40. Penghakiman

4.5K 390 61
                                    

Jangan lupa vote dan komentarnya 💚

Biar aku makin semangat 💚

"Lusa kemarin kamu ke rumah saya malam-malam, ya?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Lusa kemarin kamu ke rumah saya malam-malam, ya?"

Baru saja menyapa saat panggilan masuk dari Gunawan tersambung, mertua Tara itu langsung mengajukan pertanyaan yang membuatnya malu di tempat. Tara yang duduk di ruang kerjanya setelah menghubungi Kevin, tidak bisa tenang sebab rupanya kedatangan dia hari itu diketahui oleh sang mertua.

"Iya, Pa. Maafin saya datang diam-diam," sesal Tara yang sudah tertangkap basah.

Gelak tawa terdengar di seberang sana dan disusul oleh balasan, "Jangan minta maaf, santai aja. Cuma heran kenapa kamu datangnya malam, nggak siang atau pagi aja gitu. Kan saya sama yang lain bisa nyambut."

Gejolak ketakutan akan disalahkan perlahan memudar di dada Tara. "Itu ... dadakan, Pa."

"Oh, saking nggak tahan kangennya sama Zanitha, ya?" Tara menjawab jujur, "Iya."

"Terus gimana pas ketemu? Udah terbayar kangennya?"

Tara kini lebih relaks saat Gunawan mengajaknya bicara layaknya teman. "Mendingan, tapi besoknya kangen lagi."

Tawa lantang di malam hari kembali terdengar dari sisi Gunawan. "Aduh, aduh. Dasar orang kalau lagi jatuh cinta tiap jauh dikit, kangennya pasti banyak."

Mertuanya benar, sebab sejak Tara menyadari perasaannya pada Zanitha, dia tidak pernah absen untuk merindu saat jam kerja. Tidak sabar bertemu istrinya di rumah, meski tidak banyak interaksi sebab kala itu Zanitha sudah mulai berubah. Sekarang setelah jarak mereka lebih jauh dari biasanya, rindu Tara makin meluas.

"Kok Papa tahu saya datang?"

"Waktu kamu dibawa masuk ke kamarnya Zanitha, saya sebenernya nggak tidur. Itu saya lagi ngaso di belakang, terus baru masuk dan lihat kalian. Karena nggak mau ganggu, yaudah, saya biarin aja. Lagian kamu sama Zanitha bukan lagi melakukan tindakan asusila. Kan masih suami istri."

Begitu rupanya. Tara lega dia tidak kena amuk Gunawan. Akan beda jika kehadirannya tertangkap basah oleh Dira, pasti malam itu juga Tara dibantai tanpa ampun. "Saya kira Zanitha cerita. Padahal nggak apa-apa dia cerita ke Mama sama Papa."

"Jangan sampai istri saya tahu, dong. Nanti kamu kena amuk. Ini aja saya telepon kamu di luar biar enak ngobrolnya. Soalnya Zanitha juga nggak tahu kalau saya tahu kamu datang."

"Enggak apa-apa, Pa. Saya kena amuk karena layak dapetin itu. Saya datang tanpa izin malem-malem. Jadi, maafin Tara ya, Pa."

Dua kali kata maaf terlontar, saking takutnya meski jelas-jelas Gunawan tidak mempermasalahkan kedatangan Tara yang begitu rahasia. Jika saja Zanitha menceritakan kedatangannya pada seluruh anggota keluarga, Tara yakin sekarang sudah kena amuk Dira, bukannya dihubungi baik-baik oleh Gunawan.

Cherish Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang