18-Alasan

956 122 8
                                    

Saat Riana dan Nalendra duduk di kamar mereka. Apalagi ini privasi keluarga mereka, jika dibicarakan di tempat kerja Nalendra kemungkinan ada yang menguping lebih tinggi.

"Honey, bisa kau jelaskan?" tanya Riana penasaran.

"Ini terjadi sekitar beberapa hari sebelum Yang mulia Pangeran Lyman datang. Tepatnya setelah kami menyelesaikan rapat dengan Yang mulia Pangeran Darren. Tiba-tiba saja Alice minta mengobrol sebentar denganku," ungkap Nalendra.

"Yah, ada yang mau Alice bicarakan. Ayah ada waktu?"

Nalendra bingung, tapi tetap mengiyakan permintaan Putri satu-satunya. "Iya, ada apa, Sayang?"

Pergerakan Alice yang gelisah jelas terekam oleh pandangan Nalendra. Bingung, sebenarnya apa yang ingin dibicarakan Putrinya sampe tak nyaman seperti ini.

"A-apa Ayah akan memiliki anak selain Alice?" ucap Alice dengan suara semakin lirih.

"Apa? apa Alice mau dibuatkan adik?" tanya Nalendra seraya menyelaraskan tingginya dengan Alice.

"Bukan, justru sebaliknya," sahut Alice cepat.

"Loh, memangnya kenapa?"

"Alice tidak ingin diabaikan."

Ucapan itu membuat Nalendra tertegun. Kenapa Alice ada pemikiran seperti itu? itulah yang Nalendra pertanyakan.

Riana yang mendengar cerita suaminya pun ikut termangu. "Kenapa Alice tiba-tiba berkata begitu? apa ada orang yang mengatakan seperti itu padanya?" Nalendra hanya mengangguk kecil dan kembali melanjutkan ceritanya.

"Kenapa Alice berbicara seperti itu. Ayah dan Ibu tidak mungkin melakukan hal itu," ucap Nalendra tak habis pikir.

"Tapi, temannya Alice mengalaminya. Setelah adiknya ada dia diabaikan sepenuhnya oleh kedua orang tuanya. Dia mengatakan padaku bahwa ia kesepian, tidak ada orang yang menemaninya. ALICE TIDAK INGIN BEGITU!"

Sontak Nalendra menarik tubuh mungil Alice ke dalam pelukan hangatnya. "Tidak akan, Sayang. Kamu tenang saja, Ayah akan selalu sayang padamu," ucap lembut Nalendra dengan salah satu tangannya mengelus punggung Alice perlahan.

"Apa Ayah bisa berjanji?"

Nalendra terdiam sebentar sebelum mengangguk lembut. Ia tak bisa berjanji dengan berkata. Entah kenapa dirinya merasa akan mengingkari janji Putrinya.

"Ayah jawab," desak Alice.

"Iya, Sayang. Iya, Ayah janji."

Nalendra menopangkan dagunga di pucuk kepala Alice. "Ayah, tidak mungkin mengabaikan Putri Ayah yang imut ini."

Riana mendengar dengan keterdiaman. Ia bingung harus bersikap seperti apa. Karena ini pertama kalinya Alice bersikap seperti itu.

"Lalu, bagaimana ini? aku takut Alice akan berbuat nekat," celetuk Riana dengan raut khawatir.

"Kamu tenang aja, aku yakin Alice tidak akan seperti itu. Nanti aku berusaha untuk berbicara baik-baik padanya," sahut Nalendra mencoba menenangkan Riana.

"Tapi, aku masih penasaran teman mana yang Alice maksud."

****

"Nona, anda akan ke mana?" seru Arna mencoba mengejar Alice.

"BIARKAN AKU SENDIRI!" Arna tersentak mendengar bentakan dari Nonanya.

Akhirnya Arna yang bisa pasrah dan memberikan ruang bagi Alice, walau dalam dirinya ia sangat khawatir.

Tak Seperti JulietWhere stories live. Discover now