Jadi pacar

19.6K 1K 6
                                    

Bel pulang telah berbunyi,itu pertanda jika semua mata pelajaran telah selesai hari ini

Ke empat lelaki itu sudah stay di markas dari tadi, hingga salah satu dari mereka berdiri dan pamit untuk pulang

" Gue balik duluan guys,mau anter yayang gue soalnya " pamit si bucin pada teman-temanya.Siapalagi kalau bukan si Angelo

" Ck,pergi aja sana.Kalau perlu jangan sampai si tania injek tanah " kesal fernand menendang bokong angelo

Angelo berdecak,lelaki itu menatap dawin dan sanio
" Pergi ke pasar beli nanas muda " angelo tiba tiba berpantun

" Cakep " ucap dawin dan sanio

" Si fernand iri sama gue,hahahah.Bye para jomblo " angelo langsung pergi dari markas mereka, dia tidak mau mendapat tendangan dari fernand lagi

" WOI ANJING,GAK NYAMBUNG " teriak dawin.Apa apaan berpantun seperti itu, tidak ada nyambung nyambungnya

Tidak berselang lama dawin juga berdiri dari duduknya
" Gue duluan " ucap dawin menjinjing tas hitamnya

" Yoi ketua,hati-hati " jawab fernand dan sanio

Saat sampai diparkiran,dawin melihat satu gadis yang sepertinya tengah menunggu jemputan.Dawin tersenyum tipis dan mengambil motornya

" Eheem " dehem dawin berhenti tepat didepan anya

Ya gadis itu adalah anya.Dia tengah menunggu supir pribadi dirumahnya

Anya melirik sekelilingnya,apa lekaki ini berdehem untuknya ?

" Naik " ucap dawin tanpa menatap anya

Anya menaikan satu alisnya,dia kembali melihat sekeliling.Sebenarnya siapa yang dimaksud lelaki ini ?

" Maaf kak,kakak suruh siapa ya ? " Tanya anya

Dawin memang kakak kelasnya

" Lo lah, siapalagi coba.Disini kan cuman lo " jawab dawin sedikit ketus

Anya mencebik " Gak usah, makasih " anya sedikit menjauh dari dawin

Dawin menghela nafas lalu turun dari motornya
" Pulang sama gue,gratis kok "

Anya mengeleng " Gak,kakak pulang aja " tolak anya

Dawin mengeram, rupanya gadis ini keras kepala
" Naik atau gue paksa "

Anya menatap dawin lalu kembali mengeleng
" Anya gak mau "

Dawin mengeram dan langsung menarik tangan anya

" Ihhh, lepas kak.Apaan sih ? " Anya mencoba melepas tanganya namun tidak bisa " Anya gak mau,maksa bener"

" Lo tau kan,gue gak suka dibantah "

" Dan anya gak suka dipaksa "

Dawin menghentikan langkahnya, dan merapatkan dirinya pada anya.Kini jarak mereka sudah sangat dekat

" K-a-k " gugup anya mendorong dada dawin namun tidak bisa

" Sekarang pilihan lo hanya ada dua,ikut gue pulang atau lo jadi pacar gue " ucap dawin tersenyum licik

" Gak mau,anya udah mau dijemput " tolak anya lagi

" Lo nolak ? "

Anya menganguk yakin " Makasih "

Dawin tersenyum dan makin mendekatkan wajahnya ke wajah anya

Cup

Satu ciuman mendarat di hidung kecil anya

" Kak ihhhh " Anya langsung mendorong dawin kuat,anya merasakan pipinya yang tiba-tiba memanas

Dawin kembali menarik tangan anya " Lo nolak,satu ciuman dari gue "

Anya langsung menutup hidungnya seraya mengeleng pertanda tak ingin dicium lagi

" Pake " dawin memberikan helm berwarna hitam pada anya

Anya mengambil helm tersebut dengan bibir yang mengerucut

" Mau di cium lagi ? " Dawin sudah ancang-ancang ingin mencium bibir anya

" GAK " teriak anya dan langsung menurunkan kaca helmnya

Dawin tersenyum lalu naik diatas motor dan mulai mengendarai motornya

Didalam perjalanan mereka hanya ada keheningan.Anya yang tengelam dengan pikirannya sendiri begitu juga dengan dawin.Tidak berselang lama motor dawin berhenti disalah satu rumah ber chat putih

" Kok kak dawin tau rumah anya ? " Anya heran,pasalnya dia belum memberi tahu dawin alamat rumahnya

" I know all about you baby " dawin tersenyum tipis

Anya menghela nafas lalu turun dari motor dawin

" Makasih kak " Anya memberikan senyum manisnya

Mata dawin menyipit melihat senyum manis anya

" Mulai hari ini senyum itu hanya untuk gue "

Anya menautkan kedua keningnya " Maksudnya ? "

" Lo jadi pacar gue sekarang,dan jawaban lo hanya ada dua.Yang pertama iya dan yang kedua iya, jadi mulai hari ini dan seterusnya,jangan berani-berani dekat sama cowok lain, jangan berani-berani senyum sama cowok lain.You're mine anya safira "

MineWhere stories live. Discover now