Tulus gak ya dia?

900 107 45
                                    

Pacaran gak akan membuktikan 2 manusia benar-benar saling menyayangi.

Kalian tau? Ada kabar buruk! PTS semakin dekat, tapi Elin gak ngerti apa-apa. Setiap hari makan mie cabe rawit, minumnya teh botol sambil nonton drakor. Katanya seseorang bisa tercipta dari tontonan yang ia lihat setiap hari, tapi gimana dengan Elin? Ia setiap hari nonton drama sad ending, jangan sampai kehidupannya sad ending juga.

Rumus dasar anak kuliah itu gampang, jangan sampai termakan jebakan dari senior. Kebanyakan dari mereka cuma modus aja. Di sini semuanya harus pake strategi, gak ada yang seratus persen tulus. Si tukang nyontek gak akan dapat tempat, mereka sepenuhnya menjadi hama dikalangan Maba.

Kelas pertama dimulai, dosen memberikan PPT berbahasa asing agar Maba memiliki wawasan lebih, jadwal kelas Elin gak menentu, seringnya dadakan tapi bukan tahu bulat. Diluar sana banyak yang salah mengira jika menjadi Maba Psikologi itu hanya mempelajari tentang manusia, mereka bilang jurusan satu ini tergolong jurusan yang mudah karena semua orang bisa belajar tanpa perlu kuliah. Tapi faktanya tujuan Elin menjadi Maba Psikologi adalah untuk mengobati dirinya.

"Berhasil menjadi Maba Psikologi UGM bukan hal yang perlu dibanggakan, menurut saya kalian harus bangga karena masih bisa bertahan sampai titik ini. Banyak yang perlu dikorbankan, waktu, teman, keluarga sampai mental."

Semuanya pasti memiliki makna.

Dewi yang sepertinya sedang berbunga-bunga, ia tersenyum sambil menatap layar ponsel. Biasanya Dewi yang selalu menegur duluan, tapi saat ini tingkahnya menjadi lebih aneh.

"Dewi! Lagi ngapain?" tanya Elin.

"Gue sekarang punya gebetan baru! Namanya Wishnu, ganteng banget El!" jawab Dewi, lalu memperlihatkan apa yang ia maksud.

Harusnya Dewi lebih berhati-hati jika memulai hubungan baru, apalagi ia melihat seseorang dari fisiknya terlebih dahulu. Pacaran? Terdengar membosankan bagi Elin, gadis yang hidupnya tidak pernah berubah. Selalu ikut rencana di otaknya, Elin menghela nafas panjang, ia kembali melihat cuplikan ulang dari PPT barusan.

"Dia mah cuma mikirin cinta doang! Nanti putus nangis."

Masih saja Dewi asik dengan ponselnya, padahal mereka sedang istirahat. Elin sampai kesal dibuatnya, tapi apa boleh buat.

"Elin, dia nembak gue!" sergah Dewi membuat Elin kaget.

"Gila!? Kalian baru kenal tapi udah mau jadian? Latar belakang dia gimana Wi? Orang baik-baik kan?" tanya Elin kurang yakin.

"Hm, dia gak kerja El. Katanya tahun depan mau coba kuliah, sekarang ini dia masih nganggur." perjelas Dewi.

"Oh yaudah, misalnya terjadi apa-apa sama lo, pokoknya harus cerita sama gue!" kata Elin.

"Bawel deh! Iya, nanti gue ceritain tentang dia." Dewi tidak memikirkan efek dari ucapannya barusan.

Kunci hubungan yang awet salah satunya dukungan dari sahabat atau orang terdekat. Ini bukan lagi mitos tapi 80% firasat seorang sahabat itu benar, tanpa disadari ia bisa tau mana laki-laki yang benar-benar tulus. Tapi mirisnya dia yang selalu memberikan saran baik malah sering diabaikan, hampir 90% orang yang suka memberikan saran mengenai percintaan, mereka rata-rata jomblo.

Bian yang hari ini disibukan dengan aktifitas kuliah, ia tengah pusing memikirkan skripsi yang semakin dekat. Dilema dibuatnya, nafsu makan menurut drastis. Bian yang tidak pernah absen pergi ke club malam sekarang harus menunggu sampai benar-benar memiliki waktu senggang.

KEMBALI SMP (END)Where stories live. Discover now