9-khawatir

1.4K 167 1
                                    

"Sayang, kamu sakit?" tanya Nalendra dengan khawatir.

Pasalnya setelah ia selesai berbicara Alice tak menanggapi sedikit pun perkataanya dan itu jelas membuatnya khawatir. Ia takut putrinya jatuh sakit, sungguh Nalendra tak bisa membayangkan hal itu.

"Kalau memang kamu sakit, nanti Ayah akan cari orang untuk menggantikan kamu," sambung Nalendra.

"Apa ... tidak usah, Ayah, aku saja. Lagi pula aku tidak sakit," ucap Alice setelah kesadarannya kembali. Ia mencoba menjawab pertanyaan Ayahnya dengan baik.

"Apa itu benar?" Alice pun mengangguk agar Nalendra semakin percaya.

Semoga Ayah percaya, harap batin Alice.

"Iya sudah, tapi jika tidak enak badan segera beritahu, Ayah!" ucap tegas Nalendra. Dirinya sungguh khawatir dengan kondisi Alice, apalagi ia melihat sebuah kebohongan di mata putrinya.

"Iya, Ayah. Memangnya Yang mulia akan tiba kapan, Ayah?" tanya Alice.

"Sekitar besok atau lusa. Tapi, janji loh jika kamu sakit segera bicara pada Ayah."

Kenapa cepat sekali, padahal aku belum siap bertemu kembali!! jerit batin Alice

"Iya, apa ada yang ingin Ayah bicarakan lagi?" Nalendra pun menggelengkan kepala.

Alice ingin sekali pergi ke kamarnya dan berteriak sepuasnya dan hal lainnya adalah agar sang Ayah tak terus menatapnya curiga.

"Aku ke kamar ya." Saat akan bangun, tangan Nalendra mencekalnya dan mengangkat tubuhnya ke pangkuannya.

"Nanti, Ayah masih kangen. Semenjak ada Yang mulia pangeran kamu jarang mengobrol dengan, Ayah!" ucap Nalendra seperti merajuk. Beberapa minggu ini mereka memang jarang mengobrol berdua.

Memang terkadang Nalendra akan bersikap seperti ini, apalagi jika merasa dirinya didiamkan oleh istri maupun putrinya.

Alice yang mendengarnya pun membalikkan tubuhnya dan memeluk tubuh besar Ayahnya. "Maaf, Ayah. Aku hanya tak ingin terlihat manja saja," ucap lembut Alice yang membuat Nalendra gemas.

"Ibu ke mana, Yah?" tanya Alice yang sedari pagi belum melihat sosok Riana.

Walau Alice tahu, Riana adalah sosok Ibu yang tegas dan kerja keras. Riana tidak akan memberikan suatu pekerjaan jika memang dia bisa. Hal itu juga yang membuat Nalendra jatuh ke dalam pesonanya.

"Sedang menghadiri rapat. Ayah, yang meminta karena tak ingin meninggalkan tamu." Alice hanya mengangguk paham.

"Nah ... sekarang Alice mandi gih! sebentar lagi jam makan malam," ucap Nalendra sembari menurunkan Alice.

Alice pun mengangguk lucu. Nalendra yang gemas pun mengusak rambut putri kecilnya.

"Alice keluar dulu, Ayah!" pamit Alice pada Nalendra.

Setelah keluar dari ruangan Nalendra, tubuh Alice bergetar hebat.  Sekuat tenaga Alice mengontrol tubuhnya agar tak membuat yang lain curiga.

Perlahan Alice mulai melangkahkan kakinya menuju kamarnya. Ketakutan yang masih terus mengerubunginya. Badannya pun masih nampak bergetar walau sudah ia tahan sekuat tenaga.

Alice takut kejadian dulu terulang kembali. Ia takut temboknya tak cukup kuat untuk menahan semuanya. Alice takut kembali ke dalam lubang yang sama kembali.

Semua pikiran ini membuat Alice tak memperhatikan lingkungan sekitar.

"Nona Alice!! Nona Alice ... Alice!!"

Alice tersentak ketika ada yang memanggil namanya. Dengan pelan ia menengok ke belakang dan melihat Darren berdiri.

"Ada apa, pangeran?" tanya Alice sedikit terdengar bergetar.

"Kamu baik-baik saja?" tanya Darren khawatir.

Tadi saat dirinya berjalan dan tak sengaja melihat Alice dengan badan bergetar hebat. Darren terus menatapnya hingga Alice perlahan berjalan, hal itu membuat rasa khawatirnya bertambah. Hingga memutuskan untuk memanggilnya.

"Aku baik-baik saja," jawab Alice menormalkan nada bicaranya.

"Benarkan? apa kamu benar tidak menyembunyikan sesuatu dariku atau keluargamu?" Alice tertegun ketika mendengarnya.

Darren yang melihat Alice terkejut pun menyimpulkan bahwa Alice memang menyembunyikan sesuatu.

Darren khawatir nantinya akan bertambah semakin buruk. Ia tak ingin itu terjadi sesuatu pada gadis kesayangannya. Apalagi sampai membuatnya terluka, Darren tak dapat membayangkan sehancur apa dirinya kalau memang hal itu terjadi.

"Baiklah, aku akan mengantarmu ke kamar," ucap Darren dan menuntun Alice.

"Tapi, aku bisa sendiri pangeran," tolak halus Alice yang tak dihiraukan oleh Darren.

"Lebih baik diam atau kamu mau aku gendong?" ancam Darren membuat Alice seketika terdiam.
































Jangan lupa Vote M Komen dan baca cerita Arissa yang lain.

Order Novel Arissa yuk, judulnya "WHERE IS MY DADDY, MOM?"  tertarik😉? bisa pesan dengan :

Form pemesanan

•> Nama lengkap :
•> Alamat lengkap:
• Jalan :
• Rt/Rw :
• Kelurahan :
• Kecamatan :
• Kota/kabupaten :
• Provinsi :
•> Judul buku :
•> Nama paket :
•> No hp :
•> Ekspedisi :

Kirim ke no +62 857-3351-8064

Yuk buruan diorder!!😇

ORDER Novel Arissa YUK!!🎉🎉

Judul : JENDELA KAMAR

Tertarik? pesan dengan

Yang mau ikutan bisa isi form di bawah!!👇

Format pemesanan:

Nama :
Alamat lengkap :
No. Hp :
Judul Buku :
Jumlah Pemesanan :
Ekspedisi :

Kirim form di atas ke nomor +62 858-7559-8283

Yuk buruan order😇
👇👇👇👇👇👇👇👇👇

Tak Seperti JulietTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang