32. Restu Lain

4.4K 459 111
                                    

Jangan lupa vote dan komentarnya 💚

Biar aku makin semangat 💚

"Bang, lo keterlaluan banget

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Bang, lo keterlaluan banget."

Tara tarik napas dalam-dalam saat menerima cacian setelah menjawab telepon Darren. Baru saja selesai bertemu klien, dia sudah dimaki-maki oleh adiknya. Alih-alih kesal dan membalas dengan urat yang sama, Tara memilih menerima karena cepat atau lambat, Darren pasti akan membicarakan masalah kemarin. Toh, Tara juga tidak bisa membela diri, karena yang terjadi kemarin adalah salahnya.

"Zanitha udah ngaku soal alasan kalian nikah, sama kayak yang lo bilang ke gue. Terus dia cerita lo nggak datang waktu dinner dengan alasan rayain ulang tahunnya Mbak Liona. Dia juga jujur kok soal lo diancam sama Mama Melinda, makanya lo mau-mau aja datang ke rumahnya."

Dari cara bicaranya, terdengar jelas Darren sudah melebihi batas sabarnya karena tidak sesopan biasanya. Tara biarkan telinganya panas mendengar makian di seberang sana karena dia berhak mendapatkannya.

"Tapi sumpah, lo ngeselin banget, anjir! Enggak ada tegas-tegasnya jadi laki. Harusnya saat disuruh datang, jangan mau walaupun diancam. Lo orang tua kandung Chaca, jadi jangan takut kalau ada apa-apa, apalagi yang bersangkutan sama mertua. Lo punya hak besar, jadi mertua lo nggak akan bisa macam-macam juga sama Chaca. Kalaupun dibawa, Chaca bakal dirawat dengan baik, kok. Tapi lebih nyebelin lagi karena lo nggak ngabarin Zanitha dari awal.

"Lo nggak kasihan sama istri yang nungguin berjam-jam di restoran dalam keadaan hamil, hah?! Gue aja ngilu pas lihat dia di depan restoran tanpa tenaga, mana mukanya kelihatan syok banget. Dia bahkan diam aja pas gue anter balik. Ngomongnya cuma buat makasih. Pokoknya ini udah fatal banget, Bang. Jangan pake alasan lo terpaksa karena diancam, tapi karena lo sendiri oon banget. Kalau kita deket, lo udah gue timpuk, Bang."

Makian itu akhirnya selesai dan hanya terdengar suara napas tak teratur di seberang sana. Tara usap wajahnya dengan gerakan kasar, makin mengacaukan hatinya yang terbelah menjadi beberapa bagian. Masih memikirkan masa lalu, memprioritaskan putrinya, dan mulai ada cinta untuk Zanitha. Tara tidak bisa menjadikan bagian itu menyatu secara utuh, hingga berakhir harus mengorbankan salah satu. Paginya dimulai dengan tidak baik, karena tadi Zanitha menghindar untuk diajak bicara hingga Tara tidak berani untuk memulai percakapan dan memilih memberinya waktu sendiri.

"Aku beneran takut Charity dibawa sama mamanya Liona. Dia pernah hampir dibawa paksa, jadi ada kemungkinan bakal ngulangin hal sama, Darren," balas Tara sembari memijat pelipisnya. "Tapi kamu emang bener, aku yang salah karena nggak chat Zanitha duluan. Aku udah ketakutan sama ancaman Mama Melinda, sampai-sampai nggak kepikiran apa-apa, termasuk hubungin Zanitha."

"Bagus lo sadar. Udah minta maaf sama Zanitha?"

Tara mendesah panjang karena sadar maafnya kali ini terasa percuma. "Udah."

Cherish Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang