7-Makan Malam

1.8K 204 6
                                    

Seusai ke pasar Alice diantar Arna menuju kamarnya setelah pamit pada Darren. "Mari Nona, sebentar lagi waktu makan malam."

Alice berjalan di depan diikuti oleh Arna di belakangnya. Hadiah untuk Darren diberikan pada waktu yang tepat.

"Arna cepat siapkan air!" Arna mengangguk dan segera melaksanakan perintah.

"Nona, airnya sudah siap," ucap Arna dan berjalan menuju Alice untuk membantu melepas pakaiannya.

Berendam adalah hal paling menenangkan menurut Alice. Seakan pikiran yang tadinya jenuh menjadi jernih seketika. "Ahh ... nyaman banget," ucap Alice terlalu nyaman.

Bahkan tidak terasa dirinya berendam hampir 30 menit tidak bergerak sedikit pun. Alice benar-benar menikmati waktu berendamnya.

Arna lagi-lagi menghela napas karena Alice tak kunjung keluar. Memang ini bukan pertama kalinya, tapi tetap saja dia merasa khawatir jika terjadi sesuatu pada Alice.

Apalagi waktu makan malam semakin dekat. Walau bimbang akhirnya Arna memutuskan untuk memanggil Alice. "Nona!!" seru Arna.

Perlahan mata Alice terbuka ketika mendengar teriakan dari Arna. Dia pun segera menyelesaikan mandinya sebelum keluar dari kamar mandi.

Arna yang melihat Alice sudah keluar segera mengambil pakaian yang akan digunakan sesuai permintaan Alice. Tak lupa ia menata rambut Alice serapi mungkin.

Keduanya keluar tepat 10 menit sebelum waktu makan malam dimulai. Sampai di ruang makan dengan tepat waktu. Jam makan seperti ini akan dilakukan ketika ada tamu saja.

"Selamat malam semua!" sapa Alice pada yang lain.

Alice duduk di kursinya dan Nalendra memulai acara makan malamnya. Mereka makan dengan tenang, tidak ada suara sedikit pun.

Setelah makan Nalendra angkat bicara. "Alice, tadi kamu ke pasar lagi?" ucapnya dengan penekanan pada kata 'lagi' yang membuat Alice meringis.

"Tenang saja, Duke. Nona Alice, keluar bersama saya. Jika saja saya tidak melihatnya berjalan mengendap-endap di pintu samping," ucap Darren yang entah membela atau menyindir kelakuan Alice.

"Kamu mau keluar diam-diam tanpa pengawal?"

Melihat Nalendra yang semakin emosi Darren kembali berbicara. "Itu tidak terjadi Duke, karena saya melihatnya."

"Terima kasih Yang mulia dan maaf!"

"Maaf? untuk apa?"

"Maaf karena tingkah laku putri saya," ucap Nalendra menyesal.

"Tidak apa-apa. Justru menurut saya Alice semakin menggemaskan," sahutnya dengan mata terus menatap lekat Alice.

Nalendra hanya menanggapinya dengan tersenyum, walau dalam hatinya sebenarnya sedang menggerutu mendengar perkataan Darren seperti seorang pedofil.

"Permisi semua, saya pamit ke kamar!" celetuk Alice dan bangkit dari duduknya.

"Alice!" panggil Riana yang tidak ditanggapi oleh Alice.

Perasaan Alice bercampur aduk menjadi satu. Antara tidak suka dan bahagia sedang beradu dalam hatinya. Ia bingung dengan perasaanya sendiri.

Apa karena sekarang dia berada di tubuh berumur 12 tahun? namun, jiwanya sudah berusia 17 tahun lebih, kenapa ia seolah tidak paham apa perasaan yang ia rasakan kini.

Alice berjalan dengan tergesa-gesa menuju kamarnya sendiri. Kemudian berjalan perlahan menuju jendala kamarnya.

Arna diminta untuk menunggu di luar. Sungguh Alice tidak ingin diganggu oleh siapapun untuk sekarang ini. "Ada apa dengan diriku sih?"

"Alice, malulah umur jiwamu hampir 18 tahun," gumam Alice pada dirinya sendiri.

"Permisi, Nona ada Yang Mulia Darren datang!" seru Arna dari balik pintu.

Perlahan Alice berjalan menuju pintu. Sebelum membukanya ia menghela napas, mencoba untuk menenangkan dirinya. Entah kenapa setelah perkataan Darren tadi membuatnya teringat akan masa lalu.

Sontak membuat badan bergetar dengan keringat bercucuran. Tangannya yang masih sedikit bergetar itu membuka pintu.

"Selamat malam, Nona Alice. Maaf saya mengangguk waktu istirahat anda!"

Darren pun mulai memasuki kamar Alice dan duduk di kursi. "Ada apa, pangeran kemari?" ucap Alice seraya mencoba mengendalikan nada bicaranya.

"Saya minta maaf jika kamu tersinggung dengan perkataan saya. Tapi, jika boleh jujur itu adalah kebenarannya Alice. Mungkin terdengar gila karena kita baru saja saling mengenal. Namun, sungguh aku tidak ada niat untuk mempermainkan kamu. Hanya itu yang ingin saya ucapkan, sekali lagi saya minta maaf!" Darren undur diri, pergi meninggalkan Alice yang termenung.
























Jangan lupa Vote N Komen dan baca cerita Arissa yang lain.

Order Novel Arissa yuk, judulnya "WHERE IS MY DADDY, MOM?"  tertarik😉? bisa pesan dengan :

Form pemesanan

•> Nama lengkap :
•> Alamat lengkap:
• Jalan :
• Rt/Rw :
• Kelurahan :
• Kecamatan :
• Kota/kabupaten :
• Provinsi :
•> Judul buku :
•> Nama paket :
•> No hp :
•> Ekspedisi :

Kirim ke no +62 857-3351-8064

Yuk buruan diorder!!😇



ORDER Novel Arissa YUK!!🎉🎉

Judul : JENDELA KAMAR

Tertarik? pesan dengan

Yang mau ikutan bisa isi form di bawah!!👇

Format pemesanan:

Nama :
Alamat lengkap :
No. Hp :
Judul Buku :
Jumlah Pemesanan :
Ekspedisi :

Kirim form di atas ke nomor +62 858-7559-8283

Yuk buruan order😇
👇👇👇👇👇👇👇

Tak Seperti JulietWhere stories live. Discover now