15. Lekat di benak

386 69 8
                                    



"Nih kak minum nya"

Yasa menyerangkan botol kaleng soda berwarna merah. Kemudian ikut terduduk di bersama Jae disana. Didepan sebuah minimarket siang hari itu. Usaha mereka selama beberapa hari ini bisa dibilang kurang sukses. Melewati hari hari yang lelah disela pekerjaan dan kuliah mereka

Jae menghela nafasnya. Setelah kejadian diusir untuk kesekian kalinya. Ia masih tampak bertekad. Hari ini mereka kembali menghampiri rumah itu. Bermaksud bertemu kembali dengan Bu Niken untuk menggali informasi lebih dalam mengenai kejanggalan yang mereka temukan

Tapi tetap saja. Wanita paruh baya itu seolah ketakutan dan menyembunyikan sebuah fakta. Dapat dilihat dari raut wajah nya yang selalu tampak panik setiap mereka mendatangi rumah itu

Keduanya masih penasaran. Kenapa Bu Niken tampak panik setelah mereka menanyakan persoalan foto wajah Semesta yang ditunjukan. Apakah Bu Niken mengenal nya. Ataukah ia tau sesuatu mengenai Semesta. Entah, mereka juga penasaran

"Mulai lusa, kayaknya Yasa gak bisa ikut bantuin Kak Jae dulu deh" Ucap Yasa

"Kenapa? Ada tugas kampus ya?"

"Bukan"

"Terus?"

"Yasa mau ke tempat KKN Kak Aksa. Yasa janji mau nyusul buat liat liat. Aku tahun depan kkn juga soalnya" Jawab nya

"Ketemu Aksa? Kak jae boleh ikut gak?" Tanya. Sejak pertama kali ia berkenalan dengan Yasa. Ia belum pernah sekalipun bertemu dengan sosok si sulung. Sosok yang didengar nya begitu menyayangi Semesta

"Em.. Nanti Yasa tanya dulu sama Kak Aksa. Kalo boleh, ikut aja"

"Oke deh"

Siang itu. Saat matahari sudah sedikit miring. Jae memutuskan untuk mengantar Yasa pulang. Setelah insiden diusir tadi. Mental mereka butuh istirahat. Apalagi Bu Niken sudah berteriak membuat tetangga berpikir bahwa kedua nya adalah maling. Sial memang

Sesampainnya didepan rumah. Yasa turun dari mobil dan melambai pada Jae. Ia melangkahkan kakinya masuk ke dalam rumah

Disana. Ia mendapati Bagas dan Juan yang tampak rapi dengan kemeja hitam. Membawa satu kantong plastik berwarna hitam ditangan mereka

"Kalian mau kemana?" Tanga Yasa

Bagas dan Juan kompak menoleh mendengar pertanyaan itu

"Mau nyekar makam Kak Semesta. Kak Yasa mau ikut?" Ucap Juan

Iya. Setelah Aksa mulai berangkat Kkn hari itu. Juan diberi amanah untuk mendatangi makan Semesta setiap akhir pekan. Dan hari ini, kebetulan yang baik Bagas ingin ikut dengan nya. Setelah akhirnya mau berdamai dengan keadaan.

"Tumben Bagas mau ikut. Biasanya kalo diajakin Kak Aksa selalu nolak" Ucap Yasa

"Iya. Soalnya nanti mewek disana" Ucap Juan

"Apasih. Enggak ya" Sahut Bagas

"Iya iya. Aku bercanda"

"Tunggu lima menit. Aku ganti baju dulu" Ucap Yasa

Yasa berjalan ke kamar nya. Mengganti baju nya yang sudah ia pakai seharian ini. Dengan sebuah kemeja santai berwarna hitam seperti Bagas dan Juan

Setelahnya. Mereka bertiga berangkat. Menaiki mobil Yasa yang terparkir dihalaman rumah. Dilihat nya Bagas tampak gugup. Tapi betulan, ini kali pertama nya mengunjungi makam Semesta setelah pemakaman hari itu. Ia tak pernah sanggup menerima kenyataan bahwa nama itu tertuliskan disebuah batu nisan. Dan merelakan nya pergi untuk selama lamanya

𝙆𝘼𝙏𝘼 𝙎𝙀𝙈𝙀𝙎𝙏𝘼 2 | 𝙉𝘼 𝙅𝘼𝙀𝙈𝙄𝙉 Where stories live. Discover now