWhere stories live. Discover now