04. "Nona Layla"

19.4K 913 4
                                    


Ruangan itu bergetar dengan cukup keras. Nona Layla yang tengah berapi-api memukul sebuah meja hingga membuat meja itu menjadi retak. "Arg! Aku sudah tidak tahan lagi! Aku ingin tahta itu sekarang juga!" bentak nona layla.

Tuan Al yang dari tadi telah berdiri di dekatnya berusaha untuk meredahkan emosi nona Layla. "Sabarlah. Jangan seenaknya beraksi sendiri, jika kau menginginkan tahta itu ikuti seluruh apa yang aku perintahkan kepadamu," kata Tuan Al.

Nona Layla terdiam, Tuan Al mengeluarkan sebuah kertas yang berisikan jalan masuk rahasia dari dalam istana. "Perhatikan baik-baik peta ini. Ini adalah peta bawah tanah istana Fiore. Jika kau ingin tahta itu kau harus menangkap King dan Queen terlebih dahulu dan kau harus membunuh mereka di depan seluruh masyarakat kerajaan Fiore," kata Tuan Al.

Tuan Spring yang baru saja tiba langsung kaget ketika mendengar rencana yang dikeluarkan oleh tuan AL. "Apa katamu? Kalian ingin membunuh King Richad dan Queen Gabriel? Tapi itu perbuatan dosa," kata tuan Spring.

"Ah! Diamlah kau Spring!" bentak nona Layla. Ia kembali memfokuskan pandangannya kepada tuan Al dan mendengarkan rencana yang dibuat olehnya. "Tapi kenapa harus di hadapan seluruh penduduk desa?" Tanya nona Layla.

"Karena jika kau membunuh mereka di depan penduduk desa, maka kau yang akan mendapatkan tahta itu," jawab Tuan Al. "Begitulah cara setiap raja untuk merebut suatu tahta kerajaan," lanjut tuan Al.

Nona Layla terdiam sesaat hingga mereka mendengar suara tertawa seseorang. "Hahaha membunuhnya? Tenang saja, kalau soal bunuh membunuh itu adalah tugasku. Tidak perlu peta ini aku bisa membunuh mereka dengan kekuatanku sendiri," kata nona Layla yang kemudian pergi dengan kekuatannya.

Setelah kepergian nona Layla, tuan Spring mendekati tuan Al dengan duduk di sebelahnya. "Apa kau yakin dengan ini semua?" Tanya tuan Spring.

Tuan Al menundukkan kepalanya dan menarik napas perlahan lalu menghembuskannya kembali. "Hah...entahlah, aku melakukan ini demi membuatnya bahagia karena.." perkataannya tertahan sejenak karena tidak tega untuk mengatakan hal itu. "karena dia ibuku." Tuan Al langsung memalingkan pandangannya ke arah tuan Spring dengan memasang ekspresi sedih. "Walaupun dia tidak menganggapku sebagai anaknya, tetap saja dia adalah ibuku sendiri," jawab Tuan Al.

Tuan Spring sedikit sedih ketika mendengar perkataan tuan Al. Ia langsung merangkulnya dengan tangan kanannya. "Aku mengerti, kecintaanmu terhadap ibumu memang patut dibenarkan, tetapi perbuatan ini salah. Ini sama saja kau membuat ibumu mendapatkan dosa yang besar," kata tuan Spring.

"Aku tahu itu adalah perbuatan dosa, tetapi hanya inilah yang bisa aku lakukan untuknya. Semoga saja dengan cara ini dia dapat menyadari keberadaanku." jawab Tuan Al.

****

Di perjalanan Tasya menghampiri sebuah cafe yang letaknya tidak jauh dari rumahnya, cafe kesukaannya, dan cafe milik sahabatnya Sovie. "Hey Sov," sapa Tasya yang baru saja masuk ke dalam cafe.

Sovie menoleh ke arah pintu. "Oh. Hey Tasya, kau datang? Aku senang sekali, sudah sekian lama akhirnya kau datang juga ke cafeku," kata Sovie.

"Ya, sudah lama sekali. Oh iya, aku pesan teh panas satu." kata Tasya. Ia berjalan menuju ke arah bangku cafe demi mencari teman duduk yang pas untuknya membaca buku. Tasya memilih untuk duduk di sebuah bangku yang letaknya di sudut cafe dekat dengan jendela. Duduk dan membuka bukunya seraya menunggu pesanan, Tasya membuka halaman awal dan mengingat kembali kejadian yang baru saja terjadi pada dirinya.

Tasya menoleh ke arah depan sambil melamunkan sesuatu. "Sebenarnya apa yang terjadi padaku tadi? Apa aku bermimpi? Kenapa ada dua anak kecil di bawah pohon yang aku duduki tadi? Dan siapa Mira? Kenapa mukanya begitu sama denganku?" Batin Tasya bingung.

The Lost Princess (END)Where stories live. Discover now