46. Gelora 🔞

12.7K 421 55
                                    

Warning!

Sexual content!

Bagi yang masih minor dan gak nyaman, silakan skip bagian awal!

Bagi yang masih minor dan gak nyaman, silakan skip bagian awal!

Oops! Questa immagine non segue le nostre linee guida sui contenuti. Per continuare la pubblicazione, provare a rimuoverlo o caricare un altro.

Panas, bergairah, dan penuh desah. Tiga hal yang menggambarkan situasi Tara dan Zanitha begitu mereka saling beradu di atas kasur. Mulai dari ciuman, tiba-tiba jadi lumatan, beralih menjadi cumbuan, hingga kini tidak ada sehelai benang yang menutupi tubuh mereka. Segalanya terjalin dengan pelan tanpa paksaan, bahkan berkali-kali Tara bertanya apakah Zanitha ingin melanjutkan atau menyudahi semuanya sebelum pria itu hilang kendali daksa. Satu jawaban yang selalu meluncur; ya, Zanitha sangat menginginkannya.

Sebagai pria dominan dan paling piawai, Tara memegang kendali atas tubuh Zanitha yang pasrah di bawahnya. Tara mencumbu setiap lekuk tubuh sang istri mulai dari leher, turun ke tulang selangka, dada, perut, hingga berakhir di antara tungkai bagian dalam yang membuat Zanitha mengerang tidak tertahan. Zanitha meremas bantal yang menjadi tumpuan kepala, memejamkan mata untuk meresapi setiap sentuhan yang Tara bagi pada tubuhnya. Sudah lama tidak merasakan kenikmatan duniawi, Zanitha nyaris menggila saat pusat tubuhnya dipuja begitu dalam oleh sang pria.

Gelombang itu datang tanpa mampu Zanitha tahan, tangannya refleks meremas surai Tara yang masih berada di antara tungkainya. Zanitha menjerit kala pelepasan pertama dia dapatkan, lalu terengah hingga dadanya naik turun tidak teratur dan kepalanya pening bukan main akibat kenikmatan itu. Tara merangkak naik dan kini berbaring di samping Zanitha yang masih menikmati sisa-sisa pelepasannya, memandangi paras menawan saat ditawan gairah.

"Kamu bener masih mau lanjut?" tanya Tara untuk sekian kalinya malam ini. Hampir membuat Zanitha muak, tetapi dia bisa memakluminya.

"Lanjutin aja," balas Zanitha yang terengah.

Saat kesadarannya masih setengah, Zanitha meraih birai sang pria dan menciumnya seakan tidak betah jika tanpa lawan.

Bibir mereka kembali beradu, menyecap apa pun untuk menghilangkan haus akan hasrat. Sayang, apa yang mereka lakukan justru makin menambah syahwat untuk segera menyatu dalam belenggu kenikmatan setelah sekian lama menahan. Tara yang unggul dan Zanitha masih pemula, mencari satu hal serupa pada dini hari dalam gairah yang dibalut asmara; puncak tertinggi dalam cinta.

Tara kembali mendominasi di atas, meraba pinggang Zanitha yang bergerak tiada henti akibat senggolan kulit menaikkan andrenalinnya. Bibir mereka berhenti bertaut, giliran netra yang saling menatap akur, sedangkan bagian bawah Tara berusaha mengisi bagian kosong terdalam Zanitha hingga penuh. Lama sekali tidak ada yang menyentuh, Zanitha mengernyit perih hingga sedikit meringis karena sakitnya kembali muncul seperti pertama dan kedua kali bermain.

Tara ikut tersiksa, sebab istrinya terasa makin ketat hingga miliknya harus berusaha cukup keras agar bisa memenuhi Zanitha yang tengah menyakar pundaknya. Satu lenguhan lega dari Tara mengudara bebas setelah berhasil mendapatkannya, sedangkan Zanitha masih harus membiasakan diri dengan apa yang baru bersarang dalam dirinya.

Cherish Dove le storie prendono vita. Scoprilo ora