14. Kejutan Bagas

426 76 6
                                    






Pria itu duduk disisi ranjang nya. Bernafas sedikit lega setelah hari yang melelahkan dikampus. Ia menghela nafas nya. Hari hari yang sama, sendu dan suram seperti biasanya. Katakan saja dia kesepian. Meskipun selalu bebohong pada semuanya. Meskipun gengsi nya terlalu besar untuk sekedar berkata yang sebenarnya

Bagas sudah dewasa. Mendapat semua keinginan nya yang selalu diucap saat masih remaja dulu. Tapi di sisi lain, ia berharap untuk tetap menjadi kanak kanak asalkan tak ada rasa kehilangan dibenak nya.

Ia bohong. Semua wajah menekuk dan emosi kosong yang ditunjukan nya. Bagas tidak lebih dari seorang dewasa yang rindu tawa canda nya saat remaja. Ia rindu bermanja, bercanda, tertawa riang bersama yang lain nya

Seolah mengucap maaf pada dirinya yang dulu. Karena dengan egois merubah sifat nya menjadi sedingin es sekarang ini

"Ah sial!..C lagi" Racau nya saat melihat beberapa nilai mata kuliah di ponsel nya

Benar. Bagas egois dan suka berbohong. Ia tak pernah berniat memasuki jurusan yang dipelajari nya saat ini. Dirinya tak pernah pandai dalam hal itu. Hanya satu alasan kenapa pria itu berdedikasi untuk mengambil jurusan Sastra Indonesia di masa kuliah nya



FLASHBACK


"Bagas kenapa?" Seseorang memasuki kamar nya

Bocah laki laki itu sedang bersedih menatap nilai nilai sekolahnya. Kepala nya tetunduk sembari meremat sebuah kertas hasil ujian itu

"Loh?... Kok nangis?" Pria itu mendekat ke arahnya. Ikut terduduk diranjang itu dan merengkuh bahu nya

"Kak Semesta.. " Jawabnha tersedu

"Kenapa kenapa? Bagas kok nangis? Habis diputusin pacar?" Tanga nya

Bagas menggeleng

Semesta menatap bingung ke arah pria remaja dihadapan nya. Ia pikir permasalahn anak laki laki seumuran Bagas tak jauh jauh dari putus cinta. Kemudian, tangan nya meraih selembar kertas yang digenggam Bagas

Sebuah lembar matematika dengan tinta berwarna merah bertuliskan angka '79'

"Karena ini?" Tanya Semesta

Kali ini Bagas mengangguk. Membuat Semesta justru semakin kebingungan dimana letak permasalahan nya

"Kkm dikelas Bagas 80 kak. Tapi nilai Bagas kurang 1 poin. Jadi Bagas harus ikut remed matematika minggu depan" Ucap Bagas

"Tapi nilai 79 udah Bagus kok" Ucap Semesta. Berusaha menyemangati remaja labil emosi dihadapan nya

"Tapi belum sempurna. Gara gara kurang satu poin. Bagas harus remed sendiri. Padahal udah nyontek ini" Ucap Bagas

Semesta terkekeh mendengar itu. Ia menggeleng heran. Tangan nya menepuk bahu Bagas. Membuat pria itu menatap nya

"Kata siapa yang gak sempurna itu jelek"

"Hm?" Bagas mengerutkan dahi nya

"Buat dapet nilai matematika 70 aja, udah butuh usaha yang maksimal. Kkm itu cuma standar gak masuk akal yang bikin kamu ragu sama kemampuan diri sendiri"

"Bagas emang bego kak. Semua mapel aja Bagas nyontek. Bagas tuh gak pinter"

"Gak ada murid yang bego, Bagas. Yang ada itu murid yang gak bersyukur sama hasil belajar nya" Ucap Semesta

"Tapi-"

"Liat nih"

Srekk!

𝙆𝘼𝙏𝘼 𝙎𝙀𝙈𝙀𝙎𝙏𝘼 2 | 𝙉𝘼 𝙅𝘼𝙀𝙈𝙄𝙉 Onde histórias criam vida. Descubra agora