16. Sadar Diri

4.9K 456 179
                                    

Jangan lupa vote dan komentarnya 💚

Biar aku makin semangat 💚

Darren duduk bersila di kasurnya sambil mengingat-ingat kejadian tadi siang di mal bersama Zanitha selagi mengawasi Charity yang tengah mandi bola

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Darren duduk bersila di kasurnya sambil mengingat-ingat kejadian tadi siang di mal bersama Zanitha selagi mengawasi Charity yang tengah mandi bola. Membekas dalam ingatan ekspresi sendu Zanitha saat Darren memberi tahu bahwa hari ini anniversary Tara dengan mendiang istrinya, membuktikan bahwa ada sesuatu yang tidak beres dalam pernikahan mereka. Bukan saat itu saja, tetapi sejak awal hubungan dibentuk yang sangat mencurigakan. Ada banyak pertanyaan di benak Darren, tetapi tidak kunjung terjawab. Saat pertanyaan disampaikan pada dua orang yang dicurigai, Darren tidak akan mendapat jawaban yang diharapkan.

Tara pintar beralasan, apalagi ekspresinya yang selalu tenang membuat orang minim sekali mencurigainya. Namun, Darren bukan orang yang mudah ditipu. Makin sesuatu ditutupi, makin tercium juga jejaknya. Darren tidak tahan. Ia bangkit dari kasur dan berjalan menuju meja belajarnya, di mana ada secangkir kopi instan untuk menemaninya belajar malam ini. Darren menarik kursi dan duduk, lalu meraih ponselnya untuk menghubungi Tara.

Darren tidak ingin berpikir terlalu panjang untuk hal ini, jadi dia berniat menembak Tara dengan pertanyaannya secara langsung. Ketika teleponnya dijawab, peluru berupa pertanyaan segera Darren bidik pada Tara di sana yang belum sempat menyapanya.

"Bang, aku tadinya nggak mau kepo lagi, tapi sekarang udah kepo berat banget," kata Darren sebagai pembuka. "Sebenernya nikahin Zanitha karena apa, sih? Aku yakin karena sesuatu, bukan karena cinta," tembak Darren tepat sasaran. "Zanitha tadi kelihatan agak sedih, kayak kurang bahagia sama pernikahan kalian. Terus lagi, kalau emang karena cinta, aku yakin kamu paham untuk lebih prioritasin Zanitha dibanding mendiang Mbak Liona. Aku paham banget sekalinya kamu sayang sama pasangan, kamu nggak akan bikin dia sedih. Jadi, tolong kasih tahu aku, ya. Aku nggak akan cerita ke siapa-siapa."

Napas Darren terengah karena dia bicara tanpa jeda, memberikan penjelasan apa yang paling menciptakan tanda tanya besar di kepalanya. Saat keheningan menyelimuti kamar, Darren jauhkan ponsel ke telinganya untuk memastikan bahwa telepon masih tersambung. Tara tidak memutuskan sambungan telepon secara sepihak, jadi ada kemungkinan sang kakak butuh waktu untuk bicara.

Darren putuskan menyalakan speaker dan meletakkan ponselnya di atas meja, lalu mendengar suara pintu yang dibuka dan ditutup bersamaan dengan langkah kaki di tempat Tara. Dari situ, Darren menebak kalau kakaknya mencari tempat lain untuk menjawab pertanyaannya.

"Kamu nggak akan bilang sama Zanitha juga?"

Darren bernapas lega saat tanpa sadar dia menahan napasnya. "Iya, Bang. Termasuk Zanitha Arshavina."

"Tapi kamu jangan ngubah pandangan ke dia, ya. Apa pun yang terjadi, itu salah aku."

Darren mulai duduk tidak tenang dan berkata, "Aku janji."

Cherish Where stories live. Discover now