Mine

7.3K 369 5
                                    

Dawin berdiri dengan posisi tegap dengan kepala yang menunduk

" Dari mana ? " Tanya anya yang duduk dihadapan dawin dengan tangan yang disilangkan didepan dada

" Maaf " jawab dawin dengan posisi masih sama

" Jawab,anya gak butuh kata maaf " tegas anya

Dawin mengaruk pelipisnya " Arena " jawabnya

" Balap ? "

Dawin menganguk ragu " Hmm "

" Kamu lebih milih,balap gak jelas daripada masuk kelas ? "

Dawin mendongak menatap anya,cowok itu cengengesan " Gak diulangin lagi sayang "

" Penting mana sekolah sama balapan ? "

Dawin menghela nafas lelah,kakinya sudah keram karna lama berdiri

" Maaf sayang,udahan marahnya.Lagian kan aku gak kenapa-napa "

Anya memutar bola matanya malas,kalimat itu sudah sering dawin ucapkan

Lagian aku gak kenapa-napa

" Kalau misalnya kamu kenapa-napa..gimana ? " Anya menaikan satu alisnya

" Kamu kenapa jadi galak gini sih ? " Dawin malah bertanya

Anya melotot " JAWAB "

Dawin kembali menunduk,ia tidak menjawab apa-apa.Takut salah

" Kamu punya nyawa berapa sih kak ? "

" Satu " cicit dawin pelan

" Kalau tau satu,kenapa lakuin hal yang kemungkinan bisa renggut nyawa kakak ?"

Dawin lagi-lagi hanya diam,dia bingung dengan semua pertanyaan anya.Posisinya sebagai ketua memang harus berani ambil konsekuensi,apapun itu

Anya menghela nafas melihat dawin yang hanya diam,dia sampai bingung harus bagaimana lagi menasehati cowok ini

" Yang ngasih tau kamu siapa ? " Dawin masih berani untuk bertanya rupanya

" Penting ? " Tanya balik anya

Dawin mengeleng " Engak..maaf "

Lagi-lagi helaan nafas anya lakukan,pacaran dengan dawin memang harus tabah dan ikhlas

" Sini duduk " anya menepuk sisi kosong disampingnya

Dawin langsung sumringah dan langsung nemplok disamping anya

" Gak suruh meluk " anya melepas pelukan dawin

" Sayang maahh " rengek dawin dengan wajah cemberut

Anya menatap dawin datar " Udah makan kan ? "

Dawing mengeleng " Belum "

" Makan ban motor mau ? " Tawar anya membuat dawin makin Cemberut

" Gak usah bahas lagi,please " cowok itu kembali memeluk anya

" Lagian kamunya bandel kak " anya tidak lagi melepas pelukan dawin

Dawin mendusel dileher anya " Aku tuh susah buat nolak sayang,udah usaha tapi gak bisa " jujur dawin,dia selalu berusaha menolak jika ada yang mengajaknya balapan,namun posisinya sebagai ketua geng ternama harus mengiyakan

" Anya tuh takut,makanya selalu larang kakak "

" Iya aku paham,tapi aku juga gak bisa..." Dawin menjeda kalimatnya " Susah di ungkapin dengan kata-kata " lanjutnya

Anya tersenyum tipis,ai beralih menangkup wajah tampan dawin

" Mau makan gak ? "

Dawin tersenyum " Cium "

Anya memutar bola matanya malas

" Anya tanya makan,bukan cium "

" Mau cium " dawin memonyongkan bibir

Anya menjauhkan kepalanya " Makan dulu kak,"

" Cium dulu sayang "

Anya menatap dawin kesal " Kenapa suka banget minta cium sih ? "

" Kebutuhan " senyum dawin tanpa dosa

" Mesum "

" Cuma sama kamu,emang kamu mau, aku minta cium sama cewek lain ? "

" Silahkan " setuju anya

" Beneran ? "

" Hmmm "

Dawin mengeleng " Aku gak mau,maunya sama anya seorang " cowok itu menaik turunkan alisnya

" Jijik " anya seolah akan muntah

Dawin terkekeh,dia mengangkat tubuh kecil anya keatas pangkuannya

" Selalu sama aku " dawin memeluk anya erat " Selalu sayang sama aku,mencintai aku,jangan pernah berfikir buat pergi "

Anya tersenyum,membalas pelukan dawin tak kalah erat " Takdir manusia gak ada yang tau kak,kita boleh berharap apapun itu.Tapi kita juga harus ingat,kalau kita sebagai manusia hanya nunggu waktu masing-masing,entah itu hal yang baik atau buruk "

Dawin mendengus dia tidak suka jika anya sok puitis seperti ini " Jangan ulangin kalimat-kalimat itu lagi " tegas dawin

" Gimana kalau anya duluan ning...Hmmpptt " ucapan anya terhenti karena dawin langsung mencium bibirnya,cowok itu bahkan menekan tengkuk anya begitu kuat

" Please,stop ngomong gitu..aku tau hidup kita ada yang nentuin.Tapi apa salahnya untuk yakin dengan apa yang buat kita bahagia " ucap dawin saat sudah melepas ciumannya,mata cowok itu berkaca-kaca

Anya menelan saliva dia kembali menarik dawin dalam dekapanya " Mmm..Sorry "

" Gak suka " cicit dawin pelan

Anya terkekeh " Jangan nangis " anya mengelus punggung dawin dengan penuh kelembutan

" Dawin cuma mau anya,gak mau yang lain.Takdir pun harus akuin itu,kamu milik aku "

" Iya kak "

" Gak mau yang lain "

" Iya kak iya "

Dawin mengeratkan pelukannya

" Dawin sayang anya "

" Iya,anya juga sayang kak dawin "

" Miliknya dawin,gak boleh jadi milik yang lain "

Anya tertawa " Iyaaaa "














Selamat membaca❤️

MineWhere stories live. Discover now