23. Setengah Hati

4K 416 149
                                    

Jangan lupa vote dan komentarnya 💚

Biar aku makin semangat 💚

"Ayah, Chaca senang mau punya adik

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Ayah, Chaca senang mau punya adik."

Di tengah makan malam, Charity menunjukkan rasa antusiasnya pada Tara setelah sebelumnya tidak terlalu sering membahas soal adik. Zanitha yang sedang makan hanya melirik sekilas, tetapi senang karena ada Charity yang di pihaknya. Diam-diam Zanitha juga berharap ucapan Charity bisa membuat benteng pertahanan Tara yang masih belum mau bicara dengannya runtuh.

"Oh, ya?" Tara menanggapi.

"Iya, Ayah. Chaca suka bayi, terus mau punya dedek bayi. Terus kalau bisa, Chaca mau adik laki-laki."

"Kenapa laki-laki?"

"Biar baik kayak Ayah."

Zanitha menggigit bibirnya untuk menahan senyum kecut mendengar penuturan Charity yang polos. Di mata Charity, jelas Tara adalah ayah yang terbaik. Well, Zanitha tidak membantah hal itu karena sebagai ayah, Tara sangat baik ketika melakukan perannya. Namun, itu hanya untuk Charity. Anak Zanitha belum tentu bisa merasakannya.

"Tante, nanti Chaca mau ngasih nama buat dedeknya. Boleh?"

Zanitha yang duduk di samping Charity otomatis menoleh dan mengangguk. "Boleh dong, Sayang. Nanti kalau udah ketemu namanya, Chaca boleh kasih tahu mau siapa, ya."

Charity tersenyum kegirangan setelah diberi izin, lalu melanjutkan makan malam sambil memikirkan nama apa yang pas untuk adiknya nanti. Pemandangan itu membuat Tara senang dan tidak enak hati, karena berbeda dengan Charity, dia belum bisa menerima kenyataan Zanitha yang sekarang sedang hamil. Tara takut kejadian yang lalu terjadi, ditambah dia masih ingin fokus pada Charity. Hal itu yang menahan dirinya untuk ikut berbahagia, malah merasa terbebani dengan kehamilan Zanitha.

Makan malam selesai dengan Charity yang mendominasi percakapan, khususnya soal adik yang akan segera dimiliki. Setelah Charity tidur, Tara masuk ke kamar dan melihat Zanitha yang baru saja akan naik ke kasur, tetapi gerakannya terhenti ketika melihat Tara.

"Saya mau ngomong."

Kalimat singkat itu membuat Zanitha mengerjap, tidak percaya sang suami akhirnya mau mengajaknya bicara. Dengan senang hati Zanitha mengangguk, lalu duduk di tepi kasur ketika Tara mendekatinya. Tara mengambil posisi di samping Zanitha, sengaja memberi jarak karena tidak enak hati jika terlalu dekat. Zanitha tidak masalah mau jarak sedekat atau sejauh apa, karena yang penting Tara mau bicara dengannya. Saking senangnya, Zanitha tidak sadar ada segudang ketakutan yang terpatri di wajah Tara, serta kejujuran yang ada di ujung lisan untuk diungkapkan olehnya. Tara embuskan napas pelan, lalu berkata,

"Maafin sikap saya selama ini, Zanitha," sesal Tara seraya menatap Zanitha setelah dua minggu ia abaikan.

Zanitha tersenyum, masih tidak menyadari ketakutan yang makin menggerogoti Tara. "Enggak apa-apa, yang penting setelah ini hubungan kita lebih baik."

Cherish Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang