•12•

609 77 7
                                    

Jarak antara Dian dan Rayyan hanya 1 meter. Kontak mata berlangsung tiga detik saja. Rayyan menyadarkan dirinya segera ketika menatap mata perempuan yang belum jadi muhrimnya.

BELUM.

"Dian"

Panggilan itu bersumber dari Rafa, suaranya yang pelan tidak bisa terdengar oleh siapapun. Dengan langkah santai, Rafa yakin Dian belum berjalan jauh. Punggung gadis itu masih tertangkap oleh pandangannya.

Beberapa orang yang berteduh disana membuat Rafa sedikit susah melewatinya.

Rayyan menatap lurus dan melihat seorang laki-laki bertubuh jangkung sedang berjalan santai ke arah mereka berdua. Kini pandangannya beralih ke wajah Dian yang menunduk.

Sadar dengan situasi yang tidak beres, Rayyan mengajak Dian untuk ikut bersamanya.

"Ikut gue!"

"Kemana?"

"Ke rumah lo, buruan nanti ke tangkep" ucap Rayyan, seolah-olah mereka buronan tak bersalah yang sedang di kejar polisi.

Bercanda nih, dia.

Tak lupa, ia membawa si Beboo dan sisa makanannya.

Meskipun Dian bingung, tapi ia tidak punya pilihan. Dian juga melihat kalau Rayyan itu laki-laki baik.

Dian mengikuti langkah Rayyan menuju mobil laki-laki itu, dengan payung merah dari Rayyan. Sementara, Rayyan dan anak kucing menerobos hujan tanpa pelindung apapun. Kemeja polos laki-laki itu jadi basah kuyup.

°°°

Di dalam mobil Rayyan.

Mereka baru saja duduk. Dian menggendong anak kucing yang Rayyan bawa. Sementara, Rayyan bersiap-siap menyalakan mesin mobil.

"Rayyan, makasih" ucap Dian lirih.

"Iya sama-sama. Lo..."

"Kenapa? Ko gak dilanjut?"

"Aduh, gue ga enak nanya-nya"

"Yaudah, gak usah diucapin"

Rayyan terkekeh. Dian polos juga. Padahal Rayyan hanya ingin memastikan kalau gadis itu sudah merasa lebih baik atau belum.

"Kucing kamu?" tanya Dian sembari mengelus kepala Beboo.

"Bukan.. tadi gue liat dia berteduh di kursi kayu yang rapuh, kasian. Jadi di bawa deh. Kalau ada pemiliknya, gue balikin besok ke tempat semula"

"Oh"

Dian jadi teringat sesuatu. Dan, ternyata... sosok laki-laki yang ia lihat di balik kaca besar di caffe tadi adalah Rayyan. Rayyan yang pakai payung merah, menggendong kucing, dan memberinya masakan padang. Tadi, wajah laki-laki itu tertutup payungnya. Jadi, Dian tidak sadar.

Tiba-tiba, kedua sudut bibirnya tertarik sempurna, merasa gemas dengan tingkah Rayyan.

"Beb, udah kenyang?" tanya Rayyan yang sedang fokus memerhatikan lalu lintas.

"Beb?" Dian mengkonfirmasi.

"Itu, kucingnya gue kasih nama Beboo, udah kenyang belum dia?"

Dian tertawa, diikuti Rayyan.

"Udah nih, kayaknya. Ayamnya juga abis"

"Bagus, anak baik."

Rayyan hendak mengelus kepala si kucing, namun tangannya ditarik kembali, perlahan. Ia sadar, anak kucing itu duduk dipangkuan Dian.

Dian yang menyadari pergerakan tangan Rayyan hanya terdiam dan memalingkan wajahnya ke arah kiri, memperhatikan air hujan yang mengalir di kaca jendela mobil.

Jodoh Sekampus (On Going)Where stories live. Discover now