Layaknya kisah cinta pada umumnya, Tara dan Zanitha awalnya hanya orang asing yang kebetulan bertemu. Berbeda dari kisah orang lain yang manis, hubungan Tara dan Zanitha dimulai karena kesalahan satu malam yang membuat mereka tak bisa menghindar.
Z...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Zanitha Mama
Mama 💚 Eh tumben chat duluan
Zanitha Aku kan sering chat Mama duluan
Mama 💚 Jarang ge, suka ngada-ngada Ada apa, Neng?
Zanitha Kangen rumah haha
Mama 💚 Atuh sini pulang, jangan ngomong doang
Zanitha Mau, tapi asa males Mama
Mama 💚 Masa males? Yaudah, Mama atuh yang ke sana Mau ketemu mantu ganteng 😍
Zanitha Idih Aya-aya wae Tapi bener, aku kangen rumah Pengen pulang yang lama
Mama 💚 Jangan lama-lama, nanti Tara kangen Tapi kalau ke sininya sama Tara gak apa-apa Kan Mama ge mau ketemu cucu Siapa teh? Chaca, ya?
Zanitha Hehe diusahain mereka ikut
Mama 💚 Neng, kamu teh gak apa-apa?
Zanitha Gak apa-apa, Ma
Zanitha Arshavina tersenyum ketika membaca pesan yang ia bagikan bersama mamanya, Dira, yang begitu ia rindukan. Namun, senyum Zanitha memudar ketika membaca pertanyaan terakhir Dira sebelum mengakhiri pesan hari ini. Pertanyaan mengenai kondisinya, yang kalau boleh Zanitha jawab dengan jujur, dia tidak terlalu baik-baik saja. Pernikahannya dengan Tara tidak bisa dibilang sepenuhnya baik, karena ada saja cerita yang menjadi derita.
Zanitha kira pernikahannya tidak akan mengalami yang namanya cobaan; Tara yang belum move on, Zanitha yang minder pada mendiang Liona, dan kehadiran Melinda yang menambah luka di balik pernikahan ini. Belum lagi ada rasa yang mulai menguasai hati Zanitha, mencoba menyadarkannya bahwa rasa itu hadir untuk menambah manis pernikahannya dengan Tara. Oh, Zanitha bukan lagi remaja nanggung yang tutup mata dengan perasaannya sendiri. Bukan juga anak labil yang berusaha menyangkal segala rasa yang hadir.
Hanya saja, Zanitha memahami bahwa jika ia memaksakan untuk menerima kehadiran perasaan ini, segalanya terasa percuma, karena perasaannya tidak akan terbalas. Zanitha memadamkan ponselnya, lalu meletakkan ponsel itu dengan susah payah ke atas nakas. Tadinya Zanitha ingin mematikan lampu tidur di atas nakas yang sama, tapi ia urungkan ketika sadar bahwa tangan Tara yang sudah tidur lelap masih mendekapnya.