•6•

760 86 14
                                    

"Ga usah, Kak. Dian ga kedinginan kok!" bohong. Dian padahal ga kuat sama udara dingin. Dia terlalu canggung menghadapi laki-laki beku yang satu ini ketika menawarkan jaket padanya.

Satu lagi. Dian tidak mau ada orang yang berpikir aneh-aneh tentang dirinya dan Ariq. Padahal memang tidak ada hubungan apa-apa selain partner kerja. Tapi, sangat rentan menimbulkan fitnah.

Dian bohong demi kebaikan, kan?

Meskipun tidak terlihat agamis, Ariq cukup baik dalam menjaga hubungan dengan perempuan, tak terkecuali dengan Dian. Selama mereka menjadi partner, tak pernah sekalipun mereka bersentuhan kulit tangan atau berinteraksi secara berlebihan.

Meskipun awalnya tidak nyaman, lama kelamaan, Dian mulai bisa menyesuaikan diri. Bukankah rekan kerja harus saling memahami?

Dian dan Ariq baru selesai pemotretan. Ralat, mereka menghentikan aktivitasnya ketika hujan mulai turun. Karena kantin yang luas ini dekat dengan tempat mereka sebelumnya, jadi lah mereka berteduh disini.

"Oke. Mau makan ga?" Ariq bertanya, sebenarnya dia yang lapar.

"Hmm... Boleh"

Mereka mulai berjalan mencari menu makanan yang berjajar di warung-warung kecil. "Kamu mau makan apa?" tanya Ariq, motifnya entah apa bertanya seperti itu, ia juga bingung sendiri. Pertanyaan yang tidak perlu.

"Bakso, kalau hujan gini enaknya makan yang anget. Aku kesana ya, kak!" Dian menunjuk sebuah gerobak bakso.

"Ayo, samain", Ariq berjalan lebih dulu dari gadis itu.

Dua mangkuk berisi bakso cincang dan sayuran hijau serta taburan bawang goreng dan seledri sudah siap disantap. Wow mantap. Siapapun yang mencium aromanya pasti ngiler!

Hening diantara mereka berdua, duduk saling bersebelahan dengan jarak setengah meter di meja yang sama, untungnya kursi yang diduduki cukup panjang.

Tak ada yang mengeluarkan suara. Mereka berdua fokus pada makanan masing-masing.

Ariq menarik botol mineral yang berada cukup jauh dari jangkauannya, tapi masih di meja yang sama. Laki-laki itu menyodorkannya pada Dian setelah membuka tutupnya.

"Makasih"

Tiba-tiba....

"Bang Ariq, dicari-cari kemana eh ternyata lagi makan bakso" suara Dante mengagetkan Ariq dan Dian.

Ariq mengerutkan dahinya, bingung. "Ngapain nyari gue?"

Pandangan Dian beralih menatap sosok laki-laki yang tidak asing baginya. Laki-laki yang entah kenapa ada dipikirannya setelah mengikuti Dian di Instagram, tapi sampai detik ini belum juga diikuti balik. Mengingat itu, membuat Dian canggung sendiri. Apalagi, beberapa jam yang lalu, postingan snapgram-nya dilihat oleh Rayyan.

"Hai, assalamu'alaikum" ucap Rayyan pada Ariq dan Dian.

"Wa'alaikumussalam", jawab mereka berbarengan.

"Kita gabung boleh ga?" Dante tiba-tiba duduk dihadapan Ariq.

"Boleh banget, Kak!" ucap Dian antusias.

Rayyan, Hasbi, dan Dante mengambil posisi duduk masing-masing. Kalau kalian mau membayangkan, Dian, Ariq, dan Hasbi duduk di salah satu kursi panjang. Sementara itu, Rayyan dan Dante duduk di kursi yang satu lagi, mereka berhadap-hadapan.

Jodoh Sekampus (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang