12. Obrolan Malam

404 76 11
                                    

Mata itu menatap langit malam diatas sana. Helaan nafas tak henti terdengar untuk kesekian kalinya. Ia terduduk di lantai teras itu. Dengan segelas teh hangat disisi nya

Sesekali memejamkan matanya. Berharap dapat menerka semua maksud gambaran kusam diingatan nya itu

"Siapa sih dia.. Kenapa bisa kebetulan banget" Gumam nya

Ia memijat pelipis nya. Masih mengingat jelas rasa sakit yang dirasa hari itu. Begitu sakit, hingga rasanya melekat

"Biru?"

Suara itu didengar nya dari arah belakang. Ia menengok, menemukan sesosok yang sedari tadi ada dipikiran nya. Aksa berdiri, dengan jaket tebal yang dipakainya

"Kamu kok belum tidur? Aku liat gak ada tadi dikamar" Ucap Aksa

Setelah perdebatan mereka yang menimbulkan kesalahpahaman kemarin. Biru akhirnya kembali menjadi roomate Aksa.

"Aku gak bisa tidur" Jawab Biru

"Kenapa? Nanti sakit lagi loh" Ucap Aksa

Pria itu terduduk disamping nya. Ikut menikmati malam yang cukup dingin disana.  Sedangkan Biru sibuk menatap nya, ia menatap Aksa disana. Menelisik sikap Aksa yang tampak memperlakukan nya istimewa

Aksa menyadari tatapan Biru. Ia kemudian tersenyum cerah disana

"Aksa.. "

"Hm?" Jawab Aksa sembari menaikan kedua alisnya itu

"Kamu kenapa perhatian banget sama aku?" Tanya nya

"Maksudnya?" Ucap Aksa mengerutkan dahinya. Mencoba memahami pertanyaan yang tiba tiba itu

"Iya. Kamu emang gak nyadar? Kamu ke aku, dan kamu ke temen temen lain itu beda" Ucap Biru

"Apa bedanya?" Tanya Aksa

"Kamu kayak gini bukan karena muka aku mirip Semesta kan?"

Aksa menghela nafasnya "Kenapa dibahas lagi? Katanya kamu gak suka"

"Iya sih. Tapi.. "

"Gimanapun juga. Fakta kalo muka kamu mirip Semesta itu gak pernah hilang dipandangan aku, Biru. Entah keajaiban apa yang bisa buat kebetulan ini. Tapi aku mau coba terima keberadaan kamu, sebagai Labiru"

"Jadi kamu baik sama aku bukan karena muka aku mirip Semesta?" Tanya nya

Aksa menggeleng
"Kamu Labiru. Meskipun muka kalian sama. Tapi dimata aku, kalian sosok yang beda 180 derajat"

"Karena?"

"Karena Semesta gak keras kepala dan emosian kayak kamu"

Biru mengerucutkan bibirnya mendengar itu "Ish"

"Tapi aku suka. Justru kamu keliatan kuat dan hebat dengan semua sifat itu. Meskipun agak ngeselin sih kadang"

"Emang Semesta gak hebat?" Tanya nya

"Bukan gak hebat. Tapi sayangnya, dia itu terlalu baik, gampang maafin kesalahan sebesar apapun. Dia gak pernah marah sekalipun ada masalah besar"

Biru menyimak seksama bagaimana Aksa menjelaskan sosok Semesta padanya. Hingga ia paham betul kenapa sosok itu tampak berharga bagi Aksa. Sosok yang membuat pria itu memeluknya saat pertama kali mereka bertemu karena wajah yang sama ini

"Semesta orang baik ya.. Pantesan kamu sayang banget sama adik kamu itu" Ucap Biru

"Sayang banget. Dia itu, salah satu alasan kenapa aku harus belajar menghargai sebuah kehidupan. Karena aku tau, dan jadi saksi gimana kehidupan milik Semesta gak adil dan berantakan"

"Aksa.. "

"Ya?" Aksa menoleh pada Biru

"Aku mau tau lebih soal Semesta.. Aku mau denger semua cerita soal dia. Dia yang punya wajah mirip sama aku"

Aksa terdiam. Entah apa yang baru saja terjadi hingga Biru tiba tina seperti ini. Ia hanya menatap ragu pada pria disamping nya

Sembari mendegar semua cerita cerita itu. Biru masih bergumam dibatin nya. Memberikan ribuan pertanyaan dibenak nya. Tentang sosok itu, tentang bagaimana nama itu tiba tiba berada dalam pikiran nya

Ia menatap Aksa yang sibuk bercerita ria

"Itu kenapa, kita semua ngerasa kehilangan dia. Semesta itu, contoh manusia sempurna dengan takdir yang sebaliknya"

"Kalo kamu dikasih kesempatan buat ketemu lagi sama dia? Kamu mau apa?" Tanya Biru

"Mm..... Aku gak tau. Tapi kalo bisa, aku mau kasih kebahagiaan yang dulu pernah aku janjiin ke dia. Kebahagiaan sempurna yang gak akan bisa dilupa oleh waktu"

"Semesta beruntung.. "

"Hm?"

"Dia punya kamu yang sayang banget sama dia. Dia punya sosok kakak yang hebat dan bisa dipercaya untuk jadi sandaran dikehidupan nya"

"Kamu juga beruntung. Kamu kan juga punya aku sekarang. Kita bisa jadi temen sekaligus saudara"

"Iya, makasih ya udah banyak bantu aku disini"

"Biru.. Waktu itu kamu bilang, kamu gak mau punya pertemanan erat sama siapapun. Kenapa?" Tanya Aksa

Biru tampak ragu membuka mulutnya. Ia masih menatap Aksa dalam diam nya. Batin nya beradu antara percaya dan tidak percaya

"Kami mungkin gak percaya... Tapi aku punya memori yang lemah. Aku gak bisa berteman lama sama siapapun karena cedera yang aku alamin dulu"

"Kok bisa?"

"Syaraf otak aku gak sebaik dulu. Setelah kecelakaan waktu itu. Untuk sekedar inget sama muka seseorang aja susah banget. Itu kenapa aku gak bisa temenan sama siapa siapa"

Pria itu mengangguk. Mendengarkan penjelasan Biru mengenai kondisi nya

"Kamu kecelakaan? Ah, kecelakaan yang ada hubungan nya sama luka dileher kamu itu?" Tanya Aksa

"Iya. Aku gak begitu inget gimana. Kata bunda aku sempet memori loss setelah koma. Makanya aku gak bisa inget semua hal sebelum aku kecelakaan hari itu"

"Berarti... Kalo kita gak ketemu lagi nanti. Kamu gak akan inget aku?" Tanya Aksa

"Gak tau. Gak semuanya sih, tapi masih ada beberapa orang yang bisa aku inget. Kayak bunda contohnya"

"Kalo gitu.. Ayo jadi temenku" Ucap Aksa

"Eh?"

"Biar kamu gak lupa sama aku. Kita harus temenan"

Biru terdiam. Ia bukan bermaksud menolak. Namun, dirinya tampak ragu. Untuk memulai sebuah pertemanan setelah tak pernah merasakan nya untuk sekian lama

"Oke.. Aku mau jadi temen kamu" Ucap Biru

"Beneran?"

"Iya"

Aksa tampak senang mendengar itu. Ia meraih tangan Biru. Meraba jari jari miliknya dan menarik sebuah cincin disana. Cincin kayu berwarna coklat yang selalu Aksa pakai ditangan kanan nya

"Karena aku gak punya apa apa buat resmiin kamu jadi temen aku. Jadi pake ini aja ya" Ucap Aksa. Memasangkan cincin itu ditangan Biru

"Kamu kira aku apaan? Pake peresmian segala" Ucap Biru terkekeh

"Gak apa apa dong" Mereka berdua terkekeh

Biru sesekali menatap cincin kayu yang saat ini berada dijari tangan nya. Ia yakin sekali kalau dirinya pernah melihat cincin kayu seperti yang dipakai nya sekarang ini. Ia merasa cincin ini mirip dengan cincin di kamar bunda nya yang pernah dilihat nya dulu







~~~~~~~~

TBC
Jangan lupa vote dan komen yaa
<3



𝙆𝘼𝙏𝘼 𝙎𝙀𝙈𝙀𝙎𝙏𝘼 2 | 𝙉𝘼 𝙅𝘼𝙀𝙈𝙄𝙉 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang